Sementara itu, penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan
jasa, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara dan pada lanjutannya nilai tukar terhadap mata uang asing cenderung menguat atau apresiasi.
Sebaliknya, jika ekspor menurun, maka jumlah valuta asing yang dimiliki semakin menurun sehingga nilai tukar juga cenderung mengalami depresiasi.
b. Faktor aliran modal masuk capital inflow. Semakin besar aliran modal masuk, maka
nilai tukar akan cenderung semakin menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa penerimaan utang luar negeri, penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing
Portfolio Investment dan investasi langsung pihak asing Foreign Direct Investment.
2.3.5. Sistem Bretton Woods
Satu pelajaran yang diperoleh dari tahun 1930 bahwa sistem nilai tukar yang berfluktuasi bebas ataupun system nilai tukar tetap akan dimungkinkan setiap Negara dapat
melakukan devaluasi untuk memulihkan keseimbangan neraca pembayarannya, walaupun tindakan devaluasi ini tidak pasti memulihkan keseimbangan neraca pembayarannya. Untuk
mencapai suatu sistem nilai tukar yang tertib agar memudahkan arus bebas perdagangan setelah Perang Dunia II, maka banyak wakil berbagai negara mengadakan pertemuan di
Universitas Sumatera Utara
Bretton Woods tahun 1944 yang disponsori oleh Amerika Serikat dan Inggris. Sistem Bretton Woods memiliki tiga sasaran pokok, yaitu:
a. Menciptakan seperangkat aturan yang akan memelihara nilai tukar tetap dalam
waktu jangka pendek. b.
Menjamin bahwa perubahan nilai tukar nilai tukar mata uang suatu negara akan dapat dilakukan bilaman terjadi defisit ataupun surplus yang mendasar pada
neraca pembayarannya. c.
Memastikan bilamana terjadi devaluasi pada suatu negara tidak akan diikuti oleh devaluasi pada negara lain, sehingga persaingan devaluasi antar negara dapat
dihindarkan. Sifat yang mendasari system ini adalah Dollar Amerika Serikat, dimana Dollar ini
akan disimpan oleh negara lain sebagai valuta asing yang dapat ditukar langsung dengan emas pada harga yang telah ditentukan oleh pemerintah Amerika Serikat. Sedangkan
pemerintah negara lain menetapkan harga mata uang negaranya dan membandingkannya dengan US Dollar. Dasar inilah yang membuat sistem ini merupakan standar emas karena
mata uang asing US secara langsung atau tidak langsung dapat ditukarkan dengan emas. Bila mata uang suatu negara mengalami penawaran yang lebih besar, penguasa moneter
akan menjual emas, dollar dan poundsterling. Sebaliknya, jika suatu negara mengalami permintaan yang lebih besar, penguasa moneter akan membeli emas, dollar dan
poundsterling.
Universitas Sumatera Utara
Sistem Bretton Woods bekerja cukup baik selama hampir 20 tahun, kemudian sistem ini dikacaukan oleh serangkaian krisis yang mencerminkan kelemahan sistem ini.
Runtuhnya sistem ini disebabkan oleh: a. Spekulasi Poundsterling Inggris.
Pada tahun 1950-an dan 1960-an ekonomi Inggris lebih rawan mengalami inflasi dibandingkan ekonomi Amerika dan neraca pembayaran Inggris mengalami defisit. Para
pemegang poundsterlingpun merasa kuatir, mereka beranggapan bahwa pemerintah Inggris tidak mampu menjaga konvertibilitas pound terhadap dollar dengan nilai tukar tertentu.
Sehingga timbullah gerakan spekulasi untuk menjual mata uang ini sebelum mata uang ini didevaluasi. Tahun 1967, pounds didevaluasi di tengah krisis spekulasi. Banyak negara
yang mengalami defisit mengikuti jejak devaluasi ini. b.Spekulasi Dollar Amerika Serikat.
Dalam sistem Bretton woods, apabila Amerika melakukan devaluasi terhadap mata uangnya maka akan mengakibatkan naiknya harga emas terhadap dollar. Devaluasi ini
didorong oleh defisitnya neraca pembayaran Amerika tahun 1967 sehingga menghasilkan spekulasi. Pada tahun 1968, negara pedagang utama terpaksa berhenti mematok harga emas
di pasar bebas, akibat tekanan spekulasi untuk membeli emas yang tidak dapat ditahan. Sehingga terjadi dua harga emas yaitu harga emas resmi dipergunakan penguasa moneter
untuk menyelesaikan utang dengan mentransfer emas dan harga emas pasar bebas yang ditentukan oleh kuatnya permintaan dan penawaran swasta tanpa campur tangan bank
Universitas Sumatera Utara
sentral. Dengan adanya harga emas pasar bebas ini, maka para spekulan beralih ke mata uangnya yang nilainya masih rendah terhadap US sehingga kemampuan bank sentral
untuk mempertahankan nilai tukar yang telah dipatok dalam menghadapi arus dana yang cepat sangat diragukan.Dominick, 1997
2.4. Suku Bunga