penebaran 3 ekorliter kondisi stres membuat ikan banyak mengkomsumsi pakan namun sering memuntahkan pakan, inilah yang menjadi penyebab menurunnya
nilai efisiensi pakan pada perlakuan 3 ekorliter. Nilai efisiensi pakan akan mempengaruhi jumlah pakan yang dibutuhkan dalam proses produksi karena
menurut Effendi 2004 pakan merupakan komponen biaya produksi utama dalam budidaya ikan.
4.2.2 Aspek Kualitas Air
Parameter kualitas air selama pemeliharaan selalu dijaga dengan baik, kondisi tersebut dipertahankan dengan menggunakan rangkaian filter di dalam
sistem resirkulasi. Kisaran parameter suhu air selama penelitian adalah 27-29 C
Gambar10. Menurut Perez et al. 2003 suhu terbaik untuk ikan maanvis juvenil maupun indukan adalah berkisar antara 29-31,1
C yang menunjang pertumbuhan dengan baik, namun
suhu wadah selama pemeliharaan masih berada dalam kisaran optimum karena sesuai dengan pernyataan Frey 1961 dan Axelrod
1993. Suhu air juga berada dalam rentang optimum untuk pertumbuhan bakteri nitrifikasi di dalam filter yang sesuai dengan pernyataan Fdz-Polanco et al.
1994. Meskipun selama pemeliharaan parameter suhu air sesuai dengan kisaran optimum ikan maanvis dan pertumbuhan bakteri ikan yang dipelihara tetap
terkena serangan penyakit Saprolegniasis yang disebabkan oleh Saprolegnia sp. Penyebab serangan ini adalah kondisi suhu air yang menurun pada hari ke-20 dan
cuaca buruk pada hari ke-15 hingga 26 selama masa pemeliharaan. Noga 1993 mengatakan bahwa penyebab serangan saprolegniasis pada umumnya adalah
kondisi suhu rendah, dan penurunan suhu. Parameter derajat keasaman pH selama masa pemeliharaan berkisar dari
6,8-7,4. Nilai pH ini berada dalam kondisi optimum untuk pemeliharaan ikan maanvis dan bakteri nitrifikasi yang hidup di dalam filter sesuai dengan
pernyataan Lingga dan Susanto 1999 serta Masser et al. 1999. Kadar oksigen terlarut selama pemeliharaan ikan selalu berada di atas 6 ppm. Nilai ini telah
sesuai dengan nilai DO yang dianjurkan oleh Losordo et al. 1998. Nilai DO mengalami penurunan seiring dengan peningkatan padat penebaran dan lamanya
waktu pemeliharaan yang disebabkan meningkatnya laju konsumsi oksigen oleh ikan yang dipelihara maupun meningkatnya kebutuhan bakteri nitrifikasi terhadap
oksigen. Menurut Stenstrom dan Poduska 1979 proses nitrifikasi akan mencapai nilai maksimum pada kadar DO di atas 4,0 ppm. Axelrod 1993 menyatakan
bahwa ikan maanvis membutuhkan kadar DO 4 mgliter untuk tumbuh dengan baik. Hasil ini menunjukkan bahwa pemeliharaan ikan maanvis di dalam sistem
resirkulasi masih dapat ditingkatkan padat penebarannya tampa melewati daya dukung wadah dan masih mampu untuk menyediakan oksigen terlarut untuk
menunjang proses nitrifikasi yang berlangsung di dalam sistem resirkulasi. Alkalinitas selama masa pemeliharaan berkisar pada kisaran 45,75-59,55
mg CaCO
3
liter. Menurut Boyd 1979 nilai ini termasuk pada golongan hard waters
dan lebih produktif dibandingkan dengan air yang alkalinitasnya rendah atau soft waters. Produktivitas yang dihasilkan berhubungan dengan kadar fosfor
dan elemen esensial lainnya yang meningkat seiring dengan meningkatnya kadar alkalinitas. Kadar amoniak yang terukur selama pemeliharaan berkisar antara
0,0011 hingga 0,0023 mg NH
3
liter. Nilai kadar amoniak meningkat seiring dengan peningkatan padat penebaran dan lama pemeliharaan. Peningkatan ini
