PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEKS CERITA FANTASI DI KELAS VII F SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh Najmi Fajria NIM 12201241007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

pada 7 Februari 2017 dan dinyatakan lulus.

DEWANPENGUJI

Nama JabaUm

Dr-.Teguh Setiawan,セカエhオュN Ketua Penguji Nurhidayah, S.Pd., M.Hum. SekretarisPenguji Dr. Anwar Efendi, M.Si. Penguji Utama

Yogyakarta, 1(.,Maret 2017 Fakultas Bahasa dan Seni

196105241990012001


(4)

(5)

v

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Asy-Syarh: 5-6)

ۗ ا عـْس ََإ اًسْف ن هللا ف ل كي َ

۶ . . .

۶۸

۵

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqoroh: 286)


(6)

vi

1. Abah (alm) dan Ibu saya yang telah sabar, tulus, ikhlas mendoakan dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang,

2. Kakak-kakak dan keluarga saya yang tidak lelahnya memberikan semangat,

3. Teman-teman dari PBSI 2012 dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang tidak hentinya memberikan semangat dan mengingatkan di saat saya mulai sering menghilang,

4. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

vii

Tugas Akhir yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta guna memeroleh gelar sarjana pendidikan.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya doa, dukungan, semangat, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada

1. Keluarga saya, terutama Ibu. Beliau yang telah membesarkan saya dan kedua kakak saya seorang diri dan menjadi panutan yang baik bagi anak-anaknya. Beliau tidak henti-hentinya mendoakan saya dengan tulus dan ikhlas, selalu memberikan nasihat dan motivasi sehingga akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Dr. Teguh Setiawan, M.Hum. yang selama ini telah sabar dalam membimbing saya untuk menyelesaikan skripsi.

3. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 8 Yogyakarta, Bapak Puji Isyantana, S.Pd. yang telah bersedia membantu pada saat pengambilan data.

4. Bapak dan Ibu dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Terima kasih atas kesabaran dan ilmu yang telah diberikan.

5. Teman-teman PBSI angkatan 2012, khususnya kelas A. Terima kasih atas semangat, dukungan, dan kebersamaan selama ini.

6. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah UNY. Terima kasih untuk ilmu, kebersamaan, semangat, doa, dan dukungannya. Di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah saya tidak hanya belajar berorganisasi tetapi juga mendapatkan keluarga baru.

7. Teman-teman seperjuangan yang sedang menyelesaikan tugas akhir, baik tugas akhir skripsi maupun tesis. Terima kasih sudah memberikan dukungan dan motivasi.


(8)

(9)

ix

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Batasan Istilah ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Teks Cerita Fantasi ... 8

1. Unsur Intrinsik Teks Cerita Fantasi ... 8

2. Struktur Teks Cerita Fantasi ... 12

3. Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 13

B. Komponen Pembelajaran ... 16

1. Guru ... 16

2. Siswa ... 18

3. Tujuan Pembelajaran ... 18

4. Materi Pembelajaran ... 19

5. Metode Pembelajaran ... 20

6. Media Pembelajaran ... 21

7. Evaluasi Pembelajaran ... 22


(10)

x

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Subjek Penelitian ... 26

C. Setting Penelitian ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 28

G. Triangulasi Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

1. Perencanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 31

2. Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 32

3. Penilaian Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 48

B. Pembahasan ... 49

1. Perencanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 49

2. Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 51

3. Penilaian Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 72

C. Keterbatasan Penelitian ... 74

BAB V PENUTUP ... 75

A. Simpulan ... 75

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(11)

xi

Belajar dan Maknanya ... 14

Tabel 2 : Materi Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 33

Tabel 3 : Metode Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 40


(12)

xii

Teks Cerita Fantasi ... 81

Lampiran 2 : Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 82

Lampiran 3 : Panduan Catatan Lapangan ... 102

Lampiran 4 : Hasil Catatan Lapangan ... 103

Lampiran 5 : Hasil Wawancara ... 121

Lampiran 6 : RPP ... 126

Lampiran 7 : Soal Ulangan ... 142

Lampiran 8 : Hasil Ulangan ... 143

Lampiran 9 : Contoh Pekerjaan Siswa ... 144

Lampiran 10 : Dokumentasi Foto ... 150


(13)

xiii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta. Pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi ditinjau dari materi, metode, dan media pembelajaran.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek dari penelitian ini adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi dan panduan wawancara. Keabsahan data diuji dengan triangulasi. Data dianalisis induktif dengan tiga tahap, yaitu perbandingan antardata, kategorisasi, dan penyajian data.

Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, RPP yang digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi merupakan RPP model lama. RPP tersebut dirancang untuk 12 kali tatap muka. RPP teks cerita fantasi sudah sesuai dengan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Kedua, pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi berbeda dengan perencanaan. Dalam praktiknya, pembelajaran tersebut dilaksanakan lebih dari 12 kali tatap muka. Adapun materi teks cerita fantasi yang disampaikan antara lain unsur pembangun cerita fantasi, jenis cerita fantasi, struktur cerita fantasi, menyimpulkan karakteristik bagian-bagian struktur cerita fantasi, unsur kebahasaan cerita fantasi, dan cara menyajikan cerita fantasi. Metode yang digunakan dalam pembelajaran teks cerita fantasi meliputi ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, tugas belajar, dan latihan. Metode-metode tersebut tidak tercantum dalam RPP secara rinci. Media yang digunakan dalam pembelajaran teks cerita fantasi di antaranya media pandang proyeksi, media pandang nonproyeksi, media cetak, dan media audio visual. Ketiga, penilaian dalam pembelajaran teks cerita fantasi dibagi menjadi empat aspek, yaitu spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian aspek spiritual dilakukan secara tertutup. Penilaian aspek sosial dilakukan secara tersirat. Penilaian pengetahuan dilaksanakan di akhir pembelajaran, yaitu ulangan harian secara tertulis. Penilaian keterampilan dilakukan selama pembelajaran, yaitu diambil dari tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.


(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Mulyasa (2008: 255) menyatakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Menurut Kurniawan (2014: 1) pembelajaran merupakan proses aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam mengondisikan siswa untuk belajar. Dalam pembelajaran terdapat tujuh komponen yang harus dipenuhi, yaitu guru, siswa, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ke Kurikulum 2013 berpengaruh pada proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang semula menggunakan EEK (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi) berubah menjadi pendekatan saintifik 5 M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan). Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses menyatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.

Selain mengalami perubahan pada kegiatan pembelajarannya, sistem penilaian pun berubah menjadi penilaian yang bersifat autentik. Penilaian


(15)

autentik merupakan penilaian yang berpusat pada peserta didik. Penilaian tersebut mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan. Ketiga penilaian tersebut tercermin dalam Kompetensi Inti (KI). KI I berkaitan dengan sikap keagamaan, KI II berkaitan dengan sikap sosial, KI III berkaitan dengan pengetahuan, dan KI IV berkaitan dengan keterampilan. Masing-masing KI kemudian dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD).

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib di setiap jenjang sekolah formal, SD/ MI, SMP/ MTs, dan SMA/ MA/ SMK. Tarigan (2008: 1) membagi empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Di sekolah, keempat komponen keterampilan tersebut saling terkait satu sama lain. Hal tersebut bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa. Baik berbahasa secara lisan maupun tulis. Pembelajaran keterampilan berbahasa merupakan bekal yang harus didapatkan oleh para siswa secara imbang untuk terjun ke masyarakat yang lebih luas.

Kurikulum 2013 merupakan pembelajaran berbasis teks. Revisi Kurikulum 2013 pada tahun 2016 mengalami perubahan yang signifikan, terutama pada ruang lingkup materi. Pada tingkat SMP/MTs kelas VII terdapat delapan jenis teks yang harus dipelajari dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu (1) teks deskripsi, (2) teks narasi (cerita fantasi), (3) teks prosedur, (4) teks laporan observasi, (5) teks puisi rakyat, (6) teks cerita rakyat, (7) teks surat, dan (8) teks literasi. Perubahan yang terjadi pada ruang lingkup materi secara otomatis berpengaruh pada metode dan media pembelajaran.


(16)

Selain itu, revisi Kurikulum 2013 terbaru juga berdampak pada penilaian dan perubahan model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas VII.

SMP Negeri 8 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah yang telah menggunakan Kurikulum 2013 revisi terbaru, yaitu revisi tahun 2016. Banyak prestasi yang telah diraih oleh sekolah tersebut, baik dalam bidang sains, bahasa, olah raga, dan tartil. Selain itu, pada Tahun Ajaran 2015/2016 SMP Negeri 8 Yogyakarta memperoleh nilai Ujian Nasional (UN) SMP tertinggi di DIY dengan jumlah nilai 363,71 dari 313 siswa yang mengikuti UN.

Berdasarkan revisi Kurikulum 2013, cerita fantasi termasuk salah satu bentuk dari teks narasi pada pelajaran bahasa Indonesia di kelas VII. Dalam cerita fantasi terdapat keajaiban atau keanehan atau kemisteriusan yang tidak ditemui dalam dunia nyata. Dunia fantasi atau dunia khayal yang dimiliki oleh siswa satu dengan siswa lain jelas berbeda, terutama untuk siswa kelas VII, sehingga guru perlu memahami karakter siswa. Usia siswa kelas VII merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju remaja atau sering disebut dengan masa pubertas. Menurut Hurlock (Istiwidayanti dan Soedjarwo, 1980: 184) pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah menjadi makhluk seksual. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan guna mengetahui bagaimana cara guru dalam mengajarkan tentang teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta dilihat dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya.


