Aspek-Aspek Kualitas Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga

Persoalannya adalah bukan beberapa kali komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan Rakhmat, 2002 : 129. Hal ini berarti bahwa dalam komunikasi yang diutamakan adalah bukan kuantitas dari komunikasi itu, melainkan seberapa besar kualitas komunikasi tersebut.

2.4.4. Aspek-Aspek Kualitas Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga

Komunikasi yang efektif perlu dibangun dan dikembangkan dalam keluarga. Beberapa faktor penting ubtuk menetukan jelas tidaknya informasi yang dikomunikasikan di dalam keluarga sehingga dapat mebgarahkan pada komunikasi yang efektif yaitu : 1. Konsistensi Informasi yang disampaikan secara konsisten akan dapat dipercaya dan relatif lebih jelas, dibandingkan dengan informasi yang selalu berubah. Ketidak konsistenan yang membuat anak bingung dalam menafsirkan informasi tersebut Irwanto dalam Yatim dan Irwanto, 1991 : 85. 2. Ketegasan Assertiveness Ketegasan tidak berarti otoriter. Ketegasan membantu meyakinkan anak atau anggota keluarga yang lain bahwa komunikator benar-benar meyakini nilai atau sikapnya. Bila perilaku orang tua ingin ditiru oleh anak-anak, maka ketegasan akan memberikan jaminan bahwa mengharapkan anak-anak berperilaku seperti yang diharapkan Irwanto dalam Yatim dan Irwanto, 1991 : 85-86. 3. Percaya Trust Faktor percaya adalah paling penting karena percaya menemukan efektivitas komunikasi, meningkatkan komunikasi antar pribadikarena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang akrab Rakhmat, 2002 : 130. Ada tiga faktor yang berhubungan dengan sikap percaya Rakhmat, 2002 : 131 yaitu : a Menerima Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan prang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan sikap yang melihat orang lain sebagaia manusia, sebagai individu yang patut dihargai tetapi tidak berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya Rakhmat, 2002 : 132. b Empati Empati dianggap sebagai memahami orang lain dan membayangkan diri pada kejadian yang menimpa orang lain, melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain rasakan Rakhmat, 2002 : 32. c Kejujuran Manusiab tidak menaruhkpercayaan kepada orang yang tidak jujur atau sering menyembunyikan pikiran dan pndapatnya. Kejujuran dapat menyebabkan perilaku seseorang dapat diduga. Ini mendorong untuk percaya antara yang satu dengan yang lain Rakhmat, 2002 : 133. 4. Sikap Sportif Sikap sportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam komunikasi. Sikap defensif akan menyebabkan komunikasi interpersonalakan gagal karena lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi daripada pesan orang lain Rakhmat, 2002 : 133. Perilaku yang menimbulkan iklim defensif dan sportif antara lain : a Deskripsi Deskripsi artinya penyampaian perasaan atau persepsi tanpa menilai. Hubungan antara orang tua dan anak bersifat horizontal dan sama Rakhmat, 2002 : 135. b Orientasi Masalah Orientasi masalah artinya adalah mengkomunikasikan untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah dengan tidak mendikte pemecahan, megajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan memutuskan cara mencapainya Rakhmat, 2002 : 135. c Spontanitas Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motifd yang terpendam Rakhmat, 2002 : 135. d Persamaan Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horisontal dan demokratis. Artinya tidak mempertegas perbedaan, tidak menggurui, tidak berbincang, tapi berbincang pada tingkat yang sama dan mengkomunikasikan penghargaan serta rasa hormat pada pebedaan dan keyakinan Rakhmat, 2002 : 135. e Provosionalisme Provosionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat seseorang Rakhmat, 2002 : 135. 5. Sikap Terbuka Sikap terbuka mendorong terbukanya saling pengertian, saling menghargai, saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal Rakhmat, 2002 : 36. 6. Bersikap Positif Bersikap secara positif mencakup adanya perhatian atau pandangan positif terhadap diri orang, perasaan positif untuk berkomunikasi dan ”menyerang” seseorang yang diajak berinteraksi. Perilaku ”menyerang” dapat dilakukan secara verbal seperti katakan ”aku suka kamu” atau ”kamu nakal”. Sedangkan perilaku ”menyerang” yang bersifat non verbal berupa senyuman, pelukan, bahkan pukulan. Perilaku ”menyerang” dapat bersifat positif yang merupakan bentuk penghormatan atau pujian dan mengandung perilaku yang diharapkan. ”Menyerang” negatif bersifat menentang atau menghukum hati seseorang secaa fisik maupun psikologis Devito, 2007 : 59. Pentingnya ”menyerang” dinyatakan oleh Kristina bahwa ”menyerang” positif perlu diberikan kepada anak jika anak memang pantas menerimanya. ”Menyerang” secara negatif itu jika diperlukan asal dalam batas wajar seperti menegur atau memarahi anak bila memang perlu dan orang tua tetap memberikan penjelasan alasan bersikap demikian Kartono, 2004 : 153.

2.5. Pengertian Orang Tua