PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEKS CERITA PENDEK KELAS XI DI SMA NEGERI 1 WONOSARI.

(1)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEKS CERITA PENDEK

KELAS XI DI SMA NEGERI 1 WONOSARI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Dyta Prasetyo Wahyu Tri Purnomo Putro NIM 12201241053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Tuhan akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan

hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau

akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak

pernah mengecewakan.”


(6)

PERSEMBAHAN

Untuk Ibu,

Almarhum Papa, Kakak, Adik dan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dengan judul Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Pendek Kelas XI di SMA Negeri 1 Wonosari untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan yang terselesaikan dengan baik. Penulisan Tugas Akhir Skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak.

Rasa hormat dan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pembimbing yaitu Ibu Esti Swastika Sari, M.Hum., yang penuh kesabaran dan kebijaksanaan telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan selama proses penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. Juga kepada Bapak Muh. Taufik Salyono, S.Pd., M.Pd., S.I. selaku kepala sekolah SMA N 1 Wonosari atas izin penelitian yang telah diberikan, Ibu Heryu Rueni, M.Pd. selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, serta teman-teman XI MIPA 4 dan XI IPS 2 yang telah bekerjasama selama masa penelitian.

Ucapan terimakasih dan rasa sayang saya sampaikan kepada Ibunda Sulastri, Pak Jumadi beserta keluarga kecilnya, Kakak Abed, Dava (HamHam) serta keluarga lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, atas segala kasih sayang, dukungan, dan doa yang terus menyertai sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi skripsi ini dengan baik.

Terima kasih kepada dosen-dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNY yang telah memberikan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat. Tidak


(8)

ketinggalan ucapan terima kasih kepada: Tio, Arif, Yogud, Teguh, Jckoben, Roghib, Zul, Herli, Radit, Adi, Anita,Sukma, Lilik, Tantri, Evi, Silmi, Una, teman-teman Teater Bahtera PBSI B 2012, dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan, semangat, dan candaan serta momen-momen sarat suka duka yang mewarnai masa perkuliahan maupun masa penyelesaian skripsi ini.

Saya menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangatlah saya harapkan demi kebaikan bersama. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, Januari 2017 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Batasan Istilah ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

A. Hakikat Pembelajaran ... 12

B. Faktor yang Berpengaruh terhadap Sistem Pembelajaran ... 14

1. Guru ... 14


(10)

3. Sarana dan Prasarana ... 15

4. Lingkungan ... 15

C. Komponen Pembelajaran ... 16

1. Tujuan Pembelajaran ... 16

2. Materi Ajar ... 17

3. Strategi dan Metode ... 17

4. Media Pembelajaran ... 18

5. Evaluasi ... 19

D. Hakikat Cerita Pendek ... 20

1. Unsur-unsur Intrinsik Cerita Pendek ... 21

2. Unsur-unsur Ekstrinsik Cerita Pendek ... 27

E. Pembelajaran Teks Cerita Pendek ... 28

1. Pengertian Teks ... 28

2. Proses Kreatif Menulis ... 29

F. Penelitian yang Relevan ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Sumber Data ... 33

C. Teknik Pengumpulan Data ... 34

1. Observasi ... 34

2. Wawancara ... 34

3. Analaisis Dokumen ... 35

D. Instrumen Penelitian ... 35

E. Teknik Kredibilitas Penelitian ... 36

1. Ketekunan Pengamatan ... 36

2. Triangulasi ... 36

F. Teknik Analisis Data ... 36


(11)

2. Penyajian Data ... 37

3. Tahap Kesimpulan ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil Penelitian ... 38

B. Pembahasan ... 43

1. Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Pendek ... 43

2. Tujuan Pembelajaran ... 45

3. Metode Pembelajaran ... 50

4. Materi Pembelajaran ... 55

5. Media Pembelajaran ... 59

6. Evaluasi Pembelajaran ... 62

7. Kendala dalam Proses Pembelajaran Teks Cerita Pendek ... 70

BAB V PENUTUP ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 : Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerpen …………. 44 Gambar 2 : Guru Menggunakan Metode Ceramah dalam

Pembelajaran Teks Cerita Pendek …………... 51 Gambar 3 : Siswa Berdikusi di Teras Sekolah ……….. 52 Gambar 4 : Guru Membimbing Siswa Dalam Diskusi

Kelompok ……… 53 Gambar 5 : Siswa bertanya kepada guru mengenai materi yang

belum dipahami ……….. 59 Gambar 6 : Guru menggunakan media papan tulis ……… 60 Gambar 7 : Siswa menggunkan slide untuk mempresentasikan

hasil diskusi kelompok ……… 61 Gambar 8 : Guru menjelaskan materi menggunakan slide …… 62 Gambar 9 : Hasil Nilai Ulangan Harian Siswa ……….. 67 Gambar 10 : Hasil Nilai Ulangan Harian Siswa ……….. 68 Gambar 11 : Hasil Nilai Ulangan Harian Siswa………... 69 Gambar 12 : Guru membimbing siswa berdiskusi, sementara ada

pekerja bangunan yang sedang bekerja ……… 72 Gambar 13 : Siswa sedang mengerjakan ulangan harian ……… 192 Gambar 14 : Siswa berdiskusi mengerjakan tugas ……….. 192 Gambar 15 : Siswa mempresentasikan hasil diskusi …………... 193 Gambar 16 : Pelaksanaan pembelajaranteks cerita pendek di

kelas ……… 193 Gambar 17 : Guru membimbing siswa dalam berdiskusi ……… 194


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 : Hasil Penelitian Pelaksanaan Pembelajaran Teks

Cerita Pendek SMA N 1 Wonosari ………... 39 Tabel 2 : Hasil Penelitian Tujuan Pembelajaran Teks Cerpen

SMA N 1 Wonosari ……….. 40 Tabel 3 : Hasil Penelitian Metode Pembelajaran Teks Cerpen

SMA N 1 Wonosari ……… 40 Tabel 4 : Hasil Penelitian Materi Pembelajaran Teks Cerpen

SMA N Wonosari……… 41 Tabel 5 : Hasil Penelitian Media Pembelajaran Teks Cerpen

SMA N 1 Wonosari ……… 42 Tabel 6 : Hasil Penelitian Evaluasi Pembelajaran Teks

Cerpen SMA N 1 Wonosari ……… 43 Tabel 7 : Materi Pembelajaran Teks Cerita Pendek ………... 57 Tabel 8 : Pedoman Penilaian Ulangan Harian Teks Cerita