(17)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut.

1. Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ke Kurikulum 2013 berpengaruh pada proses pembelajaran.

2. Revisi Kurikulum 2013 pada tahun 2016 mengalami perubahan yang signifikan.

3. Perubahan pada ruang lingkup materi untuk kelas VII secara otomatis berpengaruh pada metode dan media pembelajaran.

4. Perubahan model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas VII.

5. Dunia fantasi atau dunia khayal yang dimiliki oleh siswa satu dengan siswa lain berbeda.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ditemukan, kemudian dibuat batasan masalah agar pembahasan lebih fokus. Berikut adalah masalah yang akan diteliti.

1. Perencanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta.

2. Pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta.


(18)

3. Penilaian pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta?

3. Bagaimana penilaian pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta.

3. Mendeskripsikan penilaian pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta.


(19)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara praktis sebagai acuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang bersangkutan. Selain itu juga sebagai pedoman bagi guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran teks cerita fantasi.

G. Batasan Istilah

Berdasarkan alasan pemilihan judul, untuk menjaga agar tidak terjadi salah penafsiran istlah maka perlu ada batasan istilah seperti berikut.

1. Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.

2. Teks Cerita Fantasi

Cerita fantasi adalah salah satu jenis teks narasi. Narasi merupakan cerita fiksi yang berisi perkembangan kejadian atau peristiwa. Dalam cerita fantasi terdapat keajaiban atau keanehan atau kemisteriusan yang tidak ditemui dalam dunia nyata.

3. Komponen Pembelajaran

Komponen pembelajaran adalah bagian dari pembelajaran yang saling terkait satu sama lain. Komponen tersebut meliputi guru, siswa, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.


(20)

8 A. Teks Cerita Fantasi

Cerita fantasi adalah salah satu jenis teks narasi. Narasi merupakan cerita fiksi yang berisi perkembangan kejadian atau peristiwa. Nurgiyantoro (2012: 2) menjelaskan bahwa istilah fiksi sering dipergunakan dalam pertentangannya dengan realitas sehingga kebenarannya dapat dibuktikan dengan data empiris. Fiksi bergenre fantasi merupakan dunia khayal atau imajinatif yang diciptakan oleh penulis. Tokoh, peristiwa, dan latar yang digunakan juga bersifat imajinatif. Pada cerita fantasi hal yang tidak mungkin dijadikan biasa.

Adapun ciri-ciri umum teks cerita fantasi dapat diketahui melalui ide cerita, latar, tokoh unik, sifat, dan bahasa. Ide cerita pada cerita fantasi tidak dibatasi pada realitas atau kehidupan nyata. Ide cerita terbuka pada daya khayal penulis. Latar yang digunakan pun lintas ruang dan waktu. Tokoh dalam cerita fantasi biasanya memiliki kesaktian, watak, dan ciri unik yang tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan pun variatif, ekspresif, dan bukan bahasa formal (Harsiati, Agus, dan Kosasih, 2016: 51-52).

1. Unsur Intrinsik Teks Cerita Fantasi

Dalam sebuah karya harus terdapat unsur-unsur yang membangun sebuah cerita. Dalam karya sastra dibagi menjadi unsur intrinsik dan unsur


(21)

ektrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang terdapat di dalam sebuah cerita dan menjadi bagian untuk membentuk suatu cerita. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar cerita tetapi memiliki pengaruh terhadap suatu cerita.

Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam teks cerita fantasi di antaranya sebagai berikut.

a. Tema

Sayuti (2000: 187) mengemukakan bahwa tema merupakan makna dari sebuah cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita. Sama halnya dengan Stanton dan Keny (dalam Nurgiyantoro, 2012: 67) yang mendefinisikan bahwa tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan menyangkut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan (Hartoko dan Rahmanto dalam Nurgiyantoro, 2012: 68). Pada cerita fantasi biasanya tema yang digunakan bersifat fantasi,berhubungan dengan magic, supernaatural atau futuristik.

b. Judul

Judul adalah hal pertama yang dibaca oleh pembaca fiksi. Judul merupakan elemen lapisan luar suatu fiksi dan menjadi sebuah elemen yang paling mudah dikenali oleh pembaca. Artinya, judul dari suatu karya bertalian erat dengan elemen-elemen yang membangun fiksi dari dalam (Sayuti, 2000: 147-148).


(22)

c. Tokoh dan penokohan

Nurgiyantoro (2012: 165) menjelaskan bahwa istilah “tokoh” menunjuk pada pelaku cerita. Berdasarkan keterlibatan dalam keseluruhan cerita, tokoh dibedakan menjadi tokoh sentral (tokoh utama) dan tokoh periferal (tambahan). Sedangkan berdasarkan perwatakannya, tokoh dibedakan menjadi tokoh sederhana (simple atau flat character) dan tokoh kompleks atau bulat (complex atau round character).

d. Alur atau plot

Alur cerita adalah urutan peristiwa dalam suatu cerita yang dialami oleh tokoh. Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2012: 113) mengemukakan bahwa plot merupakan peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang sifatnya tidak sederhana, karena menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat. e. Latar

Menurut Sayuti (2000: 126), latar atau setting merupakan elemen fiksi yang menunjukkan waktu dan tempat kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung. Ada juga yang menyebut latar sebagai landas tumpu, lingkungan tempat, waktu, dan lingkungan sosial di mana peristiwa terjadi (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2012: 216; Sayuti, 2000: 126).

Nurgiyantoro (2012: 227, 230, 233) membagi latar atau setting menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial budaya. Latar tempat berhubungan dengan lokasi atau tempat suatu peristiwa terjadi. Latar waktu mengacu pada kapan terjadinya peristiwa. Latar


(23)

sosial budaya berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Pada teks cerita fantasi, latar cerita dibedakan menjadi tiga kategori yaitu latar lintas wktu masa lampau, latar waktu sezaman, dan latar lintas waktu futuristik (masa yang akan datang).

f. Sudut pandang

Sudut pandang merupakan cara pandang pengarang dalam mengisahkan sebuah cerita. Sayuti (2000: 159) membedakan sudut pandang menjadi dua kelompok, yaitu sudut pandang orang pertama (akuan) dan sudut pandang orang ketiga (diaan). Lazimnya sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dibagi menjadi empat jenis, yakni:

1) Sudut pandang first person-central atau akuan sertaan

Dalam sudut pandang first person-central, tokoh utama cerita adalah pengarang yang secara langsung terlibat di dalam cerita. Biasanya kata ganti yang digunakan adalah ‘aku’.

2) Sudut pandang first person peripheral atau akuan tak sertaan

Tokoh ‘aku’ biasanya hanya sebagai pengantar tokoh lain. Pada umumnya tokoh tersebut hanya muncul pada bagian awal dan akhir cerita.


(24)

3) Sudut pandang third person-omniscient atau diaan maha tahu

Pada sudut pandang third person-omniscient, pengarang berada di luar ceriita dan biasanya hanya menjadi pengamat yang maha tahu, bahkan mempu berdialog langsung dengan pembaca.

4) Sudut pandang third person limited atau diaan terbatas.

Pengarang hanya menceritakan apa yang dialami oleh tokoh yang dijadikan sebagai tumpuan cerita. Pengarang memergunakan orang ketiga sebagai pencerita yang hak berceritanya terbatas.

g. Amanat

Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca atau pendengar. Amanat berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan yang dapat disimpulkan dari isi cerita.

2. Struktur Teks Cerita Fantasi

Sesuai dengan buku cetak pegangan siswa kurikulum 2013 revisi, struktur teks cerita fantasi di antaranya terdiri dari orientasi, komplikasi, resolusi. Orientasi merupakan pengenalan pada bagian awal cerita yang biasanya berisi tentang pengenalan tokoh, waktu, dan tempat. Komplikasi merupakan bagian di mana permasalahan-permasalahan yang dihadapi tokoh mulai bermunculan. Resolusi adalah proses penyelesaian masalah yang dihadapi tokoh. Bagian ini biasanya terdapat pada akhir dari sebuah cerita (Pardiyono, 2007: 94-95).


