2.3. Teori Atribusi
Teori ini diperkenalkan oleh Heider pada tahun 1958 melalui bukunya yang bejudul ”The Psycologi Interpersonal Relation” . Heider mengemukakan
jika anda melihat perilaku orang lain, maka anda juga harus melihat sebab tindakan seseorang. Dengan demikian anda sebagai pihak yang memulai
komunikasi harus mempunyai kemampuan untuk memprediksi perilaku yang tampak di depan anda. Heider seperti dikutip Rakhmat 2000 mengungkapkan
ada dua jenis atribusi yaitu atribuasi kausalitas dan atribusi kejujuran Liliweri, 2001 : 52.
Contoh, jika anda mengamati perilaku seseorang pertama-tama anda harus bisa menentukan dahulu apa yang menyebabkan perilaku itu terjadi, apakah faktor
situasional atau personal. Dlam teori atribusi lazim disebut kualitas eksternala dan kualitas internal. Intinya hanya mempertanyakan perilaku orang lain tersebut
dipengaruhi oleh faktor situasional atau faktor-faktor personal. Itulah ”atribusi kausalitas”.
Kedua, yaitu atribusi kejujuran, Robert A, Baron, dan Don Byrne yang dikutip Rakhmat 1988 mengemukakan, ketika seorang memperlihatkan atribusi
kejujuran maka ada dua hal yang harus diamati : 1 sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari pendapat umum ; 2 sejauh mana orang itu
memperoleh keuntungan dari anda akibat pernyataan anda. Makin besar jarak antara pendapat pribadi dengan pendapat umum maka kita makin percaya dia
jujur.
2.4. Pengertian Keluarga
Menurut Sigelman dan Shaffer dlam Yusuf, 2001 : 36, bahwa kieluarga adalah unit terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap di dunia
universe atau suatu sistem sosial yang terpancang terbentuk dalam sistemyang lebih besar.
Pengertian Keluarga juga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dari hubungan sosial. Dalam dimensi hubungan darah, merupakan kesatuan yang
diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga inti nuclear family adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak-anaknya atau belum menikah. Sedangkan keluarga besar extended family adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi
dan satu lingkungan keluarga yang lebih luas dari ayah, ibu, dan anak-anak seperti kakek, nenek, ayah, ibu, paman, bibi, dan anggota keluarga lainnya.
Keluarga memiliki peran penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-
nilai kehidupan baik agama maupun sosial budaya yang diberikan merupakan faktor kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota
masyarakat yang sehat.
2.4.1. Fungsi Keluarga
Yusuf 2001:39 menyebutkan beberapa fungsi keluarga. Dari sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga dapat diklasifikasikan ke dalam fungsi-fungsi
berikut :
1. Fungsi Biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalitas, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk
memenuhi kebutuhan dasa biologisnya. Kebutuhan itu meliputi : a pangan, sandang, papan b hubungan seksual suami istri dan c
reproduksi atau pengembangan keturunan. 2.
Fungsi Ekonomis Keluarga merupakan unit ekonomi dasa dalam sebagian besar
masyarakat primitif. Para anggota keluarga bekerja sama sebagai tim untuk menghasilkan sesuatu.
3. Fungsi Pendidikan
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga berfungsi sebagai ”transmitter budaya atau
mediator” sosial budaya bagi anak. Fungsi keluarga dalam pendidikan adalah menyangkut penenaman, pembimbingan atau pembiasan nilai-
nilai agama, budaya dan ketrampilan – ketrampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak.
4. Fungsi Sosialisasi
Lingkungan keluarga merupakan faktor penentu determine factor yang sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang.
Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang mensosialisasikan nilai-nilai atau peran-peran hidup dalam masyarakat
yang harus dilaksanakan oleh para anggotanya. Keluarga merupakan
lembaga yang mempengaruhi perkembangan kemampuan anak untuk mentaati peraturan disiplin, mau bekerja sama dengan orang lain,
bersikap toleransi, menghargai pandapat atau gagasan orang lain, mau bertanggung jawab dan bersikap matamg dalam kehidupan yang
heterogen etnis, ras, agama, budaya. 5.
Fungsi Perlindungan Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarganya dari
gangguan, ancaman, atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan fisik psikologis bagi para anggotanya.
