Tabel 3 Pola sebaran lamun berdasarkan indeks Morisita Id
Lokasi Spesies
Id X
Pola sebaran
2
Rendani C. rotundata
7.361 44149.791
Mengelompok C. serrulata
0.004 -6880.797
Seragam H. ovalis
0.028 -6716.115
Seragam H. uninervis
0.365 -4372.923
Seragam S. isoetifolium
0.010 -6837.084
Seragam T. hemprichii
3.119 14723.562
Mengelompok Wosi
C. rotundata 0.382
-8372.683 Seragam
C. serrulata 0.017
-13340.503 Seragam
H. pinifolia 1.976
13305.143 Mengelompok
H. uninervis 10.450
128567.494 Mengelompok
H. ovalis 0.004
-13518.278 Seragam
Briosi C. rotundata
12.752 72670.933
Mengelompok C. serrulata
-0.004 -6179.651
Seragam H. ovalis
0.023 -6012.302
Seragam H. uninervis
0.087 -5614.397
Seragam H. pinifolia
0.072 -5709.609
Seragam T. hemprichii
2.005 6241.164
Mengelompok
Padarni C. serrulata
0.000 -5112.091
Seragam H. ovalis
-0.001 -5116.074
Seragam H. uninervis
-0.002 -5120.854
Seragam H. pinifolia
4.015 15448.364
Mengelompok S. isoetifolium
2.623 8322.333
Mengelompok T. hemprichii
3.150 11018.789
Mengelompok Keterangan: X
2
4.2.2 Frekuensi, Kerapatan, Penutupan dan Nilai Penting Spesies Lamun
tabel = 42.557
Frekuensi kehadiran spesies lamun pada keempat lokasi memiliki kisaran nilai yang berbeda. Hal ini berarti bahwa jika nilai frekuensi baik nilai frekuensi
mutlak maupun frekuensi relatif rendah, maka spesies tersebut tidak ditemukan pada setiap kuadrat. Sebaliknya jika nilai frekuensi mutlak maupun frekuensi
relatif tinggi, maka spesies tersebut ditemukan pada hampir setiap kuadrat. Pada Tabel 4, T. hemprichii menunjukkan nilai frekuensi yang tinggi, namun spesies ini
tidak ditemukan di lokasi Wosi. Spesies T. hemprichii menyukai perairan dengan tipe substrat carbonat yang terdiri atas pasir dan pecahan karang dan dapat
tumbuh dominan, seperti tipe substrat yang terdapat pada lokasi Rendani, Briosi dan Padarni. Pada lokasi Wosi yang memiliki tipe substrat terrigenous yang
terdiri atas lumpur dan pasir, tidak cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan T. hemprichii
, sehingga tidak ditemukan spesies ini di lokasi Wosi.
Tabel 4 Frekuensi dan frekuensi relatif tiap spesies lamun pada lokasi penelitian
Spesies Lamun
Lokasi Rendani
Wosi Briosi
Padarni Fi
Fri Fi
FRi Fi
FRi Fi
FRi C. rotundata
0.700 31.343
0.367 18.966
0.733 32.353
- -
C. serrulata
0.133 5.970
0.200 10.345
0.033 1.471
0.067 4.255
H. pinifolia
- -
0.467 24.138
0.300 13.235
0.233 14.894
H. uninervis
0.367 16.418
0.733 37.931
0.333 14.706
0.033 2.128
H. ovalis
0.233 10.448
0.167 8.621
0.200 8.824
0.100 6.383
S. isoetifolium
0.067 2.985
- -
- -
0.300 19.149
T. hemprichii
0.733 32.836
- -
0.667 29.412
0.833 53.191
Total
2.233 100
1.933 100
2.267 100
1.567 100
Keterangan: F
i
FR = Frekuensi spesies ke-i
i
= Frekuensi relatif spesies ke-i
Spesies H. ovalis, C. serrulata, H. uninervis yang ditemukan pada keempat lokasi penelitian, namun nilai frekuensinya rendah. Hal ini diduga karena ketiga
spesies tersebut memiliki kemampuan untuk beradaptasi pada kondisi lingkungan yang berbeda, namun tidak dapat tumbuh dominan. Kemampuan adaptasi lamun
terhadap kondisi lingkungan sangat berbeda antara satu spesies dengan spesies lainnya Keough Jenkins 1995. Berdasarkan pada kemampuan tersebut maka
lamun dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu spesies climax dan spesies pioneer
. Spesies climax merupakan spesies dengan morfologi tubuh yang besar, pertumbuhan lambat dan berumur panjang, contohnya spesies E. acoroides dan
T . hemprichii Short et al. 2001. Spesies pioneer memiliki bentuk tubuh yang
relatif lebih kecil, pertumbuhan cepat dan berumur pendek, contohnya spesies H. ovalis
, H. uninervis, H. pinifolia. Frekuensi kehadiran spesies lamun pada lokasi Rendani, Wosi dan Briosi
yang ditunjukkan pada Tabel 4, memiliki nilai frekuensi spesies yang tidak berbeda jauh dengan hasil perhitungan frekuensi spesies lamun yang dilakukan
oleh Lefaan 2008 pada lokasi yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi penurunan frekuensi tiap spesies lamun yang ditemukan. Satu hal yang
berbeda adalah spesies C. serrulata ditemukan pada semua lokasi penelitian, sedangkan Lefaan 2008 hanya menemukan C. serrulata di lokasi Rendani
dengan frekuensi kehadiran yang sangat rendah 0.030.