(25)

3. Pembelajaran Teks Cerita Fantasi

Mulyasa (2008: 255) menyatakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Sedangkan menurut Kurniawan (2014: 1) pembelajaran merupakan proses aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam mengondisikan siswa untuk belajar. Sehingga dalam pembelajaran, guru harus mampu mengondisikan siswa untuk aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran bukan berarti penyeragaman dan penertiban belajar, tetapi pengondisian anak-anak untuk aktif dan kreatif dalam belajar. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dan penuh penghargaan, penyampaian materi jelas dan mudah diterima oleh siswa, selalu memberikan motivasi agar siswa tetap bersemangat, menghormati serta menghargai keaktifan dan kekreatifan siswa.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum yang menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi menjadi meningkat, baik dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sehingga kegiatan pembelajaran perlu menggunakan lima prinsip, di antaranya (a) berpusat pada peserta didik, (b) mengembangkan kreativitas peserta didik, (c) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (d) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan


(26)

(e) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

Teks cerita fantasi merupakan teks baru yang terdapat dalam Kurikulum 2013 revisi terbaru. Teks tersebut merupakan salah satu bentuk teks narasi. Tokoh, peristiwa, dan latar yang digunakan juga bersifat imajinatif atau khayalan. Pada cerita fantasi hal yang tidak mungkin dijadikan biasa.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum menyatakan bahwa proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tabel berikut:

LANGKAH

PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR

KOMPETENSI YANG DIKEMBANGKAN

Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat lihat)

Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi

Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)

Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat


(27)

LANGKAH

PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR

KOMPETENSI YANG DIKEMBANGKAN

Mengumpulkan informasi

- Melakukan eksperimen - Membaca sumber lain

selain buku teks - Mengamati objek/

kejadian/ - Aktivitas

- Wawancara dengan narasumber

Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,

menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat Mengasosiasi/ mengolah

informasi

- Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/ eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengumpulkan informasi

- Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber

Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taa aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan

Mengomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,

mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar

Tabel 1: Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya


(28)

B. Komponen Pembelajaran 1. Guru

Guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa. Guru memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pengajaran di kelas. Kurniawan (2014: 5-6) menjelaskan bahwa guru tidak boleh segan untuk melakukan penilaian terhadap diri sendiri. Guru juga harus mengetahui kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada dirinya. Sehingga tidak dengan serta merta guru menganggap sepenuhnya kesalahan siswa ketika apa yang telah disampaikan guru tidak dipahami oleh siswa. Untuk itu perlu adanya evaluasi yang berasal dari rekan sesama guru, kepala sekolah, orang tua siswa, dan siswa itu sendiri. Hal tersebut dilakukan untuk pembelajaran yang lebih baik.

Menurut Sanjaya (2011: 21-33) peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Guru sebagai Sumber Belajar

Peran guru sebagai sumber belajar tidak dapat dpisahkan dengan penguasaan materi. Dalam pembelajaran guru diharuskan untuk menguasai materi pembelajaran sehingga dapat berperan sebagai sumber belajar bagi siswa.

b. Guru sebagai Fasilitator

Sesuai dengan perannya sebagai fasilitator, guru dituntut untuk memberikan fasilitas atau kemudahan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran.


(29)

c. Guru sebagai Pengelola

Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif dan nyaman. Sesuai dengan peran guru sebagai pengelola pembelajaran ada dua kegiatan yang dilakukan oleh guru, yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagi sumber belajar.

d. Guru sebagai Demonstrator

Peran guru sebagai demonstrator adalah menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa mengerti dan memahami peasan yang disamaikan oleh guru.

e. Guru sebagai Pembimbing

Guru membimbing siswa agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini guru juga dituntut untuk memahami karakter siswa.

f. Guru sebagai Motivator

Guru dituntut untuk kreatif dalam membangkitkan semangat belajar siswa. Meciptakan suasana belajar yang nyaman sehingga siswa mampu bersaing dan bersemangat untuk belajar.

g. Guru sebagai Evaluator

Peran guru sebagai evalutor adalah mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Sesuai atau tidaknya kegiatan pembelajaran dengan tujuan pembelajaran.


(30)

2. Siswa

Menurut Kurniawan (2014: 7) siswa merupakan individu yang akan diberi materi dalam pembelajaran. Karakteristik siswa menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh guru. Untuk mengetahui karakteristik siswa dapat diidentifikasi berdasarkan tiga aspek, yaitu usia perkembangan siswa, sifat personal siswa, dan potensi yang terkait dengan akademik siswa.

Usia perkembangan siswa perlu diperhatikan oleh guru. Hal tersebut berhubungan dengan siswa baik dalam kemampuan bahasa, intelektual, sosial, moral, dan sebagainya. Mengenali sifat personal siswa juga sangat penting untuk melakukan pendekatan secara intens sebagai bentuk pengondisian anak dalam belajar. Guru tidak boleh memukul rata kemampuan siswa satu dengan yang lain. Oleh karena itu guru juga harus mengenali potensi yang terkait dengan kemampuan akademik siswa.

3. Tujuan Pembelajaran

Kurniawan (2014: 14) menyatakan bahwa setiap pembelajaran yang dilakukan harus mempunyai tujuan, baik tujuan instruksional yang telah ditentukan atau pun tujuan tambahan. Pembelajaran dinyatakan berhasil apabila siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Sanjaya (2011: 63) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran merupakan pengikat segala aktivitas guru dan siswa.

Sanjaya (2011: 64) mengemukakan beberapa alasan bahwa tujuan dalam program pembelajaran harus dirumuskan. Pertama, rumusan tujuan


(31)

yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan proses pembelajaran. Kedua, tujuan pembelajaran digunakan sebagai pedoman dan panduan siswa. Ketiga, dapat membantu dalam merancang sistem pembelajaran. Keempat, tujuan pembelajaran dapat dijadikan sebagai kontrol dalam menentukan batas dan kualitas pembelajaran.

Adapun tujuan dari pembelajaran terdalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru sebelum mengajarkan materi pembelajaran. RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD) (Permendikbud No. 22 Tahun 2016).

4. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam sebuah proses pembelajaran. Arifin (2012: 24) mengungkapkan bahwa materi adalah isi kurikulum yang berupa topik atau pokok bahasan dan perincian dalam setiap mata pelajaran. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Sudjana (1998: 10) bahwa materi pembelajaran merupakan uraian atau pokok bahasan, yakni penjelasan lebih lanjut makna dari setiap konsep yang ada dalam pokok bahasan.

Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 219) mengemukakan bahwa terdapat beberapa hal yang harus diperhatikna dalam memilih materi pembelajaran, di antaranya: (a) materi pelajaran hendaknya sesuai dengan


(32)

kurikulum sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional, (b) materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan peserta didik, (c) materi pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistemik dan berkesinambungan, dan (d) materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.

5. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Sudjana (1998: 76) menyatakan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saaat berlangsungnya pengajaran. Sama halnya Uno (2007: 2) yang mendefinisikan metode pembelajaran sebagai cara yang digunakan guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan, Sunarti dan Subana (2011: 20) menyatakan bahwa metode pembelajaran merupakan rencana penyajian secara menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan tujuan pembelajaran. Salah satu peran guru adalah sebagai sumber belajar siswa. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu mengenali kondisi siswa di kelas sehingga dapat menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk mengimplementasikan tujuan pembelajaran.


(33)

Sudjana (1998: 78-89) mengemukakan beberapa metode pembelajaran, antara lain (a) metode ceramah, (b) metode tanya jawab, (c) metode diskusi, (d) metode tugas belajar dan resistasi, (e) metode kerja kelompok, (f) metode demonstrasi dan eksperimen, (g) metode sosiodrama, (h) metode problem solving (pemecah masalah), (i) metode sistem regu (team teaching), (j) metode latihan, (k) metode karya wisata, (l) metode resource person, (m) survei masyarakat, dan (n) simulasi.

6. Media Pembelajaran

Soeparno (1988: 1) menyatakan bahwa media adalah alat yang digunakan sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan pesan (massage) atau informasi dari suatu sumber (resource) pada penerima (receiver). Lain halnya dengan Arsyad (1996: 3) yang mengemukakan bahwa media sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis yang berfungsi untuk menangkap, meproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut media dapat diartikan sebagai sebuah perantara untuk menyalurkan informasi pada siswa.

Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, media pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Media cetak, seperti buku teks, majalah, modul, dan lain sebagainya. b. Media pandang nonproyeksi, seperti papan tulis, papan tali, papan selip,


(34)

c. Media pandang proyeksi, seperti LCD, Proyektor, slide bisu, dan lain sebagainya.

d. Media dengar, seperti radio, rekaman, pembacaan cerita secara langsung dan tidak langsung, dan lain sebagainya.

e. Media pandang dengar, seperti film, video, dan lain sebagainya.

f. Media permainan dan simulasi, seperti bermain peran, mengarang, dan lain sebagainya.

Adapun Sanjaya (2011: 165) mengemukakan bahwa media pembelajaran mempunyai tiga fungsi, yaitu (a) menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu, (b) memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu, dan (c) menambah gairah dan motivasi siswa.

7. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi dalam pembelajaran mengacu pada tujuan dan kompetensi yang telah ditetapkan. Evaluasi pembelajaran merupakan yang menentukan kondisi, keputusan di mana suatu tujuan dapat dicapai (Sukardi, 2011: 1). Sejalan dengan Nurgiyantoro (2011: 6) yang menyatakan bahwa penilaian digunakan sebagai suatu proses mengukur kadar pencapaian tujuan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, evaluasi pembelajaran diartikan sebagai usaha yang dijadikan acuan oleh seorang guru untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar.

Ada tiga istilah yang sering digunakan yaitu penilaian, pengukuran, dan tes. Tuckman (dalam Nurgiyantoro, 2011: 6) mengartikan bahwa


(35)

penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui apakah keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang ditentukan, pengukuran adalah bagian atau alat penilaian yang selalu nerhubungan dengan data-data kuantitatif, seperti skor dari siswa, dan tes adalah cara untuk mendapatkan informasi tentang siswa.

