4.3.1 Suhu
Kisaran suhu air permukaan selama pengambilan sampel tergolong tinggi dan berada di atas kisaran suhu optimum yang dibutuhkan oleh lamun, yaitu 28–
30
o
C Dahuri 2003; KEPMEN Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004. Suhu
rata-rata air permukaan yang terukur berkisar antara 30.47–33.53
o
Berdasarkan nilai rata-rata suhu air permukaan dalam Tabel 7, menunjukkan bahwa fluktuasi suhu berada dalam kondisi normal tidak dalam
kisaran suhu yang lebar. Hal ini berarti fluktuasi suhu yang ada tidak menimbulkan pengaruh yang besar terhadap proses pertumbuhan lamun maupun
proses reproduksi gastropoda. Menurut Berwick 1983, kisaran optimum bagi fotosintesis lamun berkisar antara 25-35
C Tabel 7. Suhu air permukaan yang rendah terdapat di Wosi dan yang tinggi terdapat di
Padarni. Kisaran suhu air permukaan yang tinggi ini disebabkan karena panas yang berasal dari cahaya matahari yang menerpa permukaan perairan saat
pengukuran terutama pada lokasi Briosi dan Padarni, mengingat pengambilan data dilakukan pada jam 11.00-15.30 WIT. Selain itu pengukuran dilakukan pada
kedalaman air berkisar 0.50-1.00 m, sehingga pada kondisi demikian maka suhu permukaan air berada pada level yang tinggi.
C pada saat cahaya matahari penuh, sehingga kisaran suhu di Perairan Pesisir Manokwari berada dalam kisaran suhu
yang optimum bagi proses fotosintesis dan pertumbuhan lamun. Bagi gastropoda, bentuk adaptasi untuk menghindari peningkatan suhu yang ekstrim adalah dengan
membenamkan diri ke dalam substrat, atau berlindung di bawah rebahan daun lamun Nybakken 1997.
4.3.2 Salinitas
Penyebaran lamun dan gastropoda di perairan intertidal sangat dipengaruhi oleh sebaran salinitas. Daerah intertidal memiliki kisaran salinitas yang cepat
berubah, yang dipengaruhi oleh aliran air tawar yang berasal dari sungai maupun air hujan. Kondisi ini membuat lamun maupun gastropoda harus mampu
beradaptasi dengan menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuh dengan tekanan osmotik lingkungannya Nybakken 1997.
Pada keempat lokasi penelitian, salinitas berkisar antara 29.3-35‰ Lampiran 3, kisaran terendah terdapat di Rendani dan Wosi sedangkan tertinggi
terdapat di Briosi dan Padarni. Salinitas yang rendah di Rendani disebabkan adanya hujan saat pengambilan data, sedangkan salinitas yang rendah di Wosi
disebabkan adanya masukan air tawar yang berasal dari Sungai Wosi dekat lokasi pengambilan data serta turun hujan saat pengambilan data. Sebaliknya salinitas
yang tinggi di Briosi dan Padarni disebabkan oleh teriknya cahaya matahari yang menerpa permukaan air saat pengambilan data dilakukan dan kurangnya curah
hujan, serta kedua lokasi ini jauh dari aliran sungai. Kisaran salinitas pada seluruh lokasi pengambilan data masih tergolong
dalam kisaran optimum bagi pertumbuhan lamun dan gastropoda. Dahuri 2003 mengemukakan bahwa spesies lamun memiliki kemampuan mentolerir salinitas
yang berbeda-beda, namun sebagian besar memiliki kemampuan mentolerir kisaran salinitas yang lebar yaitu antara 10-40 ‰.
4.3.3 Kecepatan Arus