dengan derajat signifikan yang dipakai sebesar 5. Jika nilai χ
2
hitung ObsR
2
χ
2
tabel atau nilai probabilitasnya 5, berarti tidak terdapat autokorelasi.
Tabel IV.12 Hasil Uji Autokorelasi Uji Breusch-Godfrey B-G
test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic
0.173861 Probability 0.679883
ObsR-squared 0.215985 Probability
0.642116
Sumber : Hasil Output Eviews 3.0, 2011
Berdasarkan hasil uji Breusch-Godfrey B-G
test
pada tabel IV.12, diketahui nilai ObsR
2
sebesar 0,215985 dengan probabilitas sebesar 0,642116. Nilai probabilitas 0,642116 0,05 menunjukkan bahwa
dalam model regresi tidak terdapat autokorelasi.
C. Interpretasi Ekonomi
1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap PDRB Kabupaten
Kota di Provinsi Jawa Tengah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel Pendapatan Asli Daerah PAD bernilai positif sebesar 0,022105 dengan
probabilitasnya 0,1785 tabel IV.7. Nilai probabilitas variabel Pendapatan Asli Daerah PAD lebih besar dari derajat signifikansinya sebesar 5
0,1785 0,05 berarti variabel Pendapatan Asli Daerah PAD tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB kabupaten kota di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2009. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh
signifikan terhadap PDRB kabupaten kota di Provinsi Jawa Tengah tahun perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
2009. Hal ini dapat dijelaskan secara teoritis bahwa pelaksanaan otonomi daerah melalui desentralisasi fiskal dengan sumber dana berupa PAD
mampu mendorong pertumbuhan ekonomi PDRB dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena pemerintah daerah lebih efisien dalam
memproduksi dan menyediakan barang-barang publik yang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun, bila pelaksanaan desentralisasi fiskal tersebut
tidak dilakukan dengan baik sesuai standar teori desentralisasi atau terjadi korupsi yang tinggi di tingkat daerah sehingga mengakibatkan realisasi
sumber dana pembangunan termasuk PAD berkurang tidak merata, maka peningkatan nilai PAD tidak dapat mendorong perekonomian bahkan
dapat menurunkan nilai PDRB di daerah tersebut.
2. Pengaruh Kredit terhadap PDRB Kabupaten Kota di Provinsi Jawa
Tengah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel kredit KRDT bernilai positif sebesar 0,762409 dengan probabilitasnya 0,0013
tabel IV.7. Nilai ini berarti variabel kredit KRDT mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB kabupaten kota di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2009 pada tingkat signifikansi 5. Jika nilai variabel kredit KRDT bertambah 1 juta rupiah, maka nilai PDRB akan meningkat
sebesar 0,762409 juta rupiah dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian, yang menyatakan
bahwa variabel kredit KRDT mempunyai hubungan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PDRB kabupaten kota di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2009. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Penyaluran kredit kepada masyarakat oleh perbankan bertujuan untuk membiayai sektor riil dan pembangunan daerah sehingga ketersediaan
dana yang tinggi untuk sektor riil dan pembangunan akan meningkatkan aktivitas perekonomian. Hal ini berarti semakin besar nilai kredit yang
disalurkan kepada masyarakat akan menyebabkan aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh masyarakat meningkat, sehingga akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi PDRB di daerah tersebut. 3.
Pengaruh Tabungan terhadap PDRB Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Tengah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel tabungan TAB bernilai negatif sebesar 0,630071 dengan probabilitasnya 0,3009
tabel IV.7. Nilai probabilitas variabel tabungan TAB lebih besar dari derajat signifikansinya sebesar 5 0,3009 0,05, berarti variabel
tabungan TAB tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB kabupaten kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009. Hal ini tidak sesuai dengan
hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa variabel tabungan TAB berpengaruh signifikan terhadap PDRB kabupaten kota di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2009. Hal ini dapat dijelaskan secara teoritis bahwa tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari suku bunga yang berarti
pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk
konsumsi guna menambah jumlah tabungannya. Sedangkan, investasi merupakan fungsi dari tingkat suku bunga. Semakin rendah tingkat suku
bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi akan tinggi. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Sebaliknya, semakin tinggi tingkat suku bunga, maka keinginan masyarakat untuk melakukan investasi akan rendah karena seorang
pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat suku bunga yang
dibayar untuk dana investasi tersebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jika tingkat suku bunga tinggi, maka
jumlah tabungan akan meningkat dan investasi akan menurun sehingga nilai pertumbuhan ekonomi PDRB akan rendah karena jumlah
pengeluaran investasi kecil rendah untuk membiayai pembangunan daerah. Namun, nilai tabungan yang tinggi dapat menaikkan nilai
pertumbuhan ekonomi PDRB apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi tingkat
suku bunga seimbang, dimana kenaikan efisiensi produksi akan mengakibatkan keuntungan yang diharapkan naik sehingga pada tingkat
upah yang sama pengusaha berusaha meminjam dana yang lebih besar untuk membiayai investasinya pengeluaran investasi naik. Oleh karena
itu, pengusaha bersedia membayar tingkat suku bunga yang lebih tinggi yang mengakibatkan jumlah tabungan meningkat dan akhirnya
pertumbuhan ekonomi PDRB juga tinggi. 4.
Pengaruh Belanja Daerah terhadap PDRB Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Tengah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel Belanja Daerah BD bernilai positif sebesar 0,002838 dengan probabilitasnya
0,0365 tabel IV.7. Nilai tersebut berarti variabel Belanja Daerah BD perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB kabupaten kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 pada tingkat signifikansi 5.
Jika nilai variabel Belanja Daerah BD bertambah 1 ribu rupiah, maka nilai PDRB akan meningkat sebesar 0,002838 juta rupiah dengan asumsi
variabel bebas lainnya konstan. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian, yang menyatakan bahwa variabel Belanja Daerah BD mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PDRB kabupaten kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.
Belanja daerah merupakan salah satu komponen dalam permintaan agregat, berarti jika pemerintah meningkatkan belanja daerah, maka
permintaannya juga
meningkat. Permintaan
yang tinggi
akan mengakibatkan kenaikan penawaran produsen sehingga pendapatan
pemerintah naik dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi PDRB daerah juga meningkat karena pembangunan daerah dapat berjalan dengan lancar.
5. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap PDRB Kabupaten Kota di