Evaluasi tidak selalu dilakukan di akhir pembelajaran. Evaluasi juga dapat dilakukan sebelum pembelajaran dan pada saat pembelajaran (selama pembelajaran). Adapun ranah penilaian yang melekat pada diri siswa, yaitu ranah proses berpikir (kognitif), ranah sikap (afektif), dan ranah keterampilan (psikomotorik). Tiga ranah tersebut yang menjadi sasaran dalam setiap evalausi hasil belajar.

Hal tersebut sesuai dengan Permendikbud No. 023 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian telah menjelaskan pada BAB II pasal 3 ayat 1 bahwa penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian ketiga aspek tersebut juga sesuai dengan Permendikbud No. 023 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian BAB VI Pasal 9 ayat 1 poin (b) penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik penilaian lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggungjawab wali kelas atau guru kelas; (c) penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai; dan (d) Penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio, dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai.


(36)

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Iis Apriyatin Nupus (2016) yang berjudul Pembelajaran Teks Ulasan Film dan Drama pada Kurikilum 2013 bagi Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Yogyakarta. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Iis Apriyatin Nupus adalah sama-sama membahas mengenai pembelajaran bahasa Indonesia yang terdapat dalam kurikulum 2013 dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Selain itu, persamaan terdapat pada teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu observasi, wawancara, dan analisis dokumen.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Iis Apriyatin Nupus yakni, penelitian Iis Apriyanti Nupus mendeskripsikan mengenai pelaksanaan pembelajaran teks ulasan. Sedangkan penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi. Penelitian ini juga mempunyai persamaan dengan penelitian Daryati (2013) yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara Kelas VII SMP Negeri 2 Gombong, Kabupaten Kebumen. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Daryati adalah sama-sama menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Selain itu, Daryati juga menggunakan observasi, wawancara, dan analisis dokumen sebagai teknik pengumpulan data.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilkukan Daryati terdapat pada kurikulum yang digunakan. Penelitian Daryati mendeskripsikan pembelajaran keterampilan berbicara yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat


(37)

Satuan Pendidikan (KTSP). Sedangkan penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan pembelajaran menulis teks cerita fantasi yang terdapat dalam kurikulum 2013.


(38)

26 A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian “Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta” adalah kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian tersebut berupa deskripsi mengenai pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi. Data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif berupa data deskriptif verbal yang berwujud kata-kata.

B.Subjek Penelitian

Subjek penelitian “Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta” adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta, Bapak Puji Isyantana, S.Pd.

C.Setting Penelitian

Setting penelitian ini adalah kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di satu kelas karena beberapa faktor, di antaranya (1) mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII yang diampu oleh guru lain, khususnya teks cerita fantasi, telah diajarkan oleh mahasiswa PPL, (2) RPP teks cerita fantasi yang digunakan oleh Bapak Puji Isyantana di kelas VII F dan kelas lain adalah RPP yang sama.


(39)

Pengamatan penelitian ini dilakukan di dalam dan di luar kelas. Pengamatan di dalam kelas digunakan untuk mencari data selama pelakasanaan pembelajaran teks cerita fantasi. Sedangkan pengamatan di luar kelas digunakan untuk mencari informasi yang tidak didapatkan saat pengamatan di dalam kelas, seperti melakukan wawancara terhadap guru.

D.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi difokuskan pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang dilakukan oleh guru dan siswa pada pembelajaran teks cerita fantasi mata pelajaran Bahasa Indonesia. Peneliti melakukan penelitian dengan hati-hati dan secara cermat selama kegiatan KBM tersebut.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperkuat informasi dan kondisi yang ditemukan saat pengamatan. Pelaksanaan wawancara dalam bentuk “semi structured” yang menggabungkan antara wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara atau daftar pertanyaan. Adapun pertanyaan yang diajukan seputar perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.


(40)

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang dianalisis adalah dokumen resmi seperti silabus, RPP, dan hasil catatan pembelajaran. Analisis dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara agar data yang diperoleh semakin akurat.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian “Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta” adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai human instrument menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan dari hasil penelitian. Instrumen yang digunakan dalam mengambil data berupa lembar observasi, panduan wawancara.

F. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis induktif dengan tiga tahap, yaitu perbandingan antardata, kategorisasi, dan penyajian data.

1. Perbandingan antardata, pada tahap ini hasil dari observasi, wawancara, dan dokumentasi dibandingkan dan dikelompokkan dengan data sejenis atau dikategorisasikan.


(41)

2. Kategorisasi, pada tahap ini satuan yang sudah diidentifikasi kemudian dibaca dan diteliti/ ditelaah sehingga ditemukan data yang memiliki kategori sama. 3. Penyajian data, pada tahap ini hasil pengelompokan dan kategorisasi

dilanjutkan dengan interpretasi data kemudian disajikan dalam tabel.

G.Triangulasi Data

Cara yang dilakukan oleh peneliti adalah ketekunan pengamatan dan triangulasi. Dalam ketekunan pengamatan, peneliti melakukan pengamatan dengan teliti dan rinci terhadap faktor-faktor yang menonjol secara berkesinambungan. Cara tersebut didukung dengan menggunakan cara triangulasi. Triangulasi dicapai dengan membandingkan data hasil pengamatan dan data hasil wawancara. Hasil pengamatan dan wawancara selanjutnya dibandingkan dan dicocokkan dengan data dokumentasi.


(42)

30

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta pada semester gasal Tahun Ajaran 2016/2017. Pembelajaran teks cerita fantasi kelas VII F dalam penelitian ini terdiri dari dua Kompetensi Dasar (KD) tentang pengetahuan dan dua KD tentang keterampilan, yaitu KD 3.3 mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi (cerita fantasi) yang dibaca dan didengar, KD 4.3 menceritakan kembali isi teks narasi (cerita fantasi) yang didengar dan dibaca, KD 3.4 menelaah struktur dan kebahasaan teks narasi (cerita fantasi) yang dibaca dan didengar, serta KD 4.4 menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk cerita fantasi secara lisan dan tulis dengan memerhatikan struktur dan penggunaan bahasa. Adapun yang mejadi fokus utama dalam penelitian ini yaitu (1) perencanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F, (2) pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F, dan (3) penilaian pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F. Berikut deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta pada semester gasal Tahun Ajaran 2016/2017.

A. Hasil Penelitian

Bagian hasil penelitian mendeskripsikan beberapa hal yang sudah ditetapkan dalam rumusan masalah yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Pelaksanaan


(43)

pembelajaran meliputi materi, metode, dan media pembelajaran. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data ganda melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Oleh karena itu, hasil penelitian ini akan disajikan secara langsung bersamaan.

1. Perencanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta

Berdasarkan Kurikulum 2013 revisi 2016, guru merencanakan pembelajaran teks cerita fantasi dengan membuat RPP dan mangacu pada silabus. RPP yang digunakan guru dalam pembelajaran teks cerita fantasi masih berdasar pada model RPP sebelumnya, yakni dengan model RPP Kurikulum 2013 yang lama. RPP teks cerita fantasi dirancang untuk 12 pertemuan. Adapun struktur RPP teks cerita fantasi meliputi identitas RPP, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Indikator Pencapaian Kompetensi, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Media dan Alat Pembelajaran, Sumber Belajar, Langkah-langkah Pembelajaran, dan Penilaian Hasil Belajar.

Langkah-langkah pembelajaran dibagi menjadi tiga, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan berisi salam pembuka, menyanyikan mars, hymne, dan satu lagu nasional, menyampaikan tujuan pembelajaran, serta penyampaian motivasi. Kegiatan inti memuat kegiatan 5 M dalam pembelajaran teks cerita fantasi. Kegiatan penutup berisi refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan, penyampaian informasi, berdoa, dan salam penutup.


(44)

Pada bagian akhir RPP, guru melampirkan naskah cerita fantasi yang berjudul Manusia Kue Jahe. Dalam pelaksanaannya, guru menggunakan lebih dari satu naskah dalam pembelajaran cerita fantasi. Akan tetapi, naskah Manusia Kue Jahe yang dilampirkan dalam RPP tidak digunakan. Sebagian besar naskah-naskah yang digunakan terdapat dalam buku bahasa Indonesia pegangan siswa, seperti Kekuatan Ekor Biru Nagata, Ruang Dimensi Alpha, Berlian Tiga Warna, dan Belajar dengan Gajah Mada.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta

Pembelajaran teks cerita fantasi direncanakan dalam 12 pertemuan. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran teks cerita fantasi dilaksanakan lebih dari 12 pertemuan. Berikut merupakan deskripsi pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi yang meliputi materi, media, dan metode pembelajaran.

a. Materi Pembelajaran Teks Cerita Fantasi

Guru menyampaikan materi pembelajaran tentang teks cerita fantasi dari pertemuan pertama sampai keenam, di antaranya unsur pembangun cerita fantasi, jenis cerita fantasi, struktur cerita fantasi, menyimpulkan karakteristik bagian-bagian struktur cerita fantasi, unsur kebahasaan cerita fantasi, dan cara menyajikan cerita fantasi.