Pendek ………. 64 Tabel 9 : Daftar Penilaian Aspek Pengetahuan Kelas XI


(14)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEKS CERITA PENDEK KELAS XI DI SMA NEGERI 1 WONOSARI

Oleh Dyta Prasetyo Wahyu Tri Purnomo Putro NIM 12201241053

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran teks cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari. Dalam penelitian ini, pelaksanaan pembelajaran teks cerita pendek ditinjau dari 6 komponen utama, yaitu (1) pelaksanaan pembelajaran, (2) tujuan pembelajaran, (3) metode, (4) materi, (5) media serta (6) evaluasi pembelajaran (7) kendala dalam pembelajaran teks cerita pendek.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMA Negeri 1 Wonosari, sedangkan objek penelitian ini adalah pembelajaran teks cerita pendek kelas XI SMA Negeri Wonosari. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan berpartisipasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data diuji dengan triangulasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis model interaktif, dengan tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Dari hasil penelitian dapat ditarik tujuh kesimpulan. Pertama, pelaksanaan pembelajaran teks cerita pendek berjalan sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kedua, selama pembelajaran teks cerita pendek, tujuan pembelajaran secara keseluruhan sudah dicapai dengan baik. Ketiga, metode pembelajaran yang dipakai ialah ceramah dan diskusi yang dipadukan dengan pendekatan saintifik, strategi tersebut cukup efektif digunakan, karena siswa lebih mudah untuk memahami dan memperhatikan penjelasan guru. Keempat, seluruh materi mengenai teks cerita pendek disampaikan pada pertemuan pertama secara runtut sesuai dengan RPP. Sementara pada pertemuan selanjutnya materi pembelajaran tidak sesuai dengan RPP. Materi disampaikan guru dengan baik kepada siswa dengan menggunakan metode ceramah. Kelima, Ada dua media pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran teks cerita pendek di kelas yaitu papan tulis dan LCD proyektor. Dari kedua media tersebut media yang paling sering digunakan guru ialah papan tulis. Keenam, Evaluasi dilakukan dalam bentuk ulangan harian dan tugas. Tugas diberikan guru kepada siswa dalam proses pembelajaran. Selama pengamatan tugas yang diberikan guru selalu dikerjakan dalam proses pembelajaran dan langsung dibahas pada waktu itu juga dan tidak mempunyai nilai. Ketujuh kendala yang timbul dalam pembelajaran teks cerita cerita pendek antaralain, kurang lengkapnya sarana dan prasarana seperti LCD dalam kelas, terlambatnya pendistribusian buku dan suara bising dari pembangunan gedung sekolah yang sedang berlangsung.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 2016, pendidikan di Indonesia mengenal adanya pemberlakuan dua kurikulum yang berbeda, yaitu Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melalui Permendikbud no. 160 tahun 2014, Pemerintah telah memberikan dasar aturan bagi kedua kurikulum tersebut untuk diberlakukan secara bersamaan. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa sekolah yang menjalankan Kurikulum 2013 adalah sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 selama tiga semester, sedangkan bagi sekolah yang baru menjalankannya selama satu semester dihimbau agar kembali menggunakan kurikulum KTSP.

Permendikbud no. 59 lampiran III, Pemerintah, melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, telah memberlakukan Kurikulum 2013, setelah melakukan kajian tahap demi tahap, yang diawali dengan mengevaluasi secara menyeluruh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sudah diberlakukan sejak tahun 2006. Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat strategis dalam Kurikulum 2013. Peran utama mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai penghela ilmu pengetahuan. Dengan mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif maka peran bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan akan terus berkembang seiring dengan perkembangan bahasa Indonesia itu sendiri.


(16)

Pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 bermuara pada pengembangan kompetensi dalam ranah sikap (KI-1 dan KI-2), pengetahuan (KI-3), dan (KI-4) keterampilan. Pendekatan berbasis teks yang dikembangkan pada kurikulum ini diaplikasikan melalui KBM yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan (KI-3) dan keterampilan (KI-4) mereka dalam memahami dan menyusun berbagai jenis teks sesuai dengan jenjang. Adapun pengembangan sikap (KI-1 dan KI-2) tidak menjadi bagian tersendiri sebagai sesuatu yang diajarkan dalam proses pembelajaran. Kompetensi dasar yang terdapat pada KI-1 dan KI-2 dikembangkan melalui integrasi dalam pengembangan kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Sebagai contoh, ketika peserta didik mempelajari struktur teks cerita pendek dan mengaplikasikan konsep tersebut melalui penyusunan teks, sikap-sikap yang diinginkan pada KD di KI-2, yaitu disiplin, tanggung jawab, dan kerja keras. Guru harus selalu terus menerus mengembangkan sikap-sikap ini di dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

Dalam kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran Bahasa Indonesia, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik. Aplikasi pendekatan saintifik tersebut diwujudkan melalui Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penerapan pendekatan saintifik digunakan untuk menggali informasi melalui :

1) Tahap mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta


(17)

didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Pada tahap mengamati, kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan mengamati teks yang dimodelkan, mengamati tayangan TV/rekaman video, mengamati gambar atau mengamati lingkungan sekitar.

2) Menanya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermuladari “bertanya”. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL). Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Adapun keterampilan bertanya yang harus dimiliki siswa ketika bertanya yaitu frekuensi pertanyaan selama proses pembelajaran, substansi pertanyaan, bahasa, suara, dan kesopanan. Seorang siswa yang dibiasakan untuk bertanya maka siswa tersebut akan.

3) Mengumpulkan informasi/melakukan eksperimen. Kegiatan mengumpulkan informasi/melakukan eksperimen adalah kegiatan pembelajaran yang didesain agar tecipta suasana kondusif yang memungkinkan siswa dapat melakukan aktivitas fisik yang memaksimalkan pengunaan panca indera dengan berbagai cara, media, dan pengalaman yang bermakna dalam menemukan ide, gagasan, konsep, dan/atau prinsip sesuai dengan kompetensi mata pelajaran.

4) Menalar/mengasosiasi. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan


(18)

dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.

5) Mengomunikasikan. Pada tahap ini peserta didik memaparkan hasil pemahamannya terhadap suatu konsep/bahasan secara lisan atau tertulis. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah melakukan presentasi laporan hasil percobaan, mempresentasikan peta konsep, dan lain-lain.

Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada kelas XI terdapat lima genre teks yang harus di pelajari, yaitu teks cerita pendek, teks cerita pantun, teks cerita ulang, teks ekplanasi kompleks, dan teks ulasan/reviu film/drama. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada salah satu teks sastra yaitu teks cerita pendek. Dari kelima genre teks tersebut terdapat 4 genre teks yang masuk kompetensi sastra dan 1 genre teks yang masuk kompetensi bahasa, dengan perbandingan 4:1.

Pembelajaran teks cerita pendek dilakukan pada semester 1. Pembelajaran teks cerita pendek dimulai dengan kegiatan mengembangkan pengetahuan atau pembelajaran dimulai dari Kompetensi Dasar 3.1 (memahami struktur dan kaidah teks cerita pendek) sampai dengan 4.5 (mengonversi teks cerita pendek). Ada sedikit


(19)

perubahan, khususnya pada kompetensi menulis sastra, tidak lagi ditemukan istilah

“menulis” dalam Kompetensi Dasar yang memuat materi tentang menulis sastra. Meski

demikan, siswa tetap diajarkan bagaimana tata cara untuk menghasilkan karya sastra melalui kegiatan menulis. Dalam Kurikulum 2013, istilah yang digunakan untuk

kegiatan tersebut adalah ‘memproduksi’ sehingga secara substansial tidak ada

perbedaan berarti, terutama pada kompetensi menulis yang tetap ada baik dalam KTSP maupun Kurikulum 2013.

