a. Konflik peran Konflik peran merupakan suatu kondisi dimana lingkungan
dipersepsikan terlalu banyak menuntut kemampuan untuk dapat menjalankan perannya dengan baik. Akibatnya, ia mengalami kesulitan
atau merasa tidak mungkin untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang terkandung dalam setiap perannya.
b. Ketidakjelasan peran role ambiguity Ketidakjelasan peran dapat terjadi bila dalam lingkungan kerjanya
kurang mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkah laku yang diharapkan dari peran yang sedang dijalankannya. Akibatnya, ia merasa
ragu-ragu dalam mengisi perannya dan diliputi perasaan tidak pasti tentang konsekuensi dari tindakan yang dilakukannya. Hal ini dapat dialami
karyawan yang memiliki atasan, dimana faktor komunikasi, seperti informasi yang kurang akurat atau kemampuan pemahaman atas informasi
yang terbatas dalam menyelesaikan pekerjaan.
3. Kurangnya Dukungan Sosial
Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dari gejala-gejala ketidakpercayaan atasan terhadap bawahan, ketidakpedulian atasan terhadap
kinerja bawahan, dan ketidakpekaan sosial antar rekan kerja. Hal ini juga ditandai dengan kurangnya dukungan kerja saat menghadapi situasi yang sulit dan
menekan, seperti rekan kerja, atasan bersikap acuh tak acuh terhadap perasaan. Faktor kepemimpinan dalam organisasi yang lebih terpusat pada satu pimpinan
akan lebih banyak memberikan tekanan kerja yang dapat memicu timbulnya stres kerja. Dalam lingkungan kerja, stres tersebut meliputi:
a. Ketidaksesuaian status Stres ini disebabkan ketidaksesuaian harapan individu terhadap statusnya
dengan kenyataan yang diperoleh dari statusnya tersebut. Misalnya yang merasa dapat bekerja secara profesional dan ditempatkan pada posisi jabatan yang cukup
tinggi, ternyata dalam pekerjaannya status tersebut dirasa kurang, namun lebih merasakan sebagai pekerja tingkat bawah saja.
b. Tekanan Merupakan pengalaman-pengalaman yang menekan, dapat muncul dari
dalam atau luar diri individu, atau kombinasi keduanya. Tekanan dapat membuat individu memacu diri dan melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Tetapi jika berlebihan, tekanan ini dapat membuat individu merasa tidak berdaya.
c. Gaya kepemimpinan Atasan yang kurang mendukung atau kurang memiliki pengawasan yang
baik dapat menimbulkan stres bagi karyawan di tingkat bawahannya. Kondisi yang dapat menyebabkan stres adalah kualitas pengawasan yang kurang memadai,
konflik dengan atasan, sikap atasan yang cenderung agresif. Membagi sumber stres kerja dalam 2 dua kategori, yaitu Fontana, 1989: 28 :
1. Sumber stres kerja secara umum, meliputi masalah pengambilan keputusan yang lama, kurangnya dukungan back-up dari rekan
kerja, jam kerja yang panjang, gaji dan promosi yang buruk,
banyaknya prosedur dan kebiasaan yang tidak perlu, dan adanya perubahan.
2. Sumber stres kerja secara khusus, meliputi spesifikasi peran yang tidak jelas, konflik peran, perfeksionis, hubungan dengan atasan
yang buruk, terlalu banyak pekerjaan, kurangnya variasi dalam bekerja, kurangnya komunikasi, kepemimpinan yang buruk, dan
konflik dengan rekan kerja
F. Gejala Stres Kerja