44
Tabel 4. Perdagangan No Jenis Perdagangan
Keterangan 1
Pasar Tradisional 3 Buah
2 PlazaMall
1 Buah 3
Pasar Grosir 7 Buah
Sumber: Website resmi Pemerintah Kota Pemko Medan
4.1.2 Gambaran Yayasan Karya Kasih Medan
4.1.2.1 Sejarah Berdirinya Yayasan Karya Kasih
Tahun lima puluhan merupakan tahun-tahun penuh keprihatinan bangsa kita. Perekonomian sangat mengenaskan. Harga-harga melambung tinggi,
sementara pekerjaan sukar didapat, ditambah lagi situasi politik nasional dan internasional yang sungguh tidak menguntungkan, menambah beban dan
penderitaan rakyat, maka banyaklah masyarakat yang miskin di negara kita, termasuk di daerah Sumatera Utara ini.
Pastor Siegfried Antonius Van Dam seorang imam yang berhati mulia, sungguh tergugah melihat situasi yang dialami oleh rakyat miskin. Beliau ingin
berbagi rasa dengan mereka, beliau ingin memberikan bantuan pertolongan sekecil apapun yang mampu diberikan, tanpa pamrih tanpa membeda-bedakan
suku, ras dan agama. Dimatanya semua adalah sama; sama-sama citra Tuhan yang mempunyai harkat dan martabat yang sama dan semua itu harus ditolong. Untuk
itu dengan bermodalkan tekad dan semangat pelayanan, serta dibarengi keyakinan bahwa Tuhan akan menolong dan member jalan keluar atas setiap tujuan yang
luhur dan mulia, maka pada Agustus 1958 beliau pun memberanikan diri, mendirikan sebuah yayasan bersama-sama dengan Bapak Karel Amiruddin dan
Bapak Oei Gek Eng bernama Yayasan Dana Bantuan Pastor A.van Dam, yang
45
kemudian diubah pula menjadi Yayasan Karya Kasih pada 27 Juni 1959. Data tersebut diambil berdasarkan yang tertulis pada buku album kenangan 50 tahun
Karya Kasih yang diterbitkan pada tahun 2008 dimana yayasan karya kasih terbentuk pada 17 Agustus 1958. Terbentuknya yayasan karya kasih pada tahun
1958 diketahui dari hasil wawancara dengan informan biasa Suster Theresia, selaku pimpinan Panti Jompo Karya Kasih Medan.
Dalam buku kenangan 50 tahun Karya Kasih menceritakan kisah Pastor A. Van Dam yang tidak saja memperhatikan orang miskin, Pastor A Van Dam juga
mempedulikan dan memperhatikan kaum orangtua lansia yang turut serta menjadi keprihatinannya. Bermula dari perjalanannya berkeliling ke daerah-daerah kumuh
di pinggiran kota Medan; ia begitu terenyuh melihat banyaknya orang-orang tua yang terlantar berjalan tertatih-tatih menyelusuri jalan-jalan dengan tak tentu arah.
Ada yang mengulurkan tangannya mengharapkan belas kasih orang, ada pula dengan tangannya yang lemah mengais-ngais tong sampah mencari sesuatu yang
masih bisa dimakan ataupun digunakan. Pastor A. van Dam berpikir sungguh tak adil bila seseorang ketika dimasa mudanya berjuang dan bekerja keras
menghidupi keluarga, tetapi setelah tua, tidak diurus dan tak dihiraukan lagi, keberadaan mereka dianggap sebagai beban dan menjadi urusan saja. Pastor A.
van Dam melihat sangat jauh ke dalam hati sanubari para jompo itu, bahwa kita pun kelak akan menjadi jompo juga.
Berdasarkan buku album kenangan 50 tahun Karya Kasih yang peneliti kutip menjelaskan bahwa antara tahun 1959 sampai 1963, yayasan Karya Kasih
telah berhasil pula membangun 10 pintu rumah sederhana yang diperuntukkan kepada orang-orang jompo. Sesuai dengan keberadaan keluarga orang-orang
46
jompo tersebut, sebagian biaya hidup mereka ditanggung keluarga, namun sebagian besar ditanggung oleh yayasan Karya Kasih, bahkan banyak yang gratis
karena ketidakmampuan ekonomi keluarga. Lokasi awal rumah jompo terletak di jalan Binjai, dipinggiran kota Medan. Selanjutnya di tahun 1970, rumah jompo ini
dipindahkan ke jalan Mongonsidi Ujung No. 2 Kompleks Karya Kasih yang sekarang berada, namun pada waktu itu masih berupa rumah sederhana yang
dibeli oleh Karya Kasih. Tiga tahun kemudian, rumah jompo ini dikembangkan dengan membangun sebuah gedung bertingkat yang mampu menampung 25 orang
jompo. Peresmian gedung ini dilakukan pada tanggal 29 Desember 1973. Pada tahun 1980, gedung ini diperluas lagi hingga mampu menampung 40 orangtua
lanjut usia.
4.1.2.2 Struktur Kepengurusan Karya Kasih