Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP

Guru menjelaskan bahwa jenis cerita fantasi irisan atau total dilihat dari kesesuaian dalam dunia nyata. Cerita fantasi irisan yaitu cerita fantasi yang mengungkapkan fantasi tetapi masih menggunakan nama-nama dalam kehidupan nyata, menggunakan nama tempat yang ada dalam dunia nyata, atau peristiwa pernah terjadi pada dunia nyata. Sebaliknya, cerita fantasi total berisi fantasi pengarang terhadap objek tertentu. Pada cerita kategori ini semua yang terdapat pada cerita semua tidak terjadi dalam dunia nyata. Sedangkan, jenis cerita fantasi sezaman atau lintas waktu dilihat berdasarkan latar cerita. Latar sezaman berarti latar yang digunakan adalah satu masa, misal masa sekarang, masa lampau, atau masa yang akan datang futuristik. Latar lintas waktu berarti cerita fantasi menggunakan dua latar waktu yang berbeda, misal masa sekarang dengan zaman prasejarah, masa sekarang dan masa yang akan datang futuristik. Oleh karena waktu pembelajaran pada pertemuan kali inni telah usai, maka guru memutuskan untuk melanjutkan materi tentang jenis cerita fantasi pada pertemuan selanjutnya. 3 Materi Pembelajaran pada Pertemuan Ketiga Pada pertemuan ketiga, materi pembelajaran masih mengacu pada KD 3.3, yaitu mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi cerita fantasi yang dibaca dan didengar. Materi yang disampaikan oleh guru adalah jenis cerita fantasi dan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita fantasi. Guru melanjutkan pembelajaran tentang jenis cerita fantasi disertai dengan contoh. Setelah itu, guru melanjutkan pembelajaran mengenai unsur intrinsik. Sebelum menjelaskan tentang unsur intrinsik, guru memberikan beberapa pertanyaan seputar unsur intrinsik. Para siswa saling berebut untuk menjawab. Setelah tanya jawab, guru kemudian menjelaskan kembali tentang unsur intrinsik mulai dari tema, penokohan, perwatakan, latar, alur, amanat, dan sudut pandang. Setelah itu, guru memberikan tugas kepada siswa secara berkelompok untuk menemukan unsur intrinsik dari naskah cerita fantasi disertai bukti. Guru meminta setiap kelompok untuk memilih dan membaca nask ah “Kekuatan Ekor Biru Nagata” atau “Berlian Tiga Warna” secara teliti. Masing-masing kelompok mengerjakan di buku catatan salah satu anggota kelompoknya. Guru memberikan waktu untuk mengerjakan sampai jam pelajaran bahasa Indonesia berakhir. 4 Materi Pembelajaran pada Pertemuan Keempat Pada pertemuan keempat, para siswa menukarkan hasil diskusi kelompok tentang unsur intrinsik untuk dikoreksi bersama. Setelah hasil diskusi masing-masing kelompok dipaparkan, guru melanjutkan pembelajaran. Guru melanjutkan materi tentang unsur intrinsik. Guru mengulas kembali tentang unsur intrinsik dan memersilahkan para siswa untuk bertanya apabila masih terdapat hal yang belum dimengerti. Salah seorang siswa mengangkat tangan dan bertanya tentang sudut pandang. Siswa tersebut masih sedikit bingung cara membedakan sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Kemudian guru menjelaskan kembali tentang sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga serta guru memberikan contoh yang mudah dipahami siswa. Guru kemudian melanjutkan materi pembelajaran mengenai struktur cerita fantasi. Materi tersebut mengacu pada KD 3.4, yaitu menelaah struktur dan kebahasaan teks narasi cerita fantasi yang dibaca dan didengar. Guru meminta beberapa siswa untuk membaca n askah cerita fantasi “Belajar dengan Gajah Mada” secara bergantian. Kemudian guru menjelaskan tentang struktur cerita fantasi, yaitu orientasi, komplikasi, dan resolusi disertai dengan contoh. Guru menjelaskan bahwa orientasi merupakan pengenalan tokoh, latar, dan watak tokoh. Guru memberikan contoh