Kebijaksanaan Pengawasan Pemerintah Terhadap Neraca Pembayaran

modal mengalami defisit, barulah tahun 2004 sampai tahun 2007 neraca modal mengalami surplus. Neraca modal tahun 1985 – 1997 bila kita amati, terlihat modal swasta cenderung positif, artinya terjadi penanaman modal investasi pihak luar negeri ke Indonesia. Akan tetapi sejak 1998 penanaman modal berubah menjadi negatif, artinya banyak perusahaan asing yang menarikinvestasinya yang ada si Indonesia. Neraca modal juga menunjukkan bahwa selama ini neraca pembayaran Indonesia masih tergantung kepada neraca modal. Defisit neraca transaksi berjalan dan cicilan hutang luar negeri dibiayai oleh pinjaman pemerintah dan pengaliran modal dan penggunaan cadangan devisa.

4.7.1. Kebijaksanaan Pengawasan Pemerintah Terhadap Neraca Pembayaran

Dalam pengawasan terhadap neraca pembayaran, pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan pengawasan terhadap bisnis internasional. Pemerintah telah mengembangkan beberapa strategy untuk mencapai tujuan nasional dan untuk melindungi kepentingan nasional dari pengaruh transaksi bisnis internasional karena perusahaan multinasional juga mempunyai tujuan supranasional dibawah pengawasan beberapa Negara. Ada kegiatan perusahaan yang harmonis dan ada juga yang konflik dengan tujuan nasional. Potensi yang menguntungkan maupun bertentangan dan berpengaruh terhadap kesempatan kerja. Kepentingan negara antara lain adalah mengenai kesempatan kerja dan perlindungan kerja, Universitas Sumatera Utara keseimbangan neraca pembayaran, serta penerimaan pemerintah. Untuk itu pemerintah telah menetapkan beberapa kebijaksanaan antara lain : a. Kebijakan Devaluasi Pada umumnya kebijakan devaluasi relative lebih banyak digunakan oleh negara – negara sedang berkembang dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari IMF. IMF biasanya akan memberikan persetujuan kepada negara anggotanya yang mengalami defisit neraca pembayaran yang berat guna memperbaiki posisi neraca pembayaran dan menjaga kestabilan nilai tukar mata uangnya. Secara teoritis, efektifitas kebijakan devaluasi akan tergantung pada hal – hal sebagai berikut : a. Elastisitas permintaan barang ekspor Ed b. Elastisitas permintaan barang impor Es Menurut ” Marshall – Lerner Condition ”, suatu kebijakan devaluasi akan memperbaiki posisi Balance Of Payment BOP, bila dipenuhi syarat sebagai berikut : a. Devaluasi akan dapat memperbaiki BOP bila Ed + Es 1 b. Devaluasi tidak akan memperbaiki BOP bila Ed + Es = 1 c. Devaluasi justru akan memperburuk posisi BOP bila Ed + Es 1 Universitas Sumatera Utara b. Controling Transfer of Money 1. Pengawasan devisa Negara melakukan pengawasan devisa adalah untuk mengetahui masalah pembayaran yang tidak seimbang. Dibawah pengawasan devisa, mata uang yang tidak konvertibel tidak bebas ditansfer menjadi mata uang lainnya. Jenis kebijaksanaan antara lain menetapkan tingkat kurs valuta asing agar mengalir ke Bank Sentral. Oleh karena itu, penerimaan valuta asing benar – benar berasal dari ekspor dan untuk impor yang terdaftar dan kelebihannya kembali oleh pemeritah untuk ditukar dengan mata uang setempat. Pengawasan devisa memerlukan waktu untuk menagatasi masalah keseimbangan neraca pembayaran. Paling sulit adalah mengatur permintaan dan penawan ketidakseimbangan mata uang setempat, sulit untuk mencatat pemilikan uang dengan efektif. 2. Capital Control Pengawasan terhadap arus kapital baik jangka pendek maupun jangka panjang juga bisa dilakukan. Seperti pengawasan devisa, pengawasan arus kapital juga membutuhkan penilaian dari otoritas pemerintah terhadap pertukaran dana internasioanl. Tujuan dari pengawasan kapital adalah untuk menjaga keseimbangan neraca pembayaran pada tingkat kurs devisa yang menggairahkan. Pengawsan kapital juga untuk tujuan pembangunan nasional yaitu mempengaruhi pola dan ukuran perusahaan internasional di dalam negeri, dan mendukung tujuan beberapa kebijakan asing. Universitas Sumatera Utara c. Controling Transfer of Person Dalam bisnis Internasional, sangat mendesak pengawasan yang efektif terhadap lalu lintas orang yang melewati batas – batas negara. Perdagangan tergantung dari kemampuan para pengusa untuk berpindah dari suatu negara ke negra lain. Kegiatan bisnis internasional sangat tergantung pada kemapuan para manager atau pekerja teknisi untuk berpindah – pindah melintasi perbatasan negara. Kebijakan nasional untuk mengawasi keluar masuknya orang dari suatu negara umumnya bukan motivasi dari bisnis internasional. Kebikaksanaan antar negara, politik, ekonomi, dan sosial merupakan dasar yang membedakan orang – orang dalam memasuki suatu negara dalam urun waktu sebagai turis atau lainya. Paspor dan visa merupakan dasar dan alat untuk mengendalikan perpindahan orang secara internasional. d. Controling Transfer of Technology Konsep jalan pintas dari ahli teknologi, manajerial dan ilmu pengetahuan menjadi satu secara fisik dengan human, kapital yang melintasi perbatasan negara dengan berbagai macam cara. Untuk kemajuan teknologi, negara yang sedang berkembang berani menerapkan sistem paten yang memberikan hak cipta bagi pemilik teknologi baru selama beberapa tahun. Secara konsekuen, sistem paten nasional akan melindungi hak cipta agar teknologi tidak tersebar secara merata kearah masuknya. Tujuannya yaitu : 1. Untuk memastikan bahwa teknologi impor sesuai dengan kebutuhan, benar – benar akan ditransfer, yakni pada umumnya skala kecil dan teknologi padat karya. Universitas Sumatera Utara 2. Untuk memastikan bahwa biaya untuk teknologi termasuk atau tidak termasuk dalam kalkulasi biya, adalah serendah mungkin. 3. Memperkecil perjanjian keterbatasan teknologi seperti membatasi pasar dimana lisensi untuk menjual, atau kuantitas banyaknya penjualan yang dapat diproduksi. e. Controling Transfer of Right Pemerintah juga dapat melakukan regulasi transfer hak cipta internasional. Hak seperti kepemilikan, kuasa konsesi, kegiatan bisnis dan lain sebagainya yang dapat dibatasi semuanya, atau hanya beberapa bagian dari perekonomian. Seperti larangan menguasai sumber alam migas dan tanah. Tujuan yang menjadi latar belakang membatasi hak orang asing untuk melakukan akses setempat adalah alas dan rasa takut, ekonomi, politik, atau keamanan. Universitas Sumatera Utara

4.8. Analisis