Kegiatan memproduksi diterapkan dalam pembelajaran teks cerita pendek pada kelas XI, sesuai dengan Kompetensi Dasar 4.2. Kegiatan memproduksi merujuk pada suatu kegiatan atau upaya untuk menghasilkan sesuatu sebagai sebuah produk. Dalam konteks pembelajaran teks cerita pendek, kegiatan memproduksi yang dilakukan merupakan suatu upaya untuk menghasilkan sebuah produk berupa teks cerita pendek. Dengan demikian, hal-hal yang dicermati dalam pembelajaran ini adalah bagaimana kegiatan tersebut dilakukan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki.

SMA Negeri 1 Wonosari merupakan sekolah favorit di kabupaten Gunungkidul. SMA Negeri 1 Wonosari menduduki posisi ke 3 setelah SMA Negeri 1 Yogyakarta dan SMA Negeri 3 Yogyakarta dalam pencapaian nilai Ujian Nasional se-DIY tahun 2014. Nilai UN jurusan IPA menempati rangking 3 tingkat provinsi dengan nilai 47,41. Untuk jurusan IPS, SMA Negeri 1 Wonosari menempati rangking 5 provinsi. Selain itu, terdapat beberapa mata pelajaran yang berhasil mendapat nilai tertinggi di DIY di


(20)

antaranya adalah Bahasa Indonesia dengan nilai 8,68, Matematika dengan nilai 8,33, dan Bilogi 8,33.

Terhitung sejak tahun 2013, sebanyak 58 siswa meraih prestasi dari berbagai lomba. Adapun prestasi dibidang penulisan cerita pendek yang diraih ialah dari tingkat Provinsi D.I Yogyakarta sampai tingkat kabupaten Gunungkidul. Antara lain Intan Realista Z.A juara II Lomba menulis cerita pendek tingkat D.I Yogyakarta tahun 2013 yang diselenggarakan oleh HIMA PBSI UNY dan Nadhila Hibatul Nastikaputri juara II lomba menulis cerita pendek untuk remaja usia 12-22 tahun Se-Kabupaten Gunungkidul tahun 2015. Berdasarkan prestasi-prestasi tersebut tentu menarik untuk diteliti lebih lanjut, berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada pembelajaran teks cerita pendek yang telah di laksanakan selama ini.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengamati dan mengkaji seputar kegiatan pembelajaran teks cerita pendek yang berlangsung di SMA Negeri 1 Wonosari, sehubungan dengan prestasi yang diraih siswa dan pengimplementasian Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Diharapkan melalui penelitian ini akan terungkap bagaimana kegiatan pembelajaran teks cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari berlangsung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut;


(21)

1. Pelaksanaan pembelajaran teks cerita pendek meliputi pemilihan materi, penggunaan metode dan strategi, pemanfaatan media dan evaluasi kelas XI di SMA Negeri 1 Wonosari.

2. Tujuan pembelajaran cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari.

3. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran teks cerita pendek kelas XI di SMA Negeri 1 Wonosari, baik faktor pendukung maupun kendala. 4. Upaya dalam mengatasi kendala dalam pembelajaran teks cerpen kelas XI di SMA

Negeri 1 Wonosari.

5. Siswa SMA Negeri 1 Wonosari berprestasi dalam penulisan teks cerita pendek. 6. Ketersediaan fasilitas penunjang pembelajaran teks cerpen (ketersediaan buku

pembelajaran dan cerpen yang ada di perpustakaan) kelas XI di SMA Negeri 1 Wonosari.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini difokuskan pada bagaimana pelaksanaan pembelajaran teks cerita pendek kelas XI yang berlangsung di SMA Negeri 1 Wonosari.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(22)

1. Bagaimana pelaksananaan pembelajaran teks cerita pendek kelas XI yang berlangsung di SMA Negeri 1 Wonosari?

2. Apa tujuan pembelajaran dari teks cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari? 3. Apa strategi dan metode yang digunakan dalam pembelajaran teks cerita pendek di

SMA Negeri 1 Wonosari?

4. Apa materi yang digunakan dalam pembelajaran teks cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari?

5. Apa media yang digunakan dalam pembelajaran teks cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari?

6. Bagaimana evaluasi dalam pembelajaran teks cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari?

7. Apa saja kendala yang muncul selama pembelajaran teks cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari?

E. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan pelaksananaan pembelajaran teks cerpen kelas XI yang berlangsung di SMA Negeri 1 Wonosari.

2. Mendeskripsikan tujuan pembelajaran dari teks cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari.


(23)

3. Mendeskripsikan strategi dan metode yang digunakan dalam pembelajaran teks cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari.

4. Mendeskripsikan materi yang digunakan dalam pembelajaran teks cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari.

5. Mendeskripsikan media yang digunakan dalam pembelajaran teks cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari.

6. Mendeskripsikan evaluasi dalam pembelajaran teks cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari.

7. Mendeskripsikan kendala yang muncul selama pembelajaran teks cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Mampu memberikan kontribusi pengembangan ilmu yang berhubungan dengan pembelajaran sastra, khususnya dapat dijadikan landasan pengembangan terhadap pembelajaran teks cerpen sehingga meningkatkan kegiatan pembelajaran sastra siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.


(24)

2. Manfaat Praktis

Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan gambaran mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada pembelajaran teks cerpen.

Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi tambahan berkaitan dengan pembelajaran teks cerita pendek pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI di SMA Negeri 1 Wonosari. Informasi ini diharapkan dapat menjadikan umpan balik merefleksikan KBM guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Wonosari.

Bagi siswa, dapat menambah bekal pengetahuan, khususnya pada pembelajaran teks cerpen, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan motivasi bagi siswa dalam menulis teks cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari.

G. Batasan Istilah

1. Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu kepada peserta didik melalui proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. 2. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah proses belajar dan mengajar yang dilakukan oleh guru dengan siswa. Ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pengetahuan mengenai bahasa dan sastra Indonesia.

3. Pembelajaran teks cerita pendek adalah proses belajar dan mengajar yang dilakukan oleh guru dengan siswa. Ruang lingkup pembelajaran teks cerpen adalah mengenai teks cerpen.


(25)

4. Teks cerita pendek merupakan sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam- suatu hala yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel.


(26)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Menurut Coey (dalam Sagala, 2014: 61) konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset dari pendidikan. Pendapat tersebut menggambarkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang disengaja dan dikelola sedemikian rupa agar tercipta situasi pada waktu seseorang dapat menangkap dan mengambil informasi dari situasi dan kondisi tertentu. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Pembelajaran juga mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. Dalam hal ini guru merancang suatu kegiatan sedemikian rupa yang bertujuan untuk memberikan suatu pengetahuan baru bagi peserta didik yang diajarnya. Dengan adanya kegiatan tersebut guru sebagai pengajar diharapkan mengetahui kemampuan dasar dan latar belakang peserta didiknya, yang merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.