bagian orientasi dengan cerita timun mas. Misal, pada zaman dahulu tinggallah seorang wanita tua di desa terpencil bernama Mbok Rondo. Guru kemudia menjelaskan bahwa komplikasi dimulai dari munculnya permasalahan atau konflik sampai terjadinya klimaks atau puncak pemasalahan dalam cerita. Guru kembali memberikan contoh dengan cerita timun mas. Setelah itu guru menjelaskan tentang resolusi yang merupakan penyelesaian masalah dalam cerita. Guru memberikan contoh dari masing-masing struktur orientasi, komplikasi, dan resolusi untuk membantu para siwa memahami mengenai struktur cerita. Setelah itu, siswa secara bergantian membaca materi tentang variasi pengungkapan struktur cerita fantasi. Kemudian dilanjutkan dengan alur cerita, ragam alur, dan telaah teks cerita dari segi strukturnya. 5 Materi Pembelajaran pada Pertemuan Kelima Pada pertemuan kelima, guru mengulas pelajaran pada pertemuan sebelumnya. Tujuan pembelajaran kali ini adalah siswa dapat menyimpulkan karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi orientasi, komplikasi, dan resolusi. Tujuan tersebut mengacu pada KD 3.4, yaitu menelaah struktur dan kebahasaan teks narasi cerita fantasi yang dibaca dan didengar. Sebelum melanjutkan materi pada pertemuan kali ini, guru menginstruksikan para siswa untuk membagi kelompok diskusi mengenai struktur cerita fantasi. Guru meminta setiap kelompok untuk mengamati dua video yang akan ditampilkan secara teliti. Guru kemudian menampilkan dua video cerita fantasi, yaitu Bawang Merah Bawang Putih dan Keong Mas. Setiap anggota kelompok mengamati dua video tersebut secara seksama dan mencatat bagian-bagian yang termasuk dalam struktur cerita. Guru kemudian meminta satiap kelompok untuk memilih salah satu dari video tersebut. Setelah itu, setiap kelompok berdiskusi tentang video yang telah mereka pilih. Guru menginstruksikan kepada semua kelompok untuk menulis hasil diskusi mereka di salah satu buku catatan anggota kelompok. Guru memberikan keluasan waktu untuk berdiskusi dan menulis hasil diskusi sampai jam pelajaran bahasa Indonesia berakhir. 6 Materi Pembelajaran pada Pertemuan Keenam Pada pertemuan keenam terdapat dua tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pertama, siswa mampu mengomentari cerita fantasi dari segi struktur dan bahasanya. Kedua, siswa mampu merencanakan pengembangan cerita fantasi. Materi yang hendak disampaikan mengacu pada KD 3.4, yaitu menelaah struktur dan kebahasaan teks narasi cerita fantasi yang didengar dan dibaca, dan KD 4.4, yaitu menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk cerita fantasi secara lisan dan tulis dengan memerhatikan struktur dan penggunaan bahasa. Guru menjelaskan secara ringkas tentang unsur kebahasaan yang terdapat dalam cerita fantasi. Mulai dari penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan, penggunaan kata yang mencerap panca indera untuk deskripsi latar, penggunaan diksi dengan makna kias dan makna khusus, penggunaan kata sambung urutan waktu, penggunaan kata ungkapan keterkejutan, dan penggunaan dialog kalimat langsung dalam cerita. Para siswa memerhatikan dengan seksama. Setelah itu guru melanjutkan materi tentang menyajikan cerita fantasi. Guru menunjuk siswa secara acak untuk membaca buku pegangan siswa mengenai cara menyajikan cerita fantasi. Guru memberikan penjelasan bahwa ada dua tahapan dalam menyajikan cerita fantasi. Tahapan yang pertama yaitu merencanakan cerita, mulai dari menemukan ide, menggali ide cerita melalui membaca, membuat rangkaian peristiwa, hingga pengembangan cerita. Kemudian tahapan yang kedua yaitu menulis cerita fantasi mulai dari merencanakan, mengembangkan produk, memberi judul yang menarik, menelaah untuk merevisi, dan memublikasikan. 