Ammonia, Nitrat dan Fosfat

oleh bakteri dan oksidasi bahan anorganik juga dapat mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai titik nol anaerob. Faktor lain yang dapat menyebabkan rendahnya nilai oksigen terlarut adalah adanya respirasi oleh tumbuhan maupun hewan akuatik dan oksidasi yang dilakukan oleh mikroba untuk mengoksidasi bahan organik seperti serasah lamun Nakaoka 2005.

4.3.7 Ammonia, Nitrat dan Fosfat

Hasil pengukuran terhadap unsur ammonia NH 3 -N, nitrat NO 3 - N dan fosfat PO 4 - Di perairan laut, unsur ammonia NH P dalam air pada lokasi penelitian memiliki nilai rata-rata yaitu nitrat 0.13-0.63 mgl, fosfat 0.26-0.64 mgl dan ammonia 0.45-1.06 mgl Tabel 7. Kisaran nilai nitrat, fosfat dan ammonia secara keseluruhan pada keempat lokasi penelitian berada di atas baku mutu air untuk biota berdasarkan KEPMEN Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Lampiran 2. 3 -N merupakan senyawa inorganik esensial terlarut yang berperan dalam fungsi metabolik biota laut, terutama untuk kehidupan dan pertumbuhan fitoplankton yang berperan dalam produkktivitas primer di perairan laut. Kandungan ammonia yang tinggi pada lokasi Padarni diduga karena masukan bahan pencemar organik yang berasal dari limbah domestik dan banyak babi yang dipelihara dengan kandang sistem gantung dan faktor lingkungan seperti suhu, salinitas dan pH air. Menurut Sanusi 2006, peningkatan suhu, salinitas dan pH air akan meningkatkan persentase ammonia yang tidak mengalami ionisasi unionized ammonium membentuk NH 4 + dan OH -. Nitrat NO Ammonia yang tinggi di Wosi, diduga terjadi karena masukan bahan pencemar yang bersumber dari limbah domestik dan limbah pasar yang masuk ke perairan pesisir melalui aliran Sungai Wosi. 3 -N adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan lamun dan alga. Senyawa nitrat dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan Sanusi 2006. Kadar nitrat yang tinggi di Rendani dan Wosi diduga disebabkan oleh kondisi lingkungan. Seperti di Rendani, saat air surut terjadi pencucuian flushing bahan-bahan organik yang berada di ekosistem mangrove ke hamparan lamun karena terbawa air dan diendapkan. Kondisi demikian diduga sebagai penyebab tingginya nitrat. Di Wosi sumber nitrat berasal dari buangan antropogenik dari aktivitas manusia dan tinja hewan yang dipelihara di sepanjang sungai Wosi. Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan Riley Chester 1971. Kandungan fosfat di perairan alami biasanya relatif sedikit, dengan kadar yang lebih sedikit dari kadar nitrogen karena sumber fosfat lebih sedikit dibandingkan sumber nitrogen di perairan. Sumber fosfat di perairan alami adalah pelapukan batuan mineral di daratan dan dekomposisi bahan organik, sedangkan sumber fosfat yang berasal dari antropogenik adalah limbah industri dan limbah domestik rumah tangga. Nilai fosfat yang tinggi di lokasi Wosi diduga berasal dari limbah antropogenik rumah tangga dan pasar, serta tempat pemotongan hewan yang limbahnya masuk ke sungai. Pada lokasi Briosi dan Padarni di duga berasal dari limbah antropogenik, sedangkan pada lokasi Rendani yang masih relatif alami, nilai fosfat yang tinggi diduga berasal dari batuan mineral karena dasar perairannya terdiri atas tipe carbonat. Nilai yang tinggi dari ammonia, nitrat dan fosfat di perairan dapat menyebabkan ledakan pertumbuhan epifit Keough Jenkins 1995; Sand-Jensen Borum 1991, Duarte 1995 in Bach et al. 1998, yang pada akhirnya akan berdampak pada kecepatan pertumbuhan lamun serta menurunnya penetrasi dan pemencaran cahaya dalam kolom air Kirk 1983, Onuf 1994 in Bach et al. 1998.

4.3.8 Biochemical Oxygen Demand BOD