(27)

Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan tanya jawab terus menerus yang diaahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri (Sagala, 2014: 63). Karakteristik pembelajaran tersebut mengarah pada kemandirian aktifitas berfikir peserta didik itu sendiri, sehingga dapat mengonstruksi pengetahuannya sendiri secara mandiri.

Sementara itu pendapat lainnya menurut Sanjaya (2013: 51) pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan, yaitu membelajarkan siswa. Proses pembelajaran itu merupakan rangkaian-rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen. Itulah pentingnya setiap guru memahami system pembelajaran. Melalui pemahaman sistem, minimal setiap guru akan memahami tentang tujuan pemebelajaran ataua hasil yang diharapakan, proses kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan, pemanfaatan setiap komponen dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana mengetahui keberhasilan pencapaian tersebut.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam rangka membelajarkan siswa dengan tujuan untuk menguasai atau memahami secara mandiri suatu pengetahuan baru tertentu yang telah ditetapkan sebagai tujuan.


(28)

B. Faktor yang Berpengaruh terhadap Sistem Pembelajaran

Terdapat beberapa faktor yang dapat memepengaruhi kegiatan proses pembelajaran, di antaranya faktor guru, faktor siswa, faktor sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan (Sanjaya, 2013: 52).

1. Guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan.

Guru dituntut untuk memiliki kemampuan profesional dan pemahaman sebagai pengetahuan dan keterampilan. Guru hanya menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendukung pembelajaran. Dalam proses

pendidikan, pada dasarnya guru mempunyai tugas “mendidik dan mengajar” peserta

didik agar dapat menjadi manusia yang dapat melaksanakan tugas kehidupannya yang selaras dengan kodratnya sebagai manusia yang baik dalam kaitan hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan Tuhan (Siswoyo, dkk, 2011: 133).

2. Siswa

Menurut Siswoyo, dkk (2011: 96) pesrta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Istilah peserta didik pada pendidikan sekolah dikenal dengan nama anak didik/siswa.

Sementara menurut Sanjaya (2013: 54) siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembanganya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama


(29)

perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, di samping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.

3. Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya, sedangkan prasarana adalah sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran (Sanjaya, 2013: 55).

4. Lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Faktor kedua yaitu faktor iklim sosial-psikologis, maksudnya keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial-psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara guru


(30)

dengan guru, bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial-psikologi eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat, dan lain sebagainya (Sanjaya, 2013: 56).

C. Komponen Pembelajaran

Sebagai sebuah sistem, pembelajaran tersusun atas beberapa komponen penyusun yang saling berkaitan. Menurut Sanjaya (2013: 58), komponen-komponen pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tujuan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik merupakan kegiatan yang memiliki tujuan. Segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan peserta didik hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan merupakan pengikat segala aktifitas guru dan peserta didik, yang pertama kali harus dirumuskan dalam merancang sebuah program pembelajaran.

Terdapat beberapa alasan yang mendasari perlunya perumusan sebuah tujuan dalam merancang program pembelajaran, yaitu a) rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas keberhasilan, b) tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa, c) tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem pembelajaran, d) tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan


(31)

kualitas pembelajaran. Atas dasar hal tersebut, maka setiap guru perlu memahami dan terampil merumuskan tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Guru sebagai pihak yang mengetahui tentang kondisi lapangan, berikut karakteristik siswa bertugas menjabarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui proses pembelajaran.

2. Materi Ajar

Proses pembelajaran seringkali diartikan sebagai proses penyampaian materi. Hal tersebut dapat dibenarkan manakala tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran (subject centered teaching). Dalam kondisi semacam ini, maka penguasaan materi oleh guru mutlak diperlukan. Materi pelajaran tersebut biasanya tergambarkan dalam buku teks, sehingga sering terjadi proses pembelajaran adalah menyampaikan materi dalam buku. Namun demikian dalam setting pembelajaran ang berorientasi pada pencapaian tujuan atau kompetensi, tugas, dan tanggung jawab guru bukanlah sebagai sumber belajar. Dengan demikan, materi pelajaran sebenarnya bisa diambil dari berbagai sumber. Penggunaan berbagai sumber juga menambah referensi materi ajar, sehingga tujua pembelajaran dapat tercapai.

3. Strategi dan Metode

Kemp (dalam Sanjaya, 2013: 126) menjelaskan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi dan metode termasuk komponen yang


(32)

mempunyai fungsi penentu keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu setiap guru harus benar-benar memahami perannya dan memilih strategi yang tepat guna dalam menyapaikan materi pembelajaran. Termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran.

Metode juga merupakan upaya yang dilakukan untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Hal tersebut sama dengan pendapat Suryaman (2012: 85) bahwa metode pembelajaran digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dalam pratiknya, untuk merealisasikan suatu strategi terdapat kemungkinan adanya penggunaan lebih dari satu metode.

4. Media Pembelajaran

Proses belajar mengajar pada hakekatnya merupakan suatu proses komunikasi. Cricitos menyatakan bahwa proses tersebut berkenaan dengan penyampaian pesan dari komunikator (pengantar) kepada komunikan (penerima). Agar proses penyampaian pesan tersebut berjalan sebagaimana mestinya, diperlukan sebuah perantara yang menjadi penghubung antara pengantar dan penerima pesan. Perantara tersebut kemudian dikenal sebagai media. Dalam konteks pembelajaran, media digunakan sebagai alat dan bahan yang menjadi perantara penyampaian pesan dari guru sebagai pengantar pesan kepada siswa sebagai penerima dalam sebuah kegiatan pembelajaran (Daryanto, 2013: 5-6).

Sementara itu, Suryaman (2012: 123) menyatakan bahwa media pembelajaran dapat diartikan (dalam hal ini meliputi bahan dan alat) yang dapat dipakai untuk mencapai


(33)

tujuan pembelajaran. Media pembelajaran juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan atau menciptakan pengetahuan, kecakapan, dan sikap. Dengan begitu, media pembelajaran tidak hanya terbatas pada alat dan bahan saja melainkan juga dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang ada di sekitar.

5. Evaluasi

Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilah siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Melalui evalusi ini dapat melihat kekurangan dalam pemanfaatan berbagai komponen system pembelajaran (Sanjaya, 2013: 61). Hal ini menjadi acuan bagi guru untuk menilai kekurangan dan ketepatan dalam menerapkan strategi dan metode pembelajaran.

Nurgiyantoro (2012: 5) menganggap bahwa evaluasi memiliki persamaan kata dengan penilaian, yaitu sebagai suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Lebih lanjut Tuckman (dalam Nurgiyantoro, 2012: 6) mengartikan penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui (menguji) apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan.