7 Materi Pembelajaran pada Pertemuan Ketujuh Pada pertemuan ketujuh, guru tidak memberikan materi kepada para siswa. Guru hanya mengulas beberapa materi yang telah disampaikan di pertemuan-pertemuan yang lalu. Guru juga memberikan saran kepada para siswa untuk memublikasikan karya tulisan cerita fantasi di mading dan majalah sekolah. Pertemuan kali ini merupakan pembelajaran terakhir tentang cerita fantasi sekaligus pertemuan terakhir pelajaran bahasa Indonesia di kelas VII F sebelum UTS dilaksanakan. Oleh karena itu, guru mengadakan ulangan harian mengenai cerita fantasi. b. Metode Pembelajaran Teks Cerita Fantasi Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran teks cerita fantasi. Dalam pelaksanaannya, metode yang digunakan tidak tercantum secara rinci dalam RPP. Guru menggunakan metode ceramah, penugasan, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, tugas belajar, dan latihan. Pemilihan metode yang tepat berpengaruh pada ketercapaian tujuan belajar. Berdasarkan hasil wawancara, metode-metode yang digunakan berjalan efektif. Uno 2007: 2 mendefinisikan metode pembelajaran sebagai cara yang digunakan guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. 1 Metode Pembelajaran pada Pertemuan Pertama Peneliti belum bisa melakukan penelitian pembelajaran teks cerita fantasi pada pertemuan pertama karena masih terkendala surat izin penelitian. Akan tetapi, berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan guru, para siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk mencari dan memresentasikan video cerita fantasi. 2 Metode Pembelajaran Pertemuan Kedua Pada pertemuan kedua guru menggunakan metode ceramah dan pembelajaran berbasis TIK. Metode tersebut digunakan untuk mengajarkan KD 3.3 dengan indikator 3.3.2 menentukan jenis cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang dibaca didengar. Metode ceramah digunakan oleh guru untuk menjelaskan tentang jenis cerita fantasi total atau irisan, sezaman atau lintas waktu. Guru menjelaskan tentang jenis cerita fantasi secara singkat dan jelas. Hal tersebut dilakukan supaya para siswa setidaknya mengetahui video yang telah mereka tampilkan termasuk dalam jenis cerita fantasi total atau irisan, sezaman atau lintas waktu. Adapun pembelajaran berbasis TIK digunakan untuk memresentasikan tugas yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya, yaitu menampilkan video cerita fantasi. Metode terebut dipilih sesuai dengan materi dan kondisi siswa di kelas. Pembelajaran berbasis TIK dipilih sesuai dengan keefektifannya. Pembelajaran tersebut juga sesuai dengan Kurikulum 2013 yang berbasis IT. Pembelajaran berbasis TIK juga mengasah kreatifitas para siswa dengan menampilkan video dan slide unik. Guru tidak sepenuhnya menggunakan metode pembelajaran yang tertulis dalam RPP. Guru menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Adapun metode yang digunakan oleh guru telah disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara, metode yang digunakan oleh guru sudah efektif. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian. 3 Metode Pembelajaran pada Pertemuan Ketiga Metode yang digunakan guru untuk mengajarkan KD 3.3 dan 4.3 yaitu metode ceramah, tanya jawab, penugasan, diskusi, dan kerja kelompok. Berdasarkan informasi yang diperoleh, guru menggunakan metode pembelajaran secara situasional. Metode ceramah digunakan oleh guru untuk menjelaskan kembali tentang jenis cerita fantasi irisan atau total, sezaman atau lintas waktu beserta contohnya. Selain itu, metode ceramah juga digunakan oleh guru untuk menjelaskan tentang unsur intrinsik. Dengan menggunakan metode ceramah, guru lebih mudah untuk menjelaskan kepada para siswa tentang unsur intrinsik mulai dari