Pengetahuan Penilaian Hasil Pembelajaran
pilihan kata, kelengkapan struktur, dan kaidah
penggunaan kata kalimat tanda baca ejaan.
Format Penilaian Menceritakan Isi Cerita Fantasi No
Yang diamati Skor
Skor 1
2 3
4
1. Kelancaran penceritaan
2. Ketepatan isi dengan cerita yang dibaca
3. Intonasi dan kejelasan lafal
4. Kekompakan
5. Kepercayaan diri
Keterangan 4 = semua anggota kelompok melakukan secara tepat
3 = sebagian besar anggota kelompok melakukan secara tepat 2 = tepat sebagian kecil anggota kelompok melakukan secara tepat
1 = semua anggota melakukan secara tidak tepat
Instrumen Penilaian Menulis Cerita Fantasi
No Aspek
Deskripsi Cerita Fantasi
1. Judul
Apakah judul menggambarkan keseluruhan isi teks? Apakah judul singkat, padat, dan jelas?
2. Orientasi
Apakah ada perkenalan tentang para pelaku, terutama pelaku utama, apa yang dialami pelaku, dan di mana peristiwa itu
terjadi?
3. Komplikasi
Apakah muncul konflik, para pelaku bereaksi terhadap konflik, kemudian konflik meningkat?
Apakah pengarang membangun konflik dengan cara yang menarik?
Konflik batin ataukah fisik? Apakah konflik mencapai puncaknya?
Apakah puncak konflik tersebut dikemas dengan cara yang unik, menarik, atau mengesankan?
4. Resolusi
Apakah konflik terpecahkan dan terdapat penyelesaiannya? Penyelesaian bersifat terbuka pembaca dibebaskan untuk
melanjutkan akhir ceritanya atau tertutup pengaranglah yang menunjukkan akhir ceritanya?
Apakah penyelesaiannya menarik atau mengesankan?
Manusia Kue Jahe
Dahulu kala ada sepasang kakek dan nenek yang tinggal di rumah kecil di tepi
hutan. Mereka kesepian karena hanya berdua saja. Nenek suka menjahit, merajut dan membuat kue untuk mengisi hari-harinya. Pada suatu hari, nenek membuat kue jahe. Ia
mencampur mentega, telur, tepung, bubuk jahe, bubuk kayu manis dan gula. Ketika adonan sudah jadi, nenek membentuk kuenya seperti orang. Nenek memberi hiasan dari gula untuk
membuat rambut, mulut dan pakaiannya. Bahkan nenek membuatkan mata dan kancing dari kepingan cokelat. Kue jahe itu tampak bagus sekali.
Nenek memasukkan kue ke dalam oven. Ketika kue sudah matang, nenek membuka pintu oven. Alangkah terkejutnya nenek, kue jahe melompat dan lari keluar dari
pintu sambil menyanyi, “Lari, lari secepat kau bisa Kau tak bisa menangkapku Aku
manusia kue jahe” Kakek dan nenek mengejar kue jahe, tapi tak dapat menangkapnya. Kue jahe terus lari dan lari. Ia bertemu dengan seekor sapi.
“Mooo...” kata sapi, “Kelihatannya kau lezat sekali” Sapi pun ikut mengejar kue jahe. Kue jahe lari lebih cepat sambil bernyanyi,
“Aku lari dari nenek. Aku lari dari kakek. Aku bisa lari darimu.
Aku bisaaa”
Kue jahe lari terus, dan ia bertem
u dengan seekor kuda. Iiiiee...,kata kue, “Kau kelihatan enak sekali. Aku mau memakanmu,” kata kuda. Tapi kamu tidak bisa kata
kue jahe. “Nenek tak bisa menangkapku. Kakek tak bisa menangkapku. Sapi tak bisa
menangkapku. Kau pikir bisa menangkapku?” Kue jahe lari sambil menyanyi, Lari, lari
secepat kau bisa Kau tak bisa menangkapku. Aku manusia kue jahe” Kuda lari mengejar
kue jahe, tapi tak bisa menangkapnya. Kue jahe lari dan lari, tertawa dan bernyanyi. Ia bertemu dengan seekor ayam.
Tok, tok, petok, kata ayam, Kau kelihatannya cocok untuk makan malamku. Aku akan memakanmu, kue jahe.” Tapi kue jahe hanya tertawa. “Aku lari dari nenek. Aku lari dari
kakek. Aku lari dari sapi. Aku lari dari kuda. Aku juga bisa lari darimu. Tentu aku bisaa...”Dan kue jahe lari sambil bernyanyi, Lari, lari secepat kau bisa Kau tak bisa
menangkapku.
Aku manusia kue jahe”
Ayam mengejar kue jahe, tapi tak dapat menangkapnya. Kue jahe bangga sekali karena dapat berlari cepat. “Tak ada yang dapat menangkapku.” Jadi ia terus berlari dan
bertemu seekor rubah. Kue jahe merasa rubah harus tahu bahwa ia lari lebih cepat dari yang l
ain. “Tuan rubah,” kata kue jahe. “Walaupun aku kelihatan lezat, aku tak akan membiarkan kau menangkap dan memakanku.” “Aku lari lebih cepat dari nenek. Aku lari lebih cepat
dari kakek. Aku lari lebih cepat dari sapi. Aku lari lebih cepat dari kuda. Aku lari lebih cepat dari ayam.
Kau pun takkan bisa menangkapku”. Tapi rubah tidak kelihatan tertarik. “Mengapa aku harus menangkapmu?” kata rubah. “Aku tidak suka kue jahe. Aku tidak
ingin memakanmu.” “Tapi kau tak bisa lagi lari dari orang-orang yang mengejarmu,” kata rubah. “Lihat sungai itu menghalangimu.”
Kue jahe berpikir, kalau ia menyeberangi sungai, tubuhnya akan basah dan lama-
lama hancur. Tapi ia harus segera pergi agar tidak tertangkap oleh nenek, kakek, sapi, kuda dan ayam yang mengejarnya.
“Ayo kubantu kau menyeberang. Naiklah ke ekorku, supaya kakimu tidak basah.” Kue jahe naik ke ekor rubah. Rubah membawanya menyeberangi
sungai. Tak lama kemudian, ekor rubah mulai tenggelam. “Naiklah ke punggungku,” kata
rubah Kue jahe naik ke punggung rubah.