Tujuan dan fungsi penilaian dirumuskan oleh Nurgiyantoro (2012: 30-33), di antaranya: (a) untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan yang berupa berbagai kompetensi yang telah ditetapkan dapat dicapai lewat kegiatan pembelajaran yang dilakukan, (b) untuk memberikan objektivitas pengamatan kita terhadap tingkah laku hasil belajar peserta didik, (c) untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam


(34)

kompetensi, pengetahuan, keterampilan, atau bidang-bidang tertentu, (d) untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dan memonitor kemajuan belajar peserta didik, dan sekaligus menentukan keefektifan pelaksanaan pembelajaran, (e) untuk menentukan layak tidaknya seorang peserta didik dinaikkan ke tingkat di atasnya atau dinyatakan lulus dari tingkat pendidikan yang ditempuhnya, (f) untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.

D. Hakikat Cerita Pendek

Cerita pendek merupakan bentuk karya sastra sekaligus disebut fiksi. Edgar Allan Poe (Jassin, 1961 dalam Nurgiantoro, 2009: 10) mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam- suatu hala yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel. Walaupun sama-sama pendek, panjang cerpen itu bervariasi. Ada cerpen yang pendek (short short story), bahkan mungkin pendek sekali: berkisar 500-an kata; ada cerpen yang panjangnya cukupan (middle short story) serta cerpen yang panjang (long short story) yang terdiri dari puluhan (atau bahkan beberapa puluh) ribu kata.

Sementara menurut Sayuti (2000: 8-10) mengemukakan sebuah cerpen bukanlah sebuah novel yang dipendek-pendekkan dan juga bukan bagian dari novel yang dituliskan. Ada yang mengatakan bahwa cerpen merupakan karya prosa fiksi yang dapat selesai dibaca dalam sekali duduk dan ceritanya dapat membangkitkan efek tertentu dalam diri pembaca. Dengan demikian, seuah kesan tunggal dapat diperoleh dalam sebuah cerpen dalam sekali baca. Sebuah cerpen biasanya mempunyai plot yang


(35)

diarahkan pada insiden atau peristiwa tunggal. Disamping itu, kualitas watak tokoh dalam cerpen jarang dikembangkan secara penuh karena pengembangan semacam itu itu membutuhakan waktu.

Ringkasnya, cerpen menunjukkan kualitas yang bersifat compression

‘pemadatan’, concentration ‘pemusatan’, dan intensity‘pendalaman’, yang semuanya

berkaitan dengan panjang cerita dan kualitas struktural yang diisyaratkan oleh panjang cerita itu.

1. Unsur-unsur Intrinsik Cerita Pendek.

Sebagai karya sastra (fiksi), cerita pendek pasti memiliki unsur-unsur yang membentuk satu kesatuan yang utuh dan lengkap sebagai karya fiksi. Unsur-unsur tersebut berupa unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur-unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri yang menyebabkan sastra itu hadir (Nurgiyantoro, 2009: 23).

Unsur instrinsik terdiri dari tema, alur (plot), penokohan (karakterisasi), sudut pandang (point of view), gaya bercerita (style), latar (setting), dan amanat. Unsur ekstrinsik menurut Nurgiyantoro (2009: 23) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisasi karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi latar belakang peristiwa yang menyebabkan karya sastra itu lahir.

a. Tema

Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Ia selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut, religius, dan


(36)

sebagainya. Dalam hal tertentu, tema dapat disinonimkan dengan ide atau tujuan utama cerita (Nurgiyantoro, 2009: 23). Sedangkan menurut Kosasih (2003: 223), tema merupakan inti atau ide dasar sebuah cerita. Tema merupakan pangkal tolak pengarang dalam menceritakan dunia rekaan yang diceritakannya. Tema suatu cerpen menyangkut segala persoalan dalam kehidupan manusia, baik itu masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema, terlebih dahulu kita harus mengenali unsur-unsur instrinsik yang dipakai pengarang untuk mengembangkan ceritanya itu. Di samping itu, kita perlu mengapresiasi karangan itu secara utuh, tidak sepenggal-penggal.

b. Alur atau Plot

Alur atau plot merupakan unsur fiksi yang terpenting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain (Nurgiyantoro, 2009: 110). Kosasih (2003: 225) berpendapat bahwa alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Pola pengembangan cerita suatu cerpen tidaklah seragam. Secara umum, jalan cerita terbagi ke dalam bagian-bagian sebagai berikut.

1). Pengenalan situasi cerita (exposition)

Pengarang memperkenalkan para tokoh, menata adegan dan hubungan antar tokoh. 2). Pengungkapan peristiwa (complication)

Peristiwa awal menimbulkan berbagai masalah pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi tokohnya.


(37)

3). Menuju pada adanya konflik (rising action)

Terjadi peningkatan masalah yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh. 4). Puncak konflik (turning point)

Bagian ini disebut juga klimaks. Bagian cerita yang paling mendebarkan. Pada bagian ini juga ditentukan perubahan nasib tokoh.

5). Penyelesaian (ending)

Berisi penjelasan nasib-nasib yang dialami tokoh setelah klimaks tadi.

Ada beberapa alur yang sudah diketahui secara umum yang sering digunakan dalam karya sastra prosa, yaitu:

1). Alur Maju

Menceritakan kehidupan atau perjalanan tokoh dari awal sampai akhir; 2). Alur Mundur

Menceritakan kehidupan atau perjalanan tokoh dari akhir sampai awal atau merupakan perenungan tokoh;

3). Alur Campuran

Menceritakan kehidupan atau perjalanan tokoh dari awal sampai akhir kembali ke awal atau sebaliknya.

Nurgiyantoro (2009: 130) menyatakan bahwa dalam usaha pengembangan plot, pengarang juga memiliki kreativitas. Namun, karya fiksi, kebebasan itu harus mempunyai aturan, ketentuan, atau kaidah pengembangan plot (the laws of plot). Kaidah-kaidah pemplotan yang dimaksud di antaranya adalah sebagai berikut.


(38)

1). Plausabilitas

Plot harus memiliki sifat plausabel, dapat dipercaya pembaca. Pengembangan plot cerita yang tidak plausabel dapat membingungkan dan meragukan pembaca. Sebuah cerita dikatakan plausabel jika tokoh-tokoh cerita dan dunianya dapat diimajinasi (imaginable) dan jika para tokoh dan dunianya tersebut serta peristiwa-peristiwa yang dikemukakan mungkin saja dapat terjadi.

2). Suspense

Sebuah cerita yang baik pasti memiliki kadar suspense yang tinggi dan terjaga. Atau lebih tepatnya, mampu membangkitkan suspense, membangkitkan rasa ingin tahu di hati pembaca.

3). Surprise

Plot sebuah cerita yang menarik juga mampu memberikan surprise, kejutan, sesuatu yang bersifat mengejutkan. Plot sebuah karya fiksi dikatakan memberikan kejutan jika sesuatu yang dikisahkan atau kejadian yang ditampilkan menyimpang, atau bahkan bertentangan dengan harapaan kita sebagai pembaca.