tema, penokohan, perwatakan, alur, setting, amanat, dan sudut pandang. Metode tanya jawab digunakan oleh guru untuk memacu ingatan siswa tentang unsur intrinsik dengan memberikan beberapa pertanyaan seputar unsur intrinsik. Metode tersebut dipilih karena pada pembelajaran tentang teks deskripsi sudah dibahas mengenai unsur intrinsik. Oleh karena itu, metode tersebut sesuai untuk mengetes daya ingat para siswa tentang unsur intrinsik yang sudah dipelajari pada pembelajaran sebelumnya. Metode penugasan, diskusi, dan kerja kelompok dilakukan dengan memberikan tugas secara berkelompok kepada siswa untuk menemukan unsur intrinsik pada naskah cerita fantasi. Setelah menjelaskan tentang unsur intrinsik, guru kemudian memberikan tugas kepada para siswa untuk menemukan unsur intrinsik yang terdapat dalam naskah cerita fantasi. Tugas tersebut didiskusikan secara berkelompok kemudian hasil diskusi akan dipaparkan pada pertemuan selanjutnya. 4 Metode Pembelajaran pada Pertemuan Keempat Guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan tugas belajar untuk mengajarkan KD 3.4 dengan indikator ketercapaian 3.4.1 merinci struktur cerita fantasi. Metode ceramah digunakan untuk menjelaskan pertanyaan siswa terkait materi unsur intrinsik pada pertemuan sebelumnya, yaitu sudut pandang. Pada pertemuan keempat, sebelum guru melanjutkan materi tentang struktur cerita, para siswa melakukan presentasi hasil diskusi dari pertemuan sebelumnya. Setelah memberikan apresiasi, tanggapan, dan evaluasi pada hasil diskusi kelompok, guru menggunakan metode tanya jawab dengan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi unsur intrinsik. Salah seorang siswa menanyakan bagian unsur intrinsik yang belum dimengerti, yaitu sudut pandang. Oleh karena itu, guru menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan terkait sudut pandang sehingga siswa tersebut paham dengan penjelasan yang diberikan. Selain itu, metode ceramah juga digunakan oleh guru untuk menjelaskan tentang struktur cerita. Guru menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan bagian-bagian struktur cerita. Guru menjelaskan bahwa orientasi bukan hanya pengenalan tokoh tetapi juga pengenalan latar dan watak tokoh. Guru menjelaskan bahwa komplikasi dimulai dari munculnya permasalahan atau konflik sampai terjadinya puncak permasalahan atau klimaks dalam cerita. Guru juga menjelskan bahwa resolusi bukan hanya akhir cerita yang bahagia, sedih, atau datar, akan tetapi resolusi dimulai dari redanya permasalahan. Metode tugas belajar diberikan oleh guru kepada siswa untuk membaca buku paket halaman 68-69 di rumah. Tugas belajar tersebut terkait materi yang akan diajarkan pada pertemuan selanjutnya, yaitu unsur kebahasaan yang terdapat dalam cerita fantasi dan cara menyajikan cerita fantasi. Metode tersebut cukup efektif karena selain metode tersebut memudahkan guru dalam menyampaikan materi, metode tersebut juga membantu para siswa menyiapkan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. 5 Metode Pembelajaran pada Pertemuan Kelima Guru menggunakan metode penugasan, ceramah, diskusi, dan kerja kelompok untuk mengajarkan KD 3.4. Adapun indikator yang hendak dicapai adalah menyimpulkan karakteristik bagian- bagian pada struktur cerita fantasi orientasi, komplikasi, dan resolusi. Metode-metode tersebut digunakan secara situasional sesuai dengan materi dan kondisi kelas. Sebelum mengajarkan materi tentang unsur kebahasaan dan cara menyajikan cerita fantasi, pada pertemuan kelima guru menyajikan dua video cerita fantasi. Metode penugasan dipilih untuk mengukur pemahaman para siswa tentang struktur cerita. Metode penugasan dilakukan dengan memberikan tugas kepada para siswa untuk mengamati video cerita fantasi yang