Kehadiran lamun di suatu lokasi sangat berkaitan dengan ruang dan tipe substrat dasar Hemminga Duarte 2000. Jika tipe substrat cocok untuk
pertumbuhan lamun, maka populasi lamun dapat berkembang dengan baik. Kebanyakan spesies lamun sangat cocok dengan tipe substrat berpasir sampai
berlumpur, namun ada beberapa spesies yang mampu tumbuh di atas karang seperti Phyllospadix spp, Thalassodendron spp dan Posidonia oceanica Den
Hartog 1970 in Hemminga Duarte 2000. Spesies-spesies ini mampu tumbuh di atas karang karena memiliki akar yang dapat menembus masuk ke lapisan dalam
karang. Spesies T. hemprichii yang teramati di lokasi penelitian, juga ditemukan tumbuh pada rataan terumbu yang terdiri atas pasir dan patahan karang, yang
berbatasan dengan terumbu karang. Menurut Short et al. 2001, T. hemprichii seringkali berasosiasi dengan terumbu karang dan umumnya pada rataan terumbu
karang yang dapat membentuk hamparan yang padat. Spesies ini juga dapat ditemukan membentuk koloni pada substrat berlumpur, pada zona yang dangkal
dalam kolom air saat surut. Kerapatan spesies lamun yang ada di lokasi penelitian memiliki kisaran
nilai yang bervariasi, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. Kerapatan spesies tertinggi terdapat di lokasi Wosi, yaitu spesies H. uninervis 1070.533 tegakanm
2
selanjutnya H. pinifolia 465.733 tegakanm
2
Nilai kerapatan dari C. rotundata paling tinggi terdapat di lokasi Briosi yaitu 537.467 tegakanm
. Nilai kerapatan spesies yang tinggi pada lokasi Wosi sangat berkaitan dengan tekstur substrat yang cocok bagi
pertumbuhan dan penyebaran dari kedua spesies ini, yaitu tekstur substrat pasir berlumpur Tabel 5. Selain itu kedua spesies ini merupakan spesies pioneer yang
memiliki kemampuan beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang selalu terganggu Phillips Menez 1988.
2
, selanjutnya pada lokasi Rendani 458.267 tegakanm
2
, dan yang terendah ditemukan pada lokasi Wosi 204.533 tegakanm
2
. Kerapatan spesies C. rotundata umumnya ditemukan dominan pada lokasi dengan tipe
substrat carbonat yang terdiri atas pasir dan pecahan karang. Namun spesies ini juga mampu hidup pada tipe substrat terigenous atau tipe substrat berlumpur
tetapi tidak membentuk hamparan dengan kerapatan yang tinggi Kiswara, 1992, seperti ditunjukkan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Kerapatan dan kerapatan relatif tiap spesies lamun pada lokasi penelitian Spesies
Lamun Lokasi
Rendani Wosi
Briosi Padarni
Ki Kri
Ki KRi
Ki KRi
Ki KRi
C. rotundata 458.267 56.123
204.533 11.1556 537.467 62.073
- -
C. serrulata 14.133
1.731 46.000
2.5089 2.933
0.339 5.200
0.761 H. pinifolia
- -
465.733 25.4018
41.600 4.804
249.867 36.587 H. uninervis
102.667 12.573 1070.533 58.3885 45.600
5.266 0.667
0.098 H. ovalis
30.133 3.690
46.667 2.5453
24.933 2.880
3.867 0.566
S. isoetifolium
20.267 2.482
- -
- -
202.000 29.578 T. hemprichii
191.067 23.400 -
- 213.333 24.638 221.333 32.409
Total 816.533
100 1833.467
100 865.867
100 682.933
100 Keterangan: K
i
KR = Kerapatan spesies ke-i
i
= Kerapatan relatif spesies ke-i
Penilaian terhadap tutupan spesies lamun bertujuan untuk mengetahui berapa besar spesies lamun menempati ruang yang tersedia dalam hamparan
lamun. Diharapkan nilai penutupan tiap jenis yang diperoleh dapat memberikan gambaran tentang berapa luasan yang ditutupi oleh tiap spesies lamun dalam tiap
kuadrat English et al. 1997. Nilai penutupan masing-masing spesies lamun sangat berkaitan dengan ukuran morfologi dan jumlah tegakan masing-masing