4). Kesatupaduan

Plot sebuah karya fiksi, di samping hendaknya memenuhi “kaidah-kaidah” di atas, terlebih lagi haruslah memiliki sifat kesatupaduan, keutuhan, unity. Kesatupaduan menyaran pada pengertian bahwa berbagai unsur yang ditampilkan, khususnya peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan, yang mengandung konflik, atau


(39)

seluruh pengalaman yang dikomunikasikan, memiliki keterkaitan satu dengan yang lain.

c. Tokoh dan Penokohan

Perwatakan atau penokohan dalam cerita pendek sangat menetukan keberhasilan suatu cerita pendek karena penggambaran tokoh yang tepat akan menjadikan cerita itu bernyawa dan menarik. Tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kausalitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2009: 165).

Lebih lanjut, Nurgiyantoro mengemukakan pembedaan tokoh yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam sebuah cerita. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Di lain pihak, pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan isi cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

d. Latar atau Setting

Latar adalah keadaan tempat, waktu, dan budaya. Tempat dan waktu yang dirujuk dalam sebuah cerita bisa merupakan sesuatu yang faktual atau bisa juga imajiner (Kosasih, 2003: 227). Latar dalam cerpen masa kini telah bertransformasi menjadi bagian yang begitu kompleks. Latar tidak sekadar menunjukkan tempat, waktu, dan budaya, tetapi juga hal-hal yang sangat detail dari latar yang akan dihadirkan dalam


(40)

sebuah cerpen yang dapat berupa keadaan debu di sekitar tokoh, kegilaan masyarakat, adat yang tabu, bahkan sampai penunjukkan waktu yang terkesan tidak penting hingga detik bahkan mikrodetik.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang, point of view, menyaran pada sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan pandangan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2009: 248). Akuan (sudut pandang orang pertama), Diaan (sudut pandang orang ketiga), dan sudut pandang orang kedua (kamu, kau) menjadi teknik atau macam-macam gaya penulis untuk mengungkapkan tokoh kaitannya dengan sudut pandang. Atau dengan kata lain, dengan mengkaji sudut pandang, kita dapat mengetahui bagaimana sebuah cerita dikemas dari pandangan atau tokoh tertentu.

f. Amanat

Amanat merupakan ajaran moral atau pesan dikastis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu (Kosasih, 2003: 230). Amanat adalah pesan tersirat yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat dekat dengan moral yang disampaikan pengarang lewat karya sastranya. Padadasarnya moral merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, yang merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra dan makna disarankan lewat cerita (Nurgiyantoro, 2009: 322).


(41)

g. Gaya Bahasa

Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Kemampuan sang penulis mempergunakan bahasa secara cermat dapat menjelmakan suatu suasana yang berterus-terang atau satiris, simpatik, menjengkelkan, objektif atau emosional (Kosasih, 2003: 230-231). Gaya bahasa dalam Nurgiyantoro dijabarkan sebagai stile (style). Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1981: 193) mengemukakan bahwa unsur stile (stylistics features) terdiri dari unsur fonologi, sintaksis, leksikal, dan retorika (rhetorical), yang berupa karakteristik penggunaan bahasa figuratif, pencitraan, dan sebagainya.

2. Unsur-unsur Ekstrinsik Cerita Pendek

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau system organisasi karya sastra (Nurgiyantoro, 2009: 23). Unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Biografi, keadaan subjektivitas individu pengarang, yang memilih sikap, keyakinan, dan pandangan hidup, yang semuanya itu akan mempengaruhi corak karya sastra yang ditulis.

b. Psikologi, baik pengarang yang mencakup proses kreatifnya, maupun penerapan prinsip psikologi politik dan sosial, juga akan berpengaruh pada karyanya. c. Keadaan masyarakat di tempat pengarang meliputi ekonomi, sosial, dan politik. d. Pandangan hidup suatu bangsa, perbandingan dengan karya seni lama, dan


(42)

E. Pembelajaran Teks Cerita Pendek 1. Pengertian Teks

Wiratno (2009: 77) mengatakan bahwa ciri-ciri teks antara lain: (a) Secara konkret, teks merupakan sebuah objek fisik, tetapi secara abstrak, teks merupakan satuan bahasa di dalam wilayah bahasa sebagai sistem; (b) teks mempunyai tata organisasi yang kohesif; (c) teks mengungkapkan makna; (d) teks tercipta pada sebuah konteks; (e) teks dapat dimediakan secara tulis atau lisan. Dalam pembelajaran bahasa berbasis teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial budaya akademis. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa yang mengungkapkan makna secara kontekstual.

Pada prinsip pembelajaran berbasis teks, bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan. Penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna. Bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya. Bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Sehubungan dengan prinsip-prinsip itu, perlu disadari bahwa di setiap teks, memiliki struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda.

Dapat disimpulkan bahwa struktur teks dilihat dari ciri-cirinya merupakan cerminan struktur berpikir. Makin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan


(43)

akademiknya. Hanya dengan cara itu, siswa kemudian dapat mengontruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis secara memadai. 2. Proses Kreatif Menulis

Menulis cerpen memiliki daya imajinasi yang tinggi, semakin tinggi imajinasi yang dimiliki oleh pengarang semakin bagus cerita yang dihasilkan. Pengembangan keterampilan menulis cerpen melalui beberapa tahap, yaitu mengembangkan unsur-unsur cerpen untuk dituangkan dalam bentuk tulisan. Menurut Sumardjo (2007: 75) pada dasarnya terdapat 5 tahapan dalam menulis adalah sebagai berikut.

Pertama, adalah tahapan persiapan. Dalam tahap ini seorang penulis telah menyadari apa yang akan ditulis dan bagaimana ia akan menuliskannya. Apa yang akan ditulis adalah gagasan, isi tulisan. Sedang bagaimana ia akan menuangkan gagasan itu adalah soal bentuk tulisannya. Soal bentuk tulisan inilah menentukan syarat teknis penulisan, dengan demikian yang pertama muncul ialah sang penulis telah mengetahui apa yang akan ditulisnya dan bagaimana menuliskannya. Munculnya gagasan seperti ini memperkuat si penulis untuk segera memulainya.

Kedua, tahap inkubasi. Pada tahap ini gagasan yang telah muncul tadi disimpannya dan dipikirkan matang-matang, dan ditunggunya waktu yang tepat untuk menuliskannya. Selama masa pengendapan ini biasanya konsentrasi penulis hanya pada gagasan itu saja. Tahapan ini memang memerlukan beberapa waktu untuk memunculkan ide-ide yang memang sengaja disimpan untuk kemudian siap dituliskan.