ditampilkan oleh guru berdasarkan struktur ceritanya. Video yang ditampilkan adalah cerita Bawang Merah Bawang Putih dan Keong Mas. Metode diskusi dan kerja kelompok merupakan salah satu karakteristik dari kurikulum 2013. Metode tersebut dipilih untuk melihat kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas secara berkelompok. Metode tersebut juga digunakan untuk melihat bagaimana cara mereka berkoordinasi dalam menemukan bagian- bagian dari struktur cerita fantasi yang ditampilkan oleh guru. Metode ceramah digunakan oleh guru untuk menjelaskan tata cara mengerjakan tugas. Sebelum para siswa melakukan pengamatan pada video dan melakukan diskusi kelompok, guru menjelaskan tata cara atau alur dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Guru menjelaskan bahwa sebelum memulai diskusi para siswa harus terbentuk dalam kelompok. Guru kemudian meminta untuk setiap kelompok fokus dan teliti dalam mengamati video yang ditayangkan karena 2 video tersebut akan ditampilkan secara berurutan. Setelah mengamati video, setiap kelompok salah satu video yang akan didiskusikan. Kemudian hasil diskusi ditulis di salah satu buku anggota kelompok dan dipresentaikan pada pertemuan selanjutnya. Metode ceramah efektif digunakan sehingga para siswa tahu langkah apa saja yang harus dilakukan sebelum diskusi. 6 Metode Pembelajaran pada Pertemuan Keenam Metode yang digunakan oleh guru pada KD 3.4 dan KD 4.4 adalah metode ceramah. Metode yang digunakan oleh guru berdasarkan situasi dan kondisi kelas. Guru menggunakan metode ceramah untuk memberikan koreksi dan apresiasi pada kelompok- kelompok yang telah memresentasikan hasil diskusi mereka tentang struktur cerita fantasi. Hasil diskusi masing-masing kelompok dikoreksi secara silang. Guru memberikan apresiasi dan koreksi pada saat hasil diskusi kelompok yang satu dipresentasikan oleh kelompok lain. Pada pertemuan keempat yang lalu guru telah memberikan tugas belajar kepada para siswa. Tugas belajar yang diberikan yaitu membaca dan memelajari tentang unsur kebahasaan dan cara menyajikan cerita fantasi. Di pertemuan keenam guru memilih metode ceramah untuk mengajarkan materi tentang unsur kebahasaan dan cara menyajikan cerita fantasi. Metode tersebut digunakan untuk menjelaskan unsur kebahasaan mulai dari penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan, penggunaan kata yang mencerap panca indera untuk deskripsi latar, penggunaan diksi dengan makna kias dan makna khusus, penggunaan kata sambung urutan waktu, penggunaan kata ungkapan keterkejutan, dan penggunaan dialog kalimat langsung dalam cerita. Metode ceramah juga digunakan guru untuk penjelasan dua tahapan dalam menyajikan cerita fantasi. Penggunaan metode ceramah cukup efektif karena siswa dengan cepat memahami penjelasan guru. 7 Metode Pembelajaran pada Pertemuan Ketujuh Metode yang digunakan guru pada pertemuan ketujuh adalah ceramah dan latihan. Metode ceramah digunakan oleh guru untuk mengulas materi yang telah disampaikan di pertemuan- pertemuan sebelumnya. Guru mengulas materi mulai dari pembelajaran teks cerita fantasi pertemuan pertama sampai pertemuan keenam. Selain itu, metode ceramah juga digunakan untuk menjelaskan tata cara ulangan harian yang akan dilakasanakan. Dengan metode ceramah para siswa paham dengan alur pelaksanaan ulangan harian. Guru menjelaskan bahwa para siswa sebelum melaksanakan ulangan, para siswa harus memersiapkan hal-hal teknis terlebih dahulu, seperti menyiapkan alat tulis, menuliskan nama dan nomor absen pada lembar jawab soal ulangan. Metode ceramah juga digunakan oleh guru untuk membacakan soal-soal ulangan teks cerita fantasi. Adapun metode latihan dilakukan dengan memberikan delapan soal esai ulangan kepada para siswa.