6. Fungsi Rekreatif
Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan kenyamanan, keceriaan, kehangatan, dan penuh semangat
bagi anggotanya. Maka dari itu keluarga harus ditata sedemikian rupa, seperti menyangkut aspek dekorasiinterior rumah, komunikasi yang
tidak kaku, makan bersama, bercengkrama dengan penuh suasana humor dan sebagainya.
7. Fungsi Agama religius
Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai-nilai agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar.
Keluarga berkewajiban mengajar, membimbing, atau membiasakan anggotanya untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran yang
dianutnya. Para anggota keluarga yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tuhan akan memiliki mental yang sehat, yakni mereka akan
terhindar dari beban-beban psikologis dan mampu menyesuaikan dirinya secara harmonis dengan orang lain, serta bepartisipasi aktif
dalam memberikan kontribusi secara konstruktif terhadap kemajuan serta kesejahteraan masyarakat.
2.4.2. Komunikasi Keluarga
Komunikasi keluarga adalah pembentukan pola kehidupan keluarga di mana di dalamnya terdapat unsur pendidikan, pembentukan sikap dan perilaku
anak yang berpengaruh terhadap perkembangan anak Hurlock, 1998 : 198. Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
menanamkan nilai-nilai. Bila hubungan yang dikembangkan oleh orang tua dalam memilihpola asuhan, pola komunikasi yang tidak dialogis dan adanya permusuhan
serta pertentangan dalam keluarga maka akan ada hubungan yang tegang. Komunikasi dalam keluarga terbentuk bila hubungan timbal balik selalu terjalin
antara ayah, ibu, dan anak Gunarsa dan Gunarsa, 2001 ; 205 . Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena
komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan,pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Demikian juga dalam
linkungan keluarga diharapkantebina komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak, sehingga akan terjadi hubungan yang penuh kasih sayang dan dengan
adanya hubungan harmonis antara orang tua dan anak, diharapkan adanya keterbukaan antara orang tua dan anak dalam membicarakan masalah dan
kesulitan yang dialami oleh anak Munandar, 1993 : 23. Di sinilah diperlukan komunikasi dalam keluarga yang sering disebut Komunikasi Keluarga.
Dengan adanya kesamaan pandangan akan timbul pemahaman antar orang tua dan anak, sehingga antar oang tua dan anak akan saling terbuka dan berterus
terang dalam membicarakan masalah yang sedang dihadapi oleh anak Conger, 1997 : 234 . Keterbukaan komunikasi antar orang tua dan anak sangat diperlukan
dalam proses sosialisasi dan bermanfaat dalam menghindarkan konflik yang terjadi pada remaja maupun pada hubungan orang tua dan anak. Sehinggadengan
adanya komunikasi antar orang tua dan anak dapat membantumemecahkan masalah anak Gunarsa, 2000 : 206.
Kegiatan komunikasi dalam keluarga biasanya berlangsung secara tatap muka dan memungkinkan adanya dialog antar anggota-anggota dalam keluarga
pada umumnya bersikap akrab dan terbuka Pratikno, 1987 : 23. Namun untuk mengadakan komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak usia remaja
tidak mudah karena ada faktor-faktor yang enjadi penghambat, yaitu : a.
Orang tua biasanya measa kedudukannya lebih tinggi daripada kedudukan anaknya yang menginjak usia remaja.
b. Orang tua dan anak tidak mempergunakan bahasa yang sama
sehingga meninggalkan salah tafsir atau salah paham. c.
Orang tua hanya membeikan informasi, akan tetapi tidak ikut serta memecahkan masalah yang dihadapi anak.
d. Hubungan antara orang tua dan anak hanya terjadi secara singkat
dan formal, karena selalu sibuknya orang tua.
e. Anak tidak diberi kesempatan mengembangkan kreativitasnya serta
memberikan pandangan-pandangannya secara bebas Soekanto, 1993 : 15.
2.4.3. Kualitas Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga
Dalakm komunikasi,dikenal dengan istilah interpersonal communication atau komunikasi interpersonal adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan
pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil dengan beberapa efek dan umpan balik seketika. Komunikasi ini dianggap efektif dalam upaya untuk
mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis, berlangsung secara tatap muka face to face dan menunjukkan suatu interaksi
sehingga terjadi kontak pribadi atau personal contact Effendy, 2003 : 8. Dengan demikian mereka yang terlibat dalam komunikasi ini masing-masing menjadi
pembicara dan pendengar. Nampakya adanya upaya untuk terjadinya pengertian bersama dan empati. Disini terjadi rasa saling menghormati berdasarkan anggapan
bahwa masing-masing adalah manusia utuh yang wajib, berhak dan pantas untuk dihargai dan dihormati sebagai manusia.