spesies tersebut. Tabel 6 Penutupan spesies dan penutupan relatif tiap spesies lamun pada lokasi
penelitian
Spesies Lamun
Rendani Wosi
Briosi Padarni
Pi PRi
Pi PRi
Pi PRi
Pi PRi
C. rotundata 11.882
0.260 8.049
0.239 22.735
0.483 C. serrulata
2.569 0.056
5.270 0.156
0.368 0.008
1.790 0.062
H. pinifolia
- -
6.410 0.190
1.667 0.035
6.162 0.214
H. uninervis 2.948
0.065 12.837
0.380 1.773
0.038 0.274
0.010 H. ovalis
3.859 0.085
1.179 0.035
1.545 0.033
0.434 0.015
S. isoetifolium
3.527 0.077
- -
8.516 0.296
T. hemprichii 20.853
0.457 19.023
0.404 11.618
0.403 Total
45.638 1
33.744 1
47.111 1
28.794 1
Keterangan : P
i
```` PR = Penutupan spesies lamun
i
= Penutupan relatif spesies lamun
Hasil perhitungan penutupan lamun yang ditunjukkan pada Tabel 6, terlihat bahwa T. hemprichii dan C. rotundata memiliki nilai tutupan yang relatif
lebih tinggi pada hampir seluruh lokasi penelitian. Kecuali pada lokasi Wosi, spesies H. uninervis memiliki nilai tutupan yang lebih tinggi yang diikuti oleh H.
pinifolia . Tutupan lamun yang tinggi dari T. hemprichii dan C. rotundata.
disebabkan karena kedua spesies ini memiliki morfologi yang lebih besar dibandingkan dengan spesies yang lain. Apabila nilai total pentupan pada tiap
lokasi disesuaikan dengan kriteria status padang lamun berdasarkan KEPMEN Lingkungan Hidup nomor 200 tahun 2004, lokasi Wosi, Rendani dan Briosi
tergolong padang lamun yang kurang kaya atau kurang sehat, dan lokasi Padarni tergolong padang lamun yang miskin.
Dalam pengamatan lamun, perlu juga mengetahui seberapa penting spesies lamun tertentu terhadap komunitas lamun, yang dapat diketahui berdasarkan
indeks nilai penting INP tiap spesies lamun. Semakin besar INP suatu spesies berarti semakin besar pula peranan spesies tersebut dalam komunitasnya.
Berdasarkan hasil perhitungan INP yang ditunjukkan pada Tabel 8, secara keseluruhn C. rotundata dan T. hemprichii memiliki nilai INP yang relatif tinggi
di semua lokasi, kecuali pada lokasi Wosi. Nilai INP yang rendah dari C. rotundata
dan tidak ditemukannya T. hemprichii di Wosi berkaitan dengan tekstur sedimen dan tingginya sedimentasi yang terjadi di lokasi tersebut. Menurut
Kiswara 1992 kedua spesies ini sangat dominan pada lokasi dengan tekstur sedimen pasir yang bercampur dengan pecahan karang, atau pada daerah rataan
terumbu karang, Spesies C. rotundata yang ditemukan di pulau Pari, sangat dominan terdapat pada substrat pasir, dan pada lokasi berlumpur tidak ditemukan.
C. rotundata juga dilaporkan berasosiasi dengan T. hemprichii dan membentuk
hamparan yang dominan. Spesies H. uninervis yang memiliki nilai penting paling tinggi
dibandingkan spesies lainnya dan diikuti H. pinifolia pada lokasi Wosi, menunjukkan bahwa kedua spesies ini sangat cocok hidup pada daerah dengan
tipe sedimen lumpur berpasir liat. kedua spesies ini tergolong spesies pioneer yang mampu mentolerir kondisi lingkungan yang selalu terganggu seperti
tingginya sedimentasi, yang ditunjukkan oleh nilai kekeruhan yang tinggi serta
suhu yang tinggi ketika terkspose saat air surut Tabel 7. Kondisi tekstur substrat yang sama juga ditemukan di zona bagian tengah intertidal pada lokasi Padarni,
sehingga nilai penting spesies H. pinifolia cukup tinggi di lokasi ini.
Gambar 5 Indeks nilai penting INP tiap spesies lamun pada lokasi penelitian.
4.3 Karakteristik Fisika-Kimia Air dan Tekstur Substrat