c. Media Pembelajaran Teks Cerita Fantasi

Soeparno 1988: 1 menyatakan bahwa media adalah alat yang digunakan sebagai saluran channel untuk menyampaikan pesan massage atau informasi dari suatu sumber resource pada penerima receiver. Media yang digunakan dalam pembelajaran teks cerita fantasi antara lain media pandang proyeksi, media pandang nonproyeksi, media cetak, dan media audio visual. Media-media tersebut menunjang dalam penyampaian materi kepada para siswa. Selain pemilihan metode yang tepat, pemilihan media yang tepat juga memengaruhi tercapaianya tujuan suatu pembelajaran. 1 Media Pembelajaran pada Pertemuan Pertama Peneliti belum bisa melakukan penelitian pembelajaran teks cerita fantasi pada pertemuan pertama karena masih terkendala surat izin penelitian. 2 Media Pembelajaran pada Pertemuan Kedua Pada pertemuan kedua guru tidak hanya menggunakan dua jenis media. Guru menggunakan empat jenis media pembelajaran sekaligus. Media yang digunakan dalam mengajarkan KD 3.3 antara lain media pandang proyeksi, media pandang nonproyeksi, media cetak, dan media audio visual. Media pandang proyeksi yang digunakan antara lain LCD, proyektor, dan laptop. Media tersebut digunakan sebagai sarana memresentasikan video cerita fantasi. Para siswa menggunakan media tersebut untuk menampilkan ringkasan cerita dan video yang mereka cari. Media pandang nonproyeksi yang digunakan antara lain papan tulis dan spidol. Media tersebut digunakan oleh guru untuk menjelaskan jenis cerita fantasi. Setelah para siswa melakukan presentasi, guru melanjutkan materi mengenai jenis cerita fantasi. Guru tidak hanya menjelaskan secara lisan saja tetapi juga secara tertulis. Guru menggunakan papan tulis dan spidol supaya materi yang disampaikan kepada para siswa lebih jelas. Media cetak yang digunakan adalah buku pegangan siswa buku paket sebagai sumber belajar. Materi yang diajarkan oleh guru terdapat dalam buku paket sehingga pada setiap pertemuan, guru menggunakan media cetak tersebut. Adapun media audio visual yang digunakan adalah video-video cerita fantasi. Video- video tersebut merupakan media yang digunakan oleh para siswa untuk memresentasikan tugas yang diberikan oleh guru. 3 Media Pembelajaran pada Pertemuan Ketiga dan Keempat Selain media pandang nonproyeksi, guru juga menggunakan media cetak pada pertemuan ketiga dan keempat. Guru menggunakan papan tulis dan spidol untuk menjelaskan materi terkait jenis cerita fantasi dan unsur intrinsik di pertemuan ketiga. Selain menjelaskan materi secara lisan, guru juga menulis apa yang telah dijelaskan di papan tulis. Guru menuliskan beberapa hal sehingga para siswa paham apa yang telah disampaikan oleh guru dan mereka bisa mencatat materi tersebut. Pada pertemuan keempat guru menjelaskan tentang sudut pandang dan struktur cerita. Sama halnya dengan media yang diigunakan pada pertemuan ketiga, guru menggunakan papan tulis dan spidol untuk menjelaskan beberapa hal sehingga para siswa dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Adapun media cetak yang digunakan pada pertemuan ketiga dan keempat adalah buku paket sebagai sumber belajar. 4 Media Pembelajaran pada Pertemuan Kelima Media yang digunakan dalam pembelajaran kelima yaitu media pandang proyeksi, media cetak, dan media audio visual. Guru menggunakan media pandang proyeksi seperti LCD, proyektor, dan laptop untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Media pandang proyeksi digunakan oleh guru untuk menampilkan video-video cerita fantasi. Media tersebut sangat efektif untuk mengajarkan KD 3.4 dengan indikator ketercapaian 3.4.2 menyimpulkan karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi orientasi, komplikasi, dan resolusi. Adapun media cetak yang digunakan adalah buku paket sebagai sumber belajar. Materi yang diajarkan oleh guru terdapat dalam buku paket sehingga pada setiap pertemuan, guru menggunakan media cetak tersebut. 5 Media Pembelajaran pada Pertemuan Keenam dan Ketujuh Media yang digunakan pada pertemuan keenam dan ketujuh yaitu media pandang nonproyeksi dan media cetak. Pada pertemuan keenam guru menjelaskan tentang unsur kebahasaan dan cara menyajikan cerita fantasi secara lisan. Guru menggunakan papan tulis dan spidol untuk memermudah para siswa memahami apa yang telah dijelaskan oleh guru secara lisan. Guru menuliskan poin-poin penting di papan tulis sehingga para siswa bisa mencatat untuk dipelajari. Pada pertemuan ketujuh, media pandang nonproyeksi digunakan oleh guru untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan di pertemuan-pertemuan sebelumnya. Guru menggunakan papan tulis dan spidol untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan pada petemuan-pertemuan sebelumnya. Adapun media cetak yang digunakan pada pertemuan keenam dan ketujuh adalah buku paket sebagai sumber belajar. Materi yang diajarkan oleh guru terdapat dalam buku paket sehingga pada setiap pertemuan, guru menggunakan media cetak tersebut.