(45)

Pertemuan Ke-

Materi Pembelajaran Sumber Belajar

1 - -

2 Jenis cerita fantasi Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi) 3 Jenis cerita fantasi dan

unsur intrinsik

Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi) 4 Unsur intrinsik dan

struktur cerita fantasi

Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi) 5 Menyimpulkan

karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi

Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi) 6 Unsur kebahasaan dan

cara menyajikan cerita fantasi

Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi) 7 Guru hanya mengulas

beberapa materi yang telah disampaikan

Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi) Tabel 2. Materi Pembelajaran Teks Cerita Fantasi 1) Materi Pembelajaran Pertemuan Pertama

Peneliti belum bisa melakukan penelitian pembelajaran teks cerita fantasi pada pertemuan pertama karena masih terkendala surat izin penelitian. Akan tetapi, berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan (guru), materi yang disampaikan pada pertemuan pertama pembelajaran teks cerita fantasi adalah KD 4.3


(46)

dengan indikator ketercapaian 4.3.1 menyimpulkan tokoh dan latar cerita fantasi.

2) Materi Pembelajaran Pertemuan Kedua

Materi yang disampaikan pada pertemuan kedua adalah jenis cerita fantasi. Materi tersebut berdasar pada KD 3.3 dengan indikator ketercapaian 3.3.2 menentukan jenis cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang dibaca/ didengar. Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa dapat menentukan jenis cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang dibaca/ didengar.

Sebelum guru menyampaikan materi tentang jenis cerita fantasi, para siswa melakukan presentasi tentang video cerita fantasi. Para siswa melakukan presentasi secara berkelompok untuk menampilkan video cerita fantasi dan menjelaskan ringkasan cerita dari isi video tersebut. Setiap kelompok menampilkan video secara bergantian dan setelah masing-masing kelompok melakukan presentasi, guru memberikan koreksi dan masukan.

Guru menyampaikan materi tentang jenis cerita fantasi secara singkat sebelum jam pelajaran berakhir. Guru menjelaskan secara singkat jenis cerita fantasi irisan atau total, sezaman atau lintas waktu, sehingga para siswa dapat menyimpulkan jenis video cerita fantasi yang telah mereka tampilkan. Sumber belajar yang


(47)

digunakan oleh guru adalah buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).

3) Materi Pembelajaran Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan ketiga guru masih menyampaikan materi yang sama, yaitu tentang jenis cerita fantasi. Guru menjelaskan secara rinci tentang jenis cerita fantasi disertai dengan contoh. Hal tersebut membuat para siswa lebih mudah untuk memahami tentang jenis cerita fantasi.

Setelah menjelaskan tentang jenis cerita fantasi, guru menjelaskan tentang unsur intrinsik. Materi pada pertemuan ketiga sesuai dengan KD 3.3 dan KD 4.3. Adapun indikator yang hendak dicapai dari pembelajaran kali ini yaitu (a) 3.3.1 menjelaskan ciri tokoh, latar, alur, dan tema pada cerita fantasi dan menunjukkan buktinya pada teks yang dibaca/ didengar, (b) 4.3.2 menyimpulkan cerita fantasi.

Guru mengingatkan kepada para siswa bahwa materi tentang unsur intrinsik sudah pernah mereka pelajari pada pembelajaran teks deskripsi. Guru memacu ingatan dan pemahaman para siswa tentang unsur intrinsik dengan memberikan beberapa pertanyaan seputar unsur intrinsik. Guru kemudian menjelaskan kembali mulai dari tema, penokohan, perwatakan, latar, alur, amanat, dan sudut pandang.


(48)

Setelah itu, guru meminta para siswa membetuk kelompok. Setiap kelompok mencari unsur intrinsik yang terdapat dalam salah satu naskah cerita fantasi, yaitu Kekuatan Ekor Biru Nagata atau Berlian Tiga Warna. Sumber belajar yang digunakan oleh guru adalah buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).

4) Materi Pembelajaran Pertemuan Keempat

Materi yang disampaikan pada pertemuan keempat adalah struktur cerita. Materi tersebut berdasar pada KD 3.4 dengan indikator ketercapaian 3.4.1 merinci struktur cerita fantasi. Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa dapat merinci struktur cerita fantasi dengan baik. Sebelum menyampaikan materi tentang struktur cerita fantasi, para siswa memaparkan hasil diskusi kelompok mereka tentang unsur intrinsik yang terdapat dalam naskah cerita fantasi.

Guru meminta beberapa siswa untuk membaca naskah cerita fantasi “Belajar dengan Gajah Mada” secara bergantian. Kemudian guru menjelaskan tentang struktur cerita fantasi, yaitu orientasi, komplikasi, dan resolusi disertai dengan contoh. Guru menjelaskan bahwa orientasi merupakan pengenalan tokoh, latar, dan watak tokoh. Guru juga menjelaskan bahwa komplikasi dimulai dari munculnya permasalahan atau konflik sampai


(49)

terjadinya klimaks atau puncak pemasalahan dalam cerita. Setelah itu guru menjelaskan tentang resolusi yang merupakan penyelesaian masalah dalam cerita.

Kemudian guru menunjuk siswa secara acak untuk membaca materi variasi pengungkapan struktur cerita fantasi. Sebelum melanjutkan materi, guru terlebih dahulu menjelaskan mengenai alur cerita. Kemudian guru kembali menunjuk siswa secara acak untuk membaca materi selanjutnya, yaitu ragam alur dan telaah teks cerita dari segi strukturnya. Sumber belajar yang digunakan oleh guru adalah buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).

5) Materi Pembelajaran Pertemuan Kelima

Materi yang disampaikan pada pertemuan kelima adalah menyimpulkan kaarakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi. Materi tersebut berdasar pada KD 3.4 dengan indikator ketercapaian 3.4.2 menyimpulkan karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi (orientasi, komplikasi, dan resolusi). Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa dapat menyimpulkan karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi (orientasi, komplikasi, dan resolusi).

Pada pertemuan kali ini, para siswa akan berdiskusi secara berkelompok untuk menentukan struktur cerita dari video yang


(50)

akan ditampilkan oleh guru. Guru menampilkan dua video cerita fantasi secara berurutan. Guru meminta setiap kelompok untuk mengamati video yang ditampilkan secara seksama. Kemudian masing-masing kelompok memilih salah satu cerita dari video yang ditampilkan. Setelah memilih salah satu cerita dari video yang ditampilkan, masing-masing kelompok menentukan struktur dari cerita tersebut. Setelah kedua video ditampilkan, guru meminta masing-masing kelompok yang terdiri dari empat siswa untuk segera mendiskusikan hasil pengamatan mereka. Sumber belajar yang digunakan oleh guru adalah buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).

6) Materi Pembelajaran Pertemuan Keenam

Materi yang disampaikan pada pertemuan keenam adalah unsur kebahasaan dan cara menyajikan cerita fantasi. Materi tersebut berdasar pada KD 3.4 dan KD 4.4. Adapun indikator ketercapaian pada pertemuan keenam yaitu (a) 3.4.5 mengomentari cerita fantasi dari segi struktur dan bahasanya, (b) 4.4.1 merencanakan pengembangan cerita fantasi.

Guru menginstruksikan pada semua kelompok untuk saling menukarkan hasil diskusi mereka pada pertemuan sebelumnya. Setiap kelompok satu persatu maju ke depan untuk membacakan hasil diskusi dari kelompok yang lain. Guru memberikan


(51)

kesempatan para siswa untuk memberikan masukan terhadap hasil diskusi dari kelompok lain. Setelah itu guru memberikan apresiasi, tanggapan, dan evaluasi pada kelompok yang hasil diskusinya dibacakan.

Setelah memberikan penilaian, guru melanjutkan materi tentang unsur kebahasaan. Guru menjelaskan mulai dari penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan, penggunaan kata yang mencerap panca indera untuk deskripsi latar, penggunaan diksi dengan makna kias dan makna khusus, penggunaan kata sambung urutan waktu, penggunaan kata/ ungkapan keterkejutan, dan penggunaan dialog/ kalimat langsung dalam cerita. Setelah itu guru melanjutkan materi tentang menyajikan cerita fantasi.

Guru menunjuk siswa secara acak untuk membaca cara menyajikan cerita fantasi. Guru memberikan penjelasan bahwa ada dua tahapan dalam menyajikan cerita fantasi. Tahapan yang pertama yaitu merencanakan cerita, mulai dari menemukan ide, menggali ide cerita melalui membaca, membuat rangkaian peristiwa, hingga pengembangan cerita. Kemudian tahapan yang kedua yaitu menulis cerita fantasi mulai dari merencanakan, mengembangkan produk, memberi judul yang menarik, menelaah untuk merevisi, dan memublikasikan. Sumber belajar yang


(52)

digunakan oleh guru adalah buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).

7) Materi Pembelajaran Pertemuan Ketujuh

Pada pertemuan ketujuh, guru tidak memberikan materi baru. Guru hanya mengulas secara singkat materi-materi yang telah disampaikan. Pertemuan pada pembelajaran kali ini digunakan oleh guru untuk mengetahui pemahaman para siswa tentang teks cerita fantasi. Guru memberikan ulangan dengan delapan soal esai terkait dengan teks cerita fantasi. Sumber belajar yang digunakan oleh guru adalah buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).

b. Metode Pembelajaran Teks Cerita Fantasi

Berdasarkan hasil observasi, metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi teks cerita fantasi meliputi ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, tugas belajar, dan latihan. Berikut deskripsi penggunaan metode pembelajaraan teks cerita fantasi.