disebabkan oleh akumulasi buangan nitrogen yang semakin bertambah dengan bertambahnya biomassa dan waktu. Nilai amoniak yang diperoleh menunjukkan
bahwa sistem resirkulasi yang digunakan berhasil menekan peningkatan kadar amoniak seiring berjalannya waktu dan tumbuhnya ikan. Rendahnya nilai
amoniak ini menjelaskan mengapa sistem resirkulasi mampu mempertahankan daya dukung wadah sehingga nilai parameter teknis produksi yang diperoleh jauh
lebih baik jika dibandingkan dengan hasil penelitian Setiawan 2009. Daya dukung wadah kualitas air di dalam sistem dipertahankan dengan
menggunakan proses filtrasi dan pengelolaan air yang baik. Filtrasi yang digunakan di dalam sistem terdiri dari beberapa proses filtrasi yaitu filter fisik
mekanis, filtrasi kimia, dan filter biologis. Filter karang jahe berperan sebagai filter fisik di dalam sistem resirkulasi yang berfungsi untuk menyaring padatan tak
tersuspensi seperti sisa feses ikan maupun sisa pakan cacing sutera. Filtrasi mekanis juga didukung dengan kegiatan penyifonan untuk membuang feses
maupun sisa pakan yang ada di dalam wadah pemeliharaan dan filtrasi mekanis oleh bahan filter lainnya.
Filtrasi yang kedua adalah filtrasi kimia. Zeolit dan karbon aktif berperan sebagai filter kimia dalam sistem resirkulasi. Fungsi dari kedua bahan filter ini
adalah untuk membersihkan buangan metabolit ikan berupa limbah nitrogen. Gaspard et al. 1983 menyatakan bahwa zeolit bekerja dengan cara pergantian
ion antara zeolit dengan ion tertentu yang ada di air buangan. Persamaan kimia pergantian ion oleh zeolit adalah sebagai berikut:
Z
Na
+
+ NH
4 +
Z NH
4 +
+ Na
+
Bower dan Turner 1982 juga mengatakan bahwa penggunaan clinoptilolite zeolit pada plastik tertutup untuk kebutuhan tranportasi ikan hidup efektif dalam
mengurangi amoniak. Menurut Spotte 1979 karbon aktif bekerja sebagai filter kimia dengan melakukan proses penyerapan terhadap bahan buangan yang ada di
dalam air. Filter terakhir yang bekerja di dalam sistem resirkulasi adalah filter
biologis. Bakteri nitrifikasi yang hidup di air pemeliharaan maupun yang menempel pada filter dan bioball berperan sebagai filter biologis pengurai
buangan nitrogen ikan. Menurut Spotte 1979 bakteri yang berperan dalam nitrifikasi adalah Nitrosomonas sp. yang mengubah amoniak ikan menjadi nitrit
dan Nitrobacter sp. yang mengubah nitrit menjadi nitrat. Parameter kualitas air seperti suhu, kadar oksigen terlarut dan pH yang berada pada rentang optimum
bagi proses nitrifikasi membuat proses nitrifikasi di dalam sistem resirkulasi bekerja dengan optimum. Luasan bahan tempelan bakteri pada filter dan bioball
yang digunakan juga menunjang berjalannya proses nitrifikasi dengan baik. Menurut De Silva 2000 karbon aktif sebanyak 1 gram dapat mempunyai luas
permukaan hingga 1000 meter perseginya 1000 mg. Proses filtrasi yang berkerca dengan optimum membuat kadar amoniak di dalam sistem dapat ditekan
sampai kadar yang tidak berbahaya. Parameter kualitas air di dalam sistem resirkulasi selalu berada pada
rentang yang optimum bagi ikan maupun bagi bakteri nitrifikasi. Kondisi inilah yang membuat sistem resirkulasi dapat mempertahankan daya dukung wadah
sehingga tidak membuat parameter produksi menurun jauh akibat peningkatan padat penebaran hingga 4 kali lipat jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
Setiawan 2009.
4.2.3 Aspek Kualitas Ikan Maanvis