3. Penilaian Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP

Negeri 8 Yogyakarta Berdasarkan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik authentic assesment yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh. Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program perbaikan remedial pembelajaran, pengayaan enrichment, atau pelayanan konseling. Permendikbud No. 023 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian telah menjelaskan pada BAB II pasal 3 ayat 1 bahwa penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Adapun penilaian yang dapat dideskripsikan dalam pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII SMP Negeri 8 Yogyakarta terdiri dari tiga aspek, yaitu sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Berdasarkan yang tercantum dalam dokumen RPP, aspek spiritual dan sosial dilakukan dengan melakukan observasi dan instrumen yang digunakan adalah lembar jurnal. Dalam pelaksanaannya, penilaian aspek spiritual secara tertutup sehingga peneliti tidak mampu untuk mendeskripsikan. Sedangkan penilaian aspek sosial dilakukan oleh guru secara tersirat. Pada saat penyampaian motivasi sebelum materi dimulai, tersirat penilaian yang diberikan oleh guru. Hal tersebut ditangkap oleh peneliti dari deskripsi motivasi yang diberikan oleh guru. Penilaian pengetahuan dilaksanakan di akhir pembelajaran cerita fantasi, yaitu pada pertemuan ketujuh. Pada pertemuan ketujuh dilakukan ulangan harian. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan memberikan tes tertulis berupa delapan soal esai. Adapun soal ulangan telah terlampir pada bagian lampiran nomor 5. Penilaian keterampilan dilakukan pada selama pembelajaran teks cerita fantasi. Penilaian keterampilan diambil dari tugas-tugas yang diberikan kepada siswa. Adapun tugas-tugas yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dilakukan secara berkelompok. Sampel tugas siswa telah terlampir pada bagian lampiran nomor 7. Penilaian ketiga aspek tersebut sudah sesuai dengan Permendikbud No. 023 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian BAB VI Pasal 9 ayat 1 poin b penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasipengamatan dan teknik penilaian lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggungjawab wali kelas atau guru kelas; c penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai; dan d Penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio, danatau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Adapun hasil belajar teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta dilakukan dalam bentuk pengamatan oleh pendidik, pemberian tugas, dan ulangan. Hal tersebut sesuai dengan Permendikbud No. 023 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian BAB V pasal 6 ayat 1 menyatakan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan, penugasan, danatau bentuk lain yang diperlukan. Bentuk pengamatan dilakukan guru secara tertutup untuk aspek spiritual, bentuk penugasan dilakukan untuk aspek keterampilan sebanyak tiga kali dalam kelompok, dan bentuk ulangan dilaksankan untuk aspek pengetahuan sebanyak satu kali.

C. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan penelitian pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi adalah sebagai berikut. 1. Penelitian pembelajaran teks cerita fantasi dilakukan di satu kelas, yaitu kelas VII F. Hal tersebut terjadi karena 1 mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII yang diampu oleh guru lain, khususnya teks cerita fantasi, telah diajarkan oleh mahasiswa PPL, 2 RPP teks cerita fantasi yang digunakan oleh Bapak Puji Isyantana di kelas VII F dan kelas lain adalah RPP yang sama. 2. Wawancara yang dilakukan untuk memeroleh data kurang maksimal. Peneliti kurang tanggap sehingga beberapa pertanyaan untuk memeroleh informasi mendalam luput. 3. Pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta belum mampu dideskripsikan secara rinci dan mendalam sehingga data yang disajikan merupakan garis besar pelakasanaan pembelajaran teks cerita fantasi.