Dalam proses komunikasi interpersonal, ketika pesan disampaikan, umpan balikpun terjadi saat itu juga immediate feedback sehingga komunikator tahu
bagaimana reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikannya Effendy, 2003 : 15. Umpan balik itu sendiri memainkan peran dalam proses komunikasi
yang dilancarkan oleh komunikator, selain itu umpan balik dapat memberikan komunikator bahan informasi bahwa sumbangan – sumbangan pesan mereka yang
disampaikan menarik atau tidak bagi komunikan Effendy, 2003 : 14. Umpan balik ini bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Umpan balik dikatakan
bersifat positif ketika respon komunikan berjalan dengan lancar, sedangkan sebaliknya umpan balik dikatakan negatif ketika respon komunikan tidak
menyenangkan komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasi tersebut. Selain pengelompokkan di atas, umpan balik dapat pula dinyatakan secara
verbal maupun non verbal seperti halnya dengan penyampaian pesan. Umpan balik verbal adalah tanggapan dari komunikan yang dinyatakan dengan kata-kata
secara singkat maupun secara panjang lebar, sedangkan umpan balik non verbal ialah tanggapan komunikan yang bukan berupa kata-kata melainkan hanya berupa
isyarat tertentu. Komunikasi yang efektif juga dibutuhkan untuk membentuk keluarga yang
harmonis, selain faktor keterbukaan, otoritas, kemampuan bernegosiasi, menghargai kebebasan dan privasi antara anggota keluarga. Dengan adanya
komunikasi efektif diharapkan dapat mengarahkan anak untuk mampu mengambil keputusan, mendukung perkembangan otonomi dan kemandirian dan lain-lain.
Fuhrman, 2001 : 218 Dengan demikian, dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan faktor yang
penting bagi perkembangan diri anak, karena ketiadaan komunikasi di dalam suatu keluarga akan bersifat fatal sepeti timbulnya perilaku menyimpang pada
anak Irwanto dalam Yanto dan Irwanto, 2001 : 83 Tidak bena anggapan orang bahwa semakin sering seseorang melakukan
komunikasi antar pribadi dengan orang lain, maka makin baik hubungan mereka.
Persoalannya adalah bukan beberapa kali komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan Rakhmat, 2002 : 129. Hal ini berarti bahwa dalam
komunikasi yang diutamakan adalah bukan kuantitas dari komunikasi itu, melainkan seberapa besar kualitas komunikasi tersebut.
2.4.4. Aspek-Aspek Kualitas Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga
Komunikasi yang efektif perlu dibangun dan dikembangkan dalam keluarga. Beberapa faktor penting ubtuk menetukan jelas tidaknya informasi yang
dikomunikasikan di dalam keluarga sehingga dapat mebgarahkan pada komunikasi yang efektif yaitu :
1. Konsistensi
Informasi yang disampaikan secara konsisten akan dapat dipercaya dan relatif lebih jelas, dibandingkan dengan informasi yang
selalu berubah. Ketidak konsistenan yang membuat anak bingung dalam menafsirkan informasi tersebut Irwanto dalam Yatim dan
Irwanto, 1991 : 85. 2.
Ketegasan Assertiveness Ketegasan tidak berarti otoriter. Ketegasan membantu
meyakinkan anak atau anggota keluarga yang lain bahwa komunikator benar-benar meyakini nilai atau sikapnya. Bila perilaku orang tua
ingin ditiru oleh anak-anak, maka ketegasan akan memberikan
jaminan bahwa mengharapkan anak-anak berperilaku seperti yang diharapkan Irwanto dalam Yatim dan Irwanto, 1991 : 85-86.