(44)

Ketiga, saat inspirasi. Inilah saat gagasan mulai terbentuk dan bentuk ungkapannya telah jelas dan padu. Pada saat inilah desakan untuk segera menulis, dan hal ini tidak bisa ditunda-tunda lagi. Sebab inspirasi akan tiba-tiba hilang begitu saja jika dibiarkan lewat begitu saja, dan hal ini menyebabkan proses menulis terhambat.

Keempat, tahap penulisan. Pada saat inspirasi telah muncul maka penulisan harus dilakukan. Tahap penulisan ini ialah tahap disaat segala hasil inkubasi yang sudah terbentuk dituliskan. Apa yang ada dalam pikiran penulis diusahakan untuk dituliskan semua tanpa harus mengontrol diri. Pada tahap ini juga penulis tidak perlu memikirkan kualitas tulisannya terlebih dahulu. Hasil dari penulis tersebut disebut dengan suatu karya yang kasar dan masih sebuah draf. Tahap ini memang mengumbar semua spontanitas yang terdalam dalam proses menulis.

Kelima, tahap revisi. Setelah melakukan tahap menulis, dianjurkan untuk beristirahat sejenak untuk memberi jangka waktu pada pemikiran dan tubuh. Setelah istirahat dirasa cukup, baca kembali hasil tulisan yang sudah ditulis tadi. Periksalah dan nilailah berdasarkan pengetahuan dan apresiasi secara mandiri. Buanglah bagian-bagian yang dirasa tidak masuk dinalar, karena hal itu sangat berpengaruh terhadap hasil karya itu sendiri. Penulis juga bisa menambahkan ide-ide yang belum tersampaikan pada waktu tahap penulisan dan bisa juga menambahkan hal-hal yang dirasa bisa membuat menarik isi dari tulisannya tersebut dengan memperhatikan pola penulisannya. Jika hasil dirasa sudah baik, carilah orang lain untuk membaca karya anda. Kritik dan saran dari orang lain akan menambah bekal pengetahuan keterampilan dalam menulis anda kedepannya nanti.


(45)

Begitulah proses kreatif menulis secara garis besar. Semuanya itu bisa diaplikasikan dalam membuat karya sastra cerita pendek. Hal yang perlu diingat ialah, dalam menulis cerita pendek, penulis harus mengikuti unsur-unsur yang ada dalam cerita pendek. Tahap-tahap itu bagi pemula mungkin memang memerlukan waktu. Yang terpenting ialah mempunyai disiplin diri. Perlu terus-menerus menambah pengetahuan dan pengalaman. Semakin berpengalaman dan berpengetahuan, maka proses kreatif bisa lebih cepat.

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Teguh (2013)

dalam jurnalnya yang berjudul “Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tumijajar”. Tujuan penelitian tersebut untuk mendeskripsikan

pembelajaran menulis cerita pendek pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tumijajar Tulang Bawang Barat. Penelitian tersebut menggunakan desain deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru telah melakukan tiga tahapan dalam pembelajaran yaitu perencanaan, pelaksanaan, danpenilaian pembelajaran. Pada perencanaan pembelajaran, guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tanpa mencantumkan model pembelajaran sedangkan komponen yang lain sudah dicantumkan berdasarkan komponen-komponen RPP pada Kurikulum 2013. Pada pelaksanaan pembelajaran terdapat dua aktivitas, yaitu aktivitas guru dan siswa. Aktivitas yang dilakukan oleh guru meliputi tiga kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Penilaian yang dilakukan oleh guru mencakup


(46)

penilaian kompetensi sikap dengan teknik observasi, penilaian kompetensi pengetahuan dengan teknik tes tulis dan tes lisan, dan penilaian kompetensi keterampilan dengan teknik tes praktik.

Penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Silvina (2015)

dalam jurnalnya yang berjudul “Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas XI SMA Negeri Gadingrejo”. Tujuan penelitian tersebut untuk mendeskripsikan

kemampuan menulis cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 1 Gadingrejo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Berdasarkan analisis data, ditemukan kemampuan menulis cerita pendek kategori cukup dengan kemampuan siswa perindikator adalah tema skor kategori baik; tokoh yang dihadirkan kategori baik, latar kategori cukup, rangkaian peristiwa kategori cukup, dan gaya bahasa kategori cukup. Relevansi penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama membahas keterampilan menulis atau memproduksi teks. Penelitian Teguh (2014) menekankan pada tiga tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian, sedangkan penelitian diperkaya dengan menggali faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam memproduksi teks cerita pendek. Penelitian Silviana (2015) lebih mendeskripsikan kemampuan menulis cerita pendel, sedangkan penelitian ini mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran memproduksi teks cerita pendek dari pembelajaran, tanggapan siswa, kendala yang dihadapi dan penilaian memproduksi cerita pendek.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009: 3). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, sehingga data yang dihasilkan berupa kata-kata tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2004: 4). Peneliti berperan sebagai pengamat yang mendeskripsikan Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Pendek pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI di SMA Negeri 1 Wonosari.

Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Pendek pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Wonosari ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan merupakan data deskriptif tentang pembelajaran teks cerita pendek yang tertera dalam Kompetensi Dasar 3.1 - 4.5.

B. Sumber Data

Sumber data penelitian ini berupa sumber data tertulis dan sumber data aktivitas proses belajar mengajar yang terjadi di lapangan. Sumber data tertulis meliputi RPP, silabus, hasil wawancara dari narasumber yaitu Dra. Heryu Rueni. M.Pd. selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa kelas XI MIPA 4 serta hasil tulisan siswa yang digunakan sebagai evaluasi pembelajaran. Sumber


(48)

data berupa aktivitas meliputi deskripsi kegiatan guru saat pembelajaran menulis di kelas.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, secara garis besar adalah observasi atau pengamatan pastisipatif (langsung), analisis dokumen, dan wawancara. Penjelasan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Observasi

Marshall (via Sugiyono 2014: 310) menyebutkan bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Pengumpulan data melalui observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran memproduksi teks cerpen yang melibatkan guru dan siswa di dalam kelas. Kegiatan observasi dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan hingga mendapatkan data yang cukup.

2. Wawancara

Susan Satainback (dalam Sugiyono 2014: 318) menyatakan bahwa dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Wawancara digunakan sebagai langkah untuk menggali informasi lebih dalam terkait pembelajaran teks cerpen kelas XI di SMA Negeri 1 Wonosari. Wawancara dilakukan secara langsung sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Peneliti sebagai pewawancara dan guru sebagai narasumber


(49)

mengenai materi, metode, dan evaluasi, serta faktor penghambat dan pendukung dari kegiatan pembelajaran mnulis teks cerpen. Selain itu, guna menguatkan sumber data yang ada, peneliti juga mengambil beberapa siswa sebagai narasumber guna melengkapi data yang ada.

3. Analisis Dokumen

Pengumpulan dokumen dilakukan terlebih dahulu sebelum analisis. Dokumen tersebut berupa RPP, silabus, berkas soal dan materi, foto-foto kegiatan pembelajaran, serta lembar kerja siswa sebagai bahan evaluasi. Dokumen-dokumen tersebut digunakan sebagai bahan penafsiran sehingga dapat menyajikan data secara deskriptif.