Pertemuan Ke-

Materi Pembelajaran Metode Pembelajaran

1 - -

2 Jenis cerita fantasi. Ceramah, kerja kelompok, dan pembelajaran berbasis TIK.


(53)

Pertemuan Ke-

Materi Pembelajaran Metode Pembelajaran 3 Jenis cerita fantasi dan unsur

intrinsik

Ceramah,

diskusi, tanya jawab, dan kerja kelompok 4 Unsur intrinsik dan struktur

cerita fantasi.

Ceramah, tanya jawab, dan tugas belajar

5 Meyimpulkan karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi.

Ceramah,

diskusi, dan kerja kelompok 6 Unsur kebahasaan dan cara

menyajikan cerita fantasi.

Ceramah 7 Guru hanya mengulas beberapa

materi yang telah disampaikan, karena

Ceramah dan latihan

Tabel 3. Metode Pembelajaran Teks Cerita Fantasi 1) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Pertama

Peneliti belum bisa melakukan penelitian pembelajaran teks cerita fantasi pada pertemuan pertama karena masih terkendala surat izin penelitian. Akan tetapi, berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan (guru), para siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk mencari dan memresentasikan video cerita fantasi.

2) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua guru menggunakan metode ceramah dan pembelajaran berbasis TIK. Metode tersebut digunakan untuk mengajarkan KD 3.3 dengan indikator 3.3.2 menentukan jenis cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang dibaca/


(54)

didengar. Metode ceramah digunakan oleh guru untuk menjelaskan tentang jenis cerita fantasi total atau irisan, sezaman atau lintas waktu. Adapun pembelajaran berbasis TIK digunakan oleh guru untuk memresentasikan tugas yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya, yaitu menampilkan video cerita fantasi. Metode terebut dipilih sesuai dengan materi dan kondisi siswa di kelas.

3) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Ketiga

Metode yang digunakan guru untuk mengajarkan KD 3.3 dan 4.3 yaitu metode ceramah, tanya jawab, pebugasan, diskusi, dan kerja kelompok. Berdasarkan informasi yang diperoleh, guru menggunakan metode pembelajaran secara situasional. Metode ceramah digunakan oleh guru untuk menjelaskan kembali tentang jenis cerita fantasi dan contohnya. Selain itu, metode ceramah juga digunakan oleh guru untuk menjelaskan tentang unsur intrinsik. Metode tanya jawab digunakan oleh guru untuk memacu ingatan siswa tentang unsur intrinsik dengan memberikan beberapa pertanyaan seputar unsur intrinsik. Metode penugasan, diskusi, dan kerja kelompok dilakukan dengan memberikan tugas secara berkelompok kepada siswa untuk menemukan unsur intrinsik pada naskah cerita fantasi.


(55)

4) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Keempat

Guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan tugas belajar untuk mengajarkan KD 3.4 dengan indikator ketercapaian 3.4.1 merinci struktur cerita fantasi. Guru menggunakan metode pembelajaran secara situasional sesuai materi dan kodisi kelas. Metode ceramah digunakan untuk menjelaskan pertanyaan siswa terkait materi unsur intrinsik pada pertemuan sebelumnya, yaitu sudut pandang. Selain itu, metode ceramah juga digunakan oleh guru untuk menjelaskan tentang struktur cerita. Metode tanya jawab digunakan oleh guru setelah para siswa memaparkan hasil diskusi mekera pada pertemuan sebelumnya. Metode tugas belajar diberikan oleh guru kepada siswa untuk membaca buku paket halaman 68-69 di rumah. Tugas belajar tersebut terkait unsur kebahasaan yang terdapat dalam cerita fantasi.

5) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Kelima

Guru menggunakan metode penugasan, ceramah, diskusi, dan kerja kelompok untuk mengajarkan KD 3.4 dengan indikator ketercapaian 3.4.2 menyimpulkan karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi (orientasi, komplikasi, dan resolusi). Metode-metode tersebut digunakan secara situasional sesuai dengan materi dan kondisi kelas. Metode penugasan dilakukan dengan


(56)

memberikan tugas kepada para siswa untuk mengamati video cerita fantasi yang ditampilkan oleh guru. Metode ceramah digunakan oleh guru untuk menjelaskan tata cara mengerjakan tugas yang telah diberikan. Metode diskusi dan kerja kelompok diberikan kepada siswa untuk menemukan bagian-bagian dari struktur cerita fantasi yang ditampilkan oleh guru.

6) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Keenam

Metode yang digunakan oleh guru pada KD 3.4 dan KD 4.4 adalah metode ceramah. Metode yang digunakan oleh guru berdasarkan situasi dan kondisi kelas. Guru menggunakan metode ceramah untuk memberikan koreksi dan apresiasi pada kelompok-kelompok yang telah memresentasikan hasil diskusi mereka pada pertemuan sebelumnya. Metode ceramah juga digunakan untuk menjelaskan tentang unsur kebahasaan dan cara menyajikan cerita fantasi.

7) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Ketujuh

Metode yang digunakan guru pada pertemuan ketujuh adalah ceramah dan latihan. Metode ceramah digunakan oleh guru untuk mengulas materi yang telah disampaikan di pertemuan-pertemuan sebelumnya. Selain itu, metode ceramah juga digunakan untuk menjelaskan tata cara ulangan harian yang akan


(57)

dilakasanakan. Metode latihan dilakukan dengan memberikan delapan soal esai ulangan kepada para siswa.

c. Media Pembelajaran Teks Cerita Fantasi

Terdapat empat media yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan materi teks cerita fantasi, yaitu media pandang proyeksi (LCD, proyektor, laptop), media pandang nonproyeksi (papan tulis, spidol, dll), media cetak (buku paket), dan media audio visual (video cerita fantasi). Berikut deskripsi penggunaan media pembelajaran teks cerita fantasi.

Pertemuan Ke-

Materi Pembelajaran Media Pembelajaran

1 - -

2 Jenis cerita fantasi Media pandang proyeksi, pandang nonproyeksi, cetak, dan audio visual 3 Jenis cerita fantasi dan

unsur intrinsik Media cetak dan pandang nonproyeksi

4 Unsur intrinsik dan struktur cerita fantasi. 5 Meyimpulkan

karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi.

Media pandang proyeksi, cetak, dan audio visual

6 Unsur kebahasaan dan cara menyajikan cerita fantasi.

Media cetak dan pandang nonproyeksi

7 Guru hanya mengulas beberapa materi yang telah disampaikan, karena


(58)

1) Media Pembelajaran pada Pertemuan Pertama

Peneliti belum bisa melakukan penelitian pembelajaran teks cerita fantasi pada pertemuan pertama karena masih terkendala surat izin penelitian.

2) Media Pembelajaran pada Pertemuan Kedua

Media yang digunakan dalam pembelajaran KD 3.3 yaitu media pandang proyeksi, media pandang nonproyeksi, media cetak, dan media audio visual. Media pandang proyeksi yang digunakan antara lain LCD, proyektor, dan laptop. Media tersebut digunakan oleh para siswa sebagai sarana memresentasikan video cerita fantasi. Media pandang nonproyeksi yang digunakan antara lain papan tulis dan spidol. Media tersebut digunakan oleh guru untuk menjelaskan jenis cerita fantasi. Media cetak yang digunakan adalah buku pegangan siswa (buku paket) sebagai sumber belajar. Media audio visual yang digunakan adalah video-video cerita fantasi.

3) Media Pembelajaran pada Pertemuan Ketiga dan Keempat

Selain media pandang nonproyeksi, guru juga menggunakan media cetak pada pertemuan ketiga dan keempat. Guru menggunakan papan tulis dan spidol untuk menjelaskan materi terkait jenis cerita fantasi dan unsur intrinsik di pertemuan


(59)

ketiga. Guru menuliskan beberapa hal di papan tulis sehingga para siswa paham apa yang telah disampaikan oleh guru. Pada pertemuan keempat guru menjelaskan tentang sudut pandang dan struktur cerita. Guru menggunakan papan tulis dan spidol untuk menjelaskan beberapa hal sehingga para siswa dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Adapun media cetak yang digunakan pada pertemuan ketiga dan keempat adalah buku paket sebagai sumber belajar.

4) Media Pembelajaran pada Pertemuan Kelima

Media yang digunakan dalam pembelajaran kelima yaitu media pandang proyeksi, media cetak, dan media audio visual. Guru menggunakan media pandang proyeksi seperti LCD, proyektor, dan laptop untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Pada pertemuan kelima guru menampilkan video-video cerita fantasi. Adapun media cetak yang digunakan adalah buku paket sebagai sumber belajar.

5) Media Pembelajaran pada Pertemuan Keenam dan Ketujuh

Media yang digunakan pada pertemuan keenam dan ketujuh yaitu media pandang nonproyeksi dan media cetak. Pada pertemuan keenam guru menggunakan papan tulis dan spidol untuk menjelaskan materi terkait unsur kebahasaan dan cara menyajikan


(60)

cerita fantasi. Media tersebut menunjang dalam pembelajaran untuk menjelaskan secara tertulis apa yang disampaikan oleh guru sehingga para siswa lebih paham. Pada pertemuan ketujuh, media pandang nonproyeksi digunakan oleh guru untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan di pertemuan-pertemuan sebelumnya. Adapun media cetak yang digunakan pada pertemuan keenam dan ketujuh adalah buku paket sebagai sumber belajar.