3. Percaya Trust
Faktor percaya adalah paling penting karena percaya menemukan efektivitas komunikasi, meningkatkan komunikasi antar
pribadikarena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi serta memperluas peluang komunikan
untuk mencapai maksudnya. Hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang akrab
Rakhmat, 2002 : 130. Ada tiga faktor yang berhubungan dengan sikap percaya Rakhmat, 2002 : 131 yaitu :
a Menerima
Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan prang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan
sikap yang melihat orang lain sebagaia manusia, sebagai individu yang patut dihargai tetapi tidak berarti menyetujui
semua perilaku orang lain atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya Rakhmat, 2002 : 132.
b Empati
Empati dianggap sebagai memahami orang lain dan membayangkan diri pada kejadian yang menimpa orang lain,
melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain rasakan Rakhmat, 2002 : 32.
c Kejujuran
Manusiab tidak menaruhkpercayaan kepada orang yang tidak jujur atau sering menyembunyikan pikiran dan pndapatnya.
Kejujuran dapat menyebabkan perilaku seseorang dapat diduga. Ini mendorong untuk percaya antara yang satu dengan
yang lain Rakhmat, 2002 : 133.
4. Sikap Sportif
Sikap sportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam komunikasi. Sikap defensif akan menyebabkan komunikasi
interpersonalakan gagal karena lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi daripada pesan
orang lain Rakhmat, 2002 : 133. Perilaku yang menimbulkan iklim defensif dan sportif antara lain :
a Deskripsi
Deskripsi artinya penyampaian perasaan atau persepsi tanpa menilai. Hubungan antara orang tua dan
anak bersifat horizontal dan sama Rakhmat, 2002 : 135. b
Orientasi Masalah Orientasi masalah artinya adalah mengkomunikasikan
untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah dengan tidak
mendikte pemecahan, megajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan memutuskan cara mencapainya
Rakhmat, 2002 : 135. c
Spontanitas Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak
menyelimuti motifd yang terpendam Rakhmat, 2002 : 135. d
Persamaan Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain
secara horisontal dan demokratis. Artinya tidak mempertegas perbedaan, tidak menggurui, tidak berbincang, tapi berbincang
pada tingkat yang sama dan mengkomunikasikan penghargaan serta rasa hormat pada pebedaan dan keyakinan Rakhmat,
2002 : 135. e
Provosionalisme Provosionalisme adalah kesediaan untuk meninjau
kembali pendapat seseorang Rakhmat, 2002 : 135. 5.
Sikap Terbuka Sikap terbuka mendorong terbukanya saling pengertian, saling
menghargai, saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal Rakhmat, 2002 : 36.
6. Bersikap Positif
Bersikap secara positif mencakup adanya perhatian atau pandangan positif terhadap diri orang, perasaan positif untuk berkomunikasi dan
”menyerang” seseorang yang diajak berinteraksi. Perilaku ”menyerang” dapat dilakukan secara verbal seperti katakan ”aku suka
kamu” atau ”kamu nakal”. Sedangkan perilaku ”menyerang” yang bersifat non verbal berupa senyuman, pelukan, bahkan pukulan.
Perilaku ”menyerang” dapat bersifat positif yang merupakan bentuk penghormatan atau pujian dan mengandung perilaku yang diharapkan.
”Menyerang” negatif bersifat menentang atau menghukum hati seseorang secaa fisik maupun psikologis Devito, 2007 : 59.
Pentingnya ”menyerang” dinyatakan oleh Kristina bahwa ”menyerang” positif perlu diberikan kepada anak jika anak memang
pantas menerimanya. ”Menyerang” secara negatif itu jika diperlukan asal dalam batas wajar seperti menegur atau memarahi anak bila
memang perlu dan orang tua tetap memberikan penjelasan alasan bersikap demikian Kartono, 2004 : 153.
2.5. Pengertian Orang Tua
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Orang tua adalah Ayah dan Ibu kandung. Sedangkan menurut Wright 1991 : 12, orang tua dibagi menjadi tiga
macam yaitu :
a. Orang Tua Kandung
Orangtua Kandung adalah Ayah dan Ibu yang mempunyai hubungan darah secara biologis yang melahirkan.
b. Orang Tua Angkat
Pria dan Wanita yang bukan kandung tapi dianggap sebagai orang tua sendiri berdasarkan ketentuan hukum atau adat yang berlaku.
c. Orang Tua Asuh
Orang tua yang membiayai hidup seseorang yang bukan anak kandungnya atas dasar kemanusiaan.
Dari pengertian di atas maka arti orang tua adalah pria dan wanita yang dianggap mempunyai hubungan ikatan darah maupun sosial yang mampu
mendidik, merawat, membiayai, seta membimbing hidup orang lain yang dianggap anak secara berkesinambungan berkelanjutan.
2.6. Pengertian Anak