3. Penilaian Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta

Penilaian dalam pembelajaran teks cerita fantasi dibagai menjadi empat aspek, yaitu spritual, sosial (sikap), pengetahuan, dan keterampilan. Akan tetapi penilaian dari aspek spiritual dilakukan secara tertutup. Berdasarkan yang tercantum dalam dokumen (RPP), aspek spiritual dan sosial dilakukan dengan melakukan observasi dan instrumen yang digunakan adalah lembar jurnal. Dalam pelaksanaannya, penilaian aspek spiritual dilakukan secara tertutup dan aspek sosial dilakukan oleh guru secara tersirat. Pada saat penyampaian motivasi sebelum materi dimulai, tersirat penilaian yang diberikan oleh guru. Hal tersebut ditangkap oleh peneliti dari deskripsi motivasi yang diberikan oleh guru.

Penilaian pengetahuan dilaksanakan di akhir pembelajaran cerita fantasi, yaitu pada pertemuan ketujuh. Pada pertemuan ketujuh dilakukan ulangan harian. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan memberikan tes


(61)

tertulis berupa delapan soal esai. Penilaian keterampilan dilakukan pada selama pembelajaran teks cerita fantasi. Penilaian keterampilan diambil dari tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.

B. Pembahasan

1. Perencanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta

Berdasarkan Permendikbud No. 22 Tahun 2016, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Guru merencanakan pembelajaran teks cerita fantasi dengan membuat RPP dan mangacu pada silabus. RPP yang digunakan guru dalam pembelajaran teks cerita fantasi masih berdasar pada model RPP sebelumnya, yakni model RPP Kurikulum 2013 yang lama. Hal tersebut karena perubahan kurikulum 2013 untuk kelas VII dan X.

Guru membuat RPP teks cerita fantasi berdasar pada model RPP 2013 yang lama karena pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi bertepatan dengan pelatihan penyusunan RPP terbaru untuk kelas VII dari MGMP. Pelatihan penyusunan RPP terbaru dilaksanakan selama satu bulan. Berdasarkan informasi dari narasumber, RPP akan diperbaiki sesuai dengan hasil pelatihan dari MGMP.


(62)

RPP teks cerita fantasi dirancang untuk 12 pertemuan. Dalam praktiknya pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F terlaksana lebih dari 12 pertemuan. Komponen RPP teks cerita fantasi sudah sesuai dengan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, yaitu meliputi identitas RPP, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Indikator Pencapaian Kompetensi, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Media dan Alat Pembelajaran, Sumber Belajar, Langkah-langkah Pembelajaran dan Penilaian Hasil Pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran dibagi menjadi tiga, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan berisi salam pembuka, menyanyikan mars, hymne, dan satu lagu nasional, menyampaikan tujuan pembelajaran, serta penyampaian motivasi. Kegiatan inti memuat kegiatan 5 M dalam pembelajaran teks cerita fantasi. Dalam pelaksanaannya, kegiatan 5 M tidak semua dilakukan pada setiap materi yang diberikan. Kegiatan penutup berisi refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan, penyampaian informasi, berdoa, dan salam penutup. Berdasarkan hasil wawancara, guru menyatakan bahwa RPP diperlukan dalam menyampaikan materi supaya pembelajaran menjadi terarah. Dalam praktiknya, guru melakukan pembelajaran berbeda dengan yang telah dicantumkan dalam RPP. Guru menyesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas untuk tercapainya tujuan pembelajaran.


(63)

2. Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta

a. Materi Pembelajaran Teks Cerita Fantasi

Berdasarkan kurikulum 2013 revisi 2016, teks cerita fantasi merupakan salah satu teks baru yang terdapat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII. Pembelajaran teks cerita fantasi terdiri dari empat KD, yaitu KD 3.3 mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi (cerita fantasi) yang dibaca dan didengar, KD 4.3 menceritakan kembali isi teks narasi (cerita fantasi) yang didengar dan dibaca, KD 3.4 menelaah struktur dan kebahasaan teks narasi (cerita fantasi) yang didengar dan dibaca, serta KD 4.4 menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk cerita fantasi secara lisan dan tulis dengan memerlihatkan struktur dan penggunaan bahasa. Guru memberikan materi tentang cerita fantasi pada pertemuan kesatu sampai keenam. Pada pertemuan ketujuh, guru hanya mengulas beberapa materi secara singkat kemudian dilanjutkan dengan ulangan harian.

Arifin (2012: 24) mengungkapkan bahwa materi adalah isi kurikulum yang berupa topik atau pokok bahasan dan perincian dalam setiap mata pelajaran. Materi yang diajarkan guru dari pertemuan kesatu sampai ketujuh di antaranya unsur pembangun cerita fantasi, jenis cerita fantasi, struktur cerita fantasi, menyimpulkan karakteristik bagian-bagian struktur cerita fantasi, unsur kebahasaan cerita fantasi, dan cara menyajikan cerita fantasi. Berikut merupakan deskripsi materi


(64)

pembelajaran teks cerita fantasai dari pertemuan kesatu sampai pertemuan ketujuh.

1) Materi Pembelajaran pada Pertemuan Pertama

Peneliti belum bisa melakukan penelitian pembelajaran teks cerita fantasi pada pertemuan pertama karena masih terkendala surat izin penelitian. Akan tetapi, berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan (guru), pertemuan pertama pada pembelajaran teks cerita fantasi yaitu membangun konteks.

2) Materi Pembelajaran pada Pertemuan Kedua

Sebelum menyampaikan materi pada pertemuan kedua, guru memersilahkan para siswa untuk menampilkan dan memresentasikan tugas video cerita fantasi secara berkelompok. Guru kemudian menyampaikan materi pembelajaran tentang jenis cerita fantasi. Materi yang disampaikan mengacu pada KD 3.3, yaitu mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi (cerita fantasi) yang dibaca dan didengar.

Setelah semua kelompok melakukan presentasi, guru menjelaskan mengenai jenis cerita fantasi. Guru menjelaskan jenis cerita fantasi secara singkat sebelum jam pelajaran usai. Hal tersebut dilakukan supaya para siswa dapat mengetahui video yang telah mereka tampilkan termasuk jenis cerita fatasi irisan atau total, sezaman atau lintas waktu.


(65)

Guru menjelaskan bahwa jenis cerita fantasi irisan atau total dilihat dari kesesuaian dalam dunia nyata. Cerita fantasi irisan yaitu cerita fantasi yang mengungkapkan fantasi tetapi masih menggunakan nama-nama dalam kehidupan nyata, menggunakan nama tempat yang ada dalam dunia nyata, atau peristiwa pernah terjadi pada dunia nyata. Sebaliknya, cerita fantasi total berisi fantasi pengarang terhadap objek/ tertentu. Pada cerita kategori ini semua yang terdapat pada cerita semua tidak terjadi dalam dunia nyata.

Sedangkan, jenis cerita fantasi sezaman atau lintas waktu dilihat berdasarkan latar cerita. Latar sezaman berarti latar yang digunakan adalah satu masa, misal masa sekarang, masa lampau, atau masa yang akan datang/ futuristik. Latar lintas waktu berarti cerita fantasi menggunakan dua latar waktu yang berbeda, misal masa sekarang dengan zaman prasejarah, masa sekarang dan masa yang akan datang/ futuristik. Oleh karena waktu pembelajaran pada pertemuan kali inni telah usai, maka guru memutuskan untuk melanjutkan materi tentang jenis cerita fantasi pada pertemuan selanjutnya.

3) Materi Pembelajaran pada Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan ketiga, materi pembelajaran masih mengacu pada KD 3.3, yaitu mengidentifikasi unsur-unsur teks


(66)

narasi (cerita fantasi) yang dibaca dan didengar. Materi yang disampaikan oleh guru adalah jenis cerita fantasi dan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita fantasi. Guru melanjutkan pembelajaran tentang jenis cerita fantasi disertai dengan contoh. Setelah itu, guru melanjutkan pembelajaran mengenai unsur intrinsik. Sebelum menjelaskan tentang unsur intrinsik, guru memberikan beberapa pertanyaan seputar unsur intrinsik. Para siswa saling berebut untuk menjawab. Setelah tanya jawab, guru kemudian menjelaskan kembali tentang unsur intrinsik mulai dari tema, penokohan, perwatakan, latar, alur, amanat, dan sudut pandang.

Setelah itu, guru memberikan tugas kepada siswa secara berkelompok untuk menemukan unsur intrinsik dari naskah cerita fantasi disertai bukti. Guru meminta setiap kelompok untuk memilih dan membaca naskah “Kekuatan Ekor Biru Nagata” atau “Berlian Tiga Warna” secara teliti. Masing-masing kelompok mengerjakan di buku catatan salah satu anggota kelompoknya. Guru memberikan waktu untuk mengerjakan sampai jam pelajaran bahasa Indonesia berakhir.

4) Materi Pembelajaran pada Pertemuan Keempat

Pada pertemuan keempat, para siswa menukarkan hasil diskusi kelompok tentang unsur intrinsik untuk dikoreksi bersama.


(67)

Setelah hasil diskusi masing-masing kelompok dipaparkan, guru melanjutkan pembelajaran. Guru melanjutkan materi tentang unsur intrinsik. Guru mengulas kembali tentang unsur intrinsik dan memersilahkan para siswa untuk bertanya apabila masih terdapat hal yang belum dimengerti. Salah seorang siswa mengangkat tangan dan bertanya tentang sudut pandang. Siswa tersebut masih sedikit bingung cara membedakan sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Kemudian guru menjelaskan kembali tentang sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga serta guru memberikan contoh yang mudah dipahami siswa.

Guru kemudian melanjutkan materi pembelajaran mengenai struktur cerita fantasi. Materi tersebut mengacu pada KD 3.4, yaitu menelaah struktur dan kebahasaan teks narasi (cerita fantasi) yang dibaca dan didengar. Guru meminta beberapa siswa untuk membaca naskah cerita fantasi “Belajar dengan Gajah Mada” secara bergantian. Kemudian guru menjelaskan tentang struktur cerita fantasi, yaitu orientasi, komplikasi, dan resolusi disertai dengan contoh.

Guru menjelaskan bahwa orientasi merupakan pengenalan tokoh, latar, dan watak tokoh. Guru memberikan contoh bagian orientasi dengan cerita timun mas. Misal, pada zaman dahulu tinggallah seorang wanita tua di desa terpencil bernama Mbok


(68)

Rondo. Guru kemudia menjelaskan bahwa komplikasi dimulai dari munculnya permasalahan atau konflik sampai terjadinya klimaks atau puncak pemasalahan dalam cerita. Guru kembali memberikan contoh dengan cerita timun mas. Setelah itu guru menjelaskan tentang resolusi yang merupakan penyelesaian masalah dalam cerita. Guru memberikan contoh dari masing-masing struktur (orientasi, komplikasi, dan resolusi) untuk membantu para siwa memahami mengenai struktur cerita. Setelah itu, siswa secara bergantian membaca materi tentang variasi pengungkapan struktur cerita fantasi. Kemudian dilanjutkan dengan alur cerita, ragam alur, dan telaah teks cerita dari segi strukturnya.

5) Materi Pembelajaran pada Pertemuan Kelima

Pada pertemuan kelima, guru mengulas pelajaran pada pertemuan sebelumnya. Tujuan pembelajaran kali ini adalah siswa dapat menyimpulkan karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi (orientasi, komplikasi, dan resolusi). Tujuan tersebut mengacu pada KD 3.4, yaitu menelaah struktur dan kebahasaan teks narasi (cerita fantasi) yang dibaca dan didengar.

Sebelum melanjutkan materi pada pertemuan kali ini, guru menginstruksikan para siswa untuk membagi kelompok diskusi mengenai struktur cerita fantasi. Guru meminta setiap kelompok untuk mengamati dua video yang akan ditampilkan secara teliti.


(69)

Guru kemudian menampilkan dua video cerita fantasi, yaitu Bawang Merah Bawang Putih dan Keong Mas.

Setiap anggota kelompok mengamati dua video tersebut secara seksama dan mencatat bagian-bagian yang termasuk dalam struktur cerita. Guru kemudian meminta satiap kelompok untuk memilih salah satu dari video tersebut. Setelah itu, setiap kelompok berdiskusi tentang video yang telah mereka pilih. Guru menginstruksikan kepada semua kelompok untuk menulis hasil diskusi mereka di salah satu buku catatan anggota kelompok. Guru memberikan keluasan waktu untuk berdiskusi dan menulis hasil diskusi sampai jam pelajaran bahasa Indonesia berakhir.

6) Materi Pembelajaran pada Pertemuan Keenam

Pada pertemuan keenam terdapat dua tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pertama, siswa mampu mengomentari cerita fantasi dari segi struktur dan bahasanya. Kedua, siswa mampu merencanakan pengembangan cerita fantasi. Materi yang hendak disampaikan mengacu pada KD 3.4, yaitu menelaah struktur dan kebahasaan teks narasi (cerita fantasi) yang didengar dan dibaca, dan KD 4.4, yaitu menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk cerita fantasi secara lisan dan tulis dengan memerhatikan struktur dan penggunaan bahasa.


(70)

Guru menjelaskan secara ringkas tentang unsur kebahasaan yang terdapat dalam cerita fantasi. Mulai dari penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan, penggunaan kata yang mencerap panca indera untuk deskripsi latar, penggunaan diksi dengan makna kias dan makna khusus, penggunaan kata sambung urutan waktu, penggunaan kata/ ungkapan keterkejutan, dan penggunaan dialog/ kalimat langsung dalam cerita. Para siswa memerhatikan dengan seksama.

Setelah itu guru melanjutkan materi tentang menyajikan cerita fantasi. Guru menunjuk siswa secara acak untuk membaca buku pegangan siswa mengenai cara menyajikan cerita fantasi. Guru memberikan penjelasan bahwa ada dua tahapan dalam menyajikan cerita fantasi. Tahapan yang pertama yaitu merencanakan cerita, mulai dari menemukan ide, menggali ide cerita melalui membaca, membuat rangkaian peristiwa, hingga pengembangan cerita. Kemudian tahapan yang kedua yaitu menulis cerita fantasi mulai dari merencanakan, mengembangkan produk, memberi judul yang menarik, menelaah untuk merevisi, dan memublikasikan.

7) Materi Pembelajaran pada Pertemuan Ketujuh

Pada pertemuan ketujuh, guru tidak memberikan materi kepada para siswa. Guru hanya mengulas beberapa materi yang


(71)

telah disampaikan di pertemuan-pertemuan yang lalu. Guru juga memberikan saran kepada para siswa untuk memublikasikan karya tulisan cerita fantasi di mading dan majalah sekolah. Pertemuan kali ini merupakan pembelajaran terakhir tentang cerita fantasi sekaligus pertemuan terakhir pelajaran bahasa Indonesia di kelas VII F sebelum UTS dilaksanakan. Oleh karena itu, guru mengadakan ulangan harian mengenai cerita fantasi.

b. Metode Pembelajaran Teks Cerita Fantasi

Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran teks cerita fantasi. Dalam pelaksanaannya, metode yang digunakan tidak tercantum secara rinci dalam RPP. Guru menggunakan metode ceramah, penugasan, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, tugas belajar, dan latihan.

Pemilihan metode yang tepat berpengaruh pada ketercapaian tujuan belajar. Berdasarkan hasil wawancara, metode-metode yang digunakan berjalan efektif. Uno (2007: 2) mendefinisikan metode pembelajaran sebagai cara yang digunakan guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

1) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Pertama

Peneliti belum bisa melakukan penelitian pembelajaran teks cerita fantasi pada pertemuan pertama karena masih terkendala


(72)

surat izin penelitian. Akan tetapi, berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan (guru), para siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk mencari dan memresentasikan video cerita fantasi.

2) Metode Pembelajaran Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua guru menggunakan metode ceramah dan pembelajaran berbasis TIK. Metode tersebut digunakan untuk mengajarkan KD 3.3 dengan indikator 3.3.2 menentukan jenis cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang dibaca/ didengar. Metode ceramah digunakan oleh guru untuk menjelaskan tentang jenis cerita fantasi total atau irisan, sezaman atau lintas waktu. Guru menjelaskan tentang jenis cerita fantasi secara singkat dan jelas. Hal tersebut dilakukan supaya para siswa setidaknya mengetahui video yang telah mereka tampilkan termasuk dalam jenis cerita fantasi total atau irisan, sezaman atau lintas waktu.

Adapun pembelajaran berbasis TIK digunakan untuk memresentasikan tugas yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya, yaitu menampilkan video cerita fantasi. Metode terebut dipilih sesuai dengan materi dan kondisi siswa di kelas. Pembelajaran berbasis TIK dipilih sesuai dengan keefektifannya. Pembelajaran tersebut juga sesuai dengan Kurikulum 2013 yang


(73)

berbasis IT. Pembelajaran berbasis TIK juga mengasah kreatifitas para siswa dengan menampilkan video dan slide unik.

Guru tidak sepenuhnya menggunakan metode pembelajaran yang tertulis dalam RPP. Guru menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Adapun metode yang digunakan oleh guru telah disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara, metode yang digunakan oleh guru sudah efektif. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian.

3) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Ketiga

Metode yang digunakan guru untuk mengajarkan KD 3.3 dan 4.3 yaitu metode ceramah, tanya jawab, penugasan, diskusi, dan kerja kelompok. Berdasarkan informasi yang diperoleh, guru menggunakan metode pembelajaran secara situasional. Metode ceramah digunakan oleh guru untuk menjelaskan kembali tentang jenis cerita fantasi irisan atau total, sezaman atau lintas waktu beserta contohnya. Selain itu, metode ceramah juga digunakan oleh guru untuk menjelaskan tentang unsur intrinsik. Dengan menggunakan metode ceramah, guru lebih mudah untuk menjelaskan kepada para siswa tentang unsur intrinsik mulai dari tema, penokohan, perwatakan, alur, setting, amanat, dan sudut pandang.


(1)

(2)

Lampiran 10

DOKUMENTASI FOTO


(3)

Diskusi tentang Struktur Cerita dari Video yang Ditampilkan Guru


(4)

Lampiran 11

SURAT PERIZINAN PENELITIAN


(5)

(6)