D. Intsrumen Penelitian

Penelitian Kualitatif ini menggunakan instrumen pengumpul data utama, yaitu peneliti sendiri yang bertindak mencari dan menafsirkan data. Proses pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti dan mengamati proses pembelajaran teks cerita pendek yang dilangsungkan oleh Guru dan diikuti oleh siswa. Beberapa instrumen penunjang penelitian ini adalah lembar observasi dan catatan lapangan yang digunakan untuk mencatat dan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran, pedoman wawancara sebagai alat validitas yang berkaitan dengan metode, media, dan evaluasi dalam pembelajaran, serta kamera digital dan perekam suara untuk mendokumentasikan pembelajaran dan wawancara.


(50)

Teknik penentuan validitas data agar data yang dihasilkan tepercaya adalah sebagai berikut.

1. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan Pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data yang berkualitas dan mendapatkan keterkaitan data dengan tujuan dari penelitian. Pengamatan dilakukan dengan tertib dan berkala serta dilaksanakan dengan penyesuaian jadwal dari jadwal pelajaran di sekolah.

2. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Wiliam Wiersma dalam Sugiyono 2014: 372). Hal ini dilakukan agar data yang dikumpulkan dapat dibandingkan sehingga didapat data yang komprehensif dan validitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu pertama, membandingkan hasil data observasi dengan hasil data wawancara. Kedua, membandingkan apa yang dikatakan guru saat mengajar di depan kelas dengan data hasil wawancara. Ketiga, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen tertulis berupa perangkat pengajaran guru.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, meliputi reduksi data, penyajian data, dan tahap kesimpulan/ verifikasi (Miles & Huberman via Sugiyono, 2014: 246).


(51)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya sangat banyak untuk itu perlu dilakukan reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang penting dan membuang hal-hal yang tidak penting.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menyajikan data. Penyajian data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk uraian yang bersifat naratif. Teks naratif tersebut berisi uraian mengenai pelaksanaan pembelajaran teks cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari, meliputi pelaksanaan pembelajaran, tujuan, strategi dan metode, materi, media dan sumber belajar, serta evaluasi pembelajaran.

3. Tahap Kesimpulan

Teknik analisis data yang terakhir berupa penarikan kesimpulan. Dalam penarikan kesimpulan diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan. Analisis data kualitatif dilakukan untuk mengetahui fakta di lapangan terkait pembelajaran teks cerita pendek di SMA Negeri 1 Wonosari. Selanjutnya, data kualitatif tersebut disimpulkan sesuai dengan rumusan masalah.


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini menyajikan hasil penelitian yang berupa deskripsi mengenai pelaksanaan pembelajaran teks cerita pendek kelas XI MIPA 4 di SMA Negeri 1 Wonosari. Pelakasanaan pembelajaran teks cerita pendek kelas XI MIPA 4 di SMA Negeri 1 Wonosari meliputi pelaksanaan pembelajaran, tujuan pembelajaran, metode, materi, media serta evaluasi pembelajaran. Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang lain yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran teks cerpen di kelas XI MIPA 4 dan IPS 2 di SMA Negeri 1 Wonosari.

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 26 Juli 2016 hingga 03 September 2016, yang dilaksanakan mengikuti jumlah pembelajaran teks cerita pendek sebanyak 5 kali pertemuan. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Wonosari. Hasil penelitian dan pembahasan merupakan hasil analisis data yang dikumpulkan selama pelaksanaan pembelajaran teks cerita pendek di kelas XI MIPA 4 dan berlangsung sesuai dengan fokus penelitian, baik berasal dari catatan lapangan, lembar observasi maupun dokumentasi.


(53)

Tabel 1. Hasil Penelitian Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Pendek Hasil Penelitian Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Pendek 1. Pembelajaran teks cerita pendek secara keseluruhan berjalan dengan

lancar.

2. Siswa aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.

3. Karakter antara siswa MIPA dan IPS memang berbeda. Walaupun karakter anak IPS cenderung lebih ramai dan kurang kondusif. Namun, secara keseluruhan siswa dapat mengikuti pembejalaran dengan baik. 4. Kehadiran siswa selama penelitian selalu tidak lengkap. Dalam setiap

pertemuan ada siswa yang tidak masuk dikarenakan mengikuti kegiatan sekolah dalam rangka menyambut kemerdekaan Indonesia, tetapi ada juga yang ijin karena sakit dan lain hal.

5. Kendala yang muncul selama pembelajaran ialah kelengkapan penunjang pembelajaran seperti proyektor dan buku ajar untuk siswa. Suara bising pembangunan sekolah juga sangat mengganggu dalam proses pembelajaran.

Tabel 2. Hasil Penelitian Tujuan Pembelajaran Teks Cerita Pendek Hasil Penelitian Tujuan Pembelajaran Teks Cerita Pendek

1. Tujuan pembelajaran teks cerita pendek sesuai dengan silabus dan RPP yang sudah disipkan guru.

2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran teks cerita pendek sebelum memasuki materi pembelajan.

3. Siswa mengetahui dan memahami tujuan dari kegiatan pembelajaran teks cerita pendek.


(54)

Table 3. Hasil Penelitian Metode Pembelajaran Teks Cerita Pendek Hasil Penelitian Metode Pembelajaran Teks Cerita Pendek

1. Metode yang digunakan guru selama pembelajaran teks cerita pendek di kelas ialah diskusi dan ceramah dan pendekatan saintifik.

2. Guru menggunakan pendekatan saintifik dengan dipadukan metode ceramah.

3. Menurut guru ceramah merupakan metode yang cocok digunakan dalam pembelajaran serta lebih mendekatkan guru dengan siswa.

4. Secara keseluruhan strategi yang digunakan guru ialah ceramah, diskusi dan pendekatan saintifik.

Table 4. Hasil Penelitian Materi dan Sumber Pembelajaran Teks Cerita Pendek

Hasil Penelitian MateriPembelajaran Teks Cerita Pendek

1. Materi yang digunakan sesuai dengan buku teks yaitu menggunakan tema kewirausahaan.

2. Hakikat cerita pendek, seperti pengertian, ciri-ciri, unsur intrinsik dan ekstrinsik, dan struktur cerita pendek.

3. Guru juga menjelaskan penggunaan kata baku dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan kamus besar bahasa Indonesia.

4. Sumber pembelajaran yang digunakan kebanyakan dari buku teks. 5. Guru menghimbau siswanya untuk aktif mencari sumber belajar selain


(55)

Tabel 5. Hasil Penelitian Media Teks Cerita Pendek

Hasil Penelitian MediaPembelajaran Teks Cerita Pendek

1. Media yang digunakan selama pembelajaran adalah buku teks, KBBI, papan tulis, dan proyektor.

2. Kendala dialami kelas MIPA 4 karena proyektor belum terpasang di kelas, sehingga harus pinjam ke bagian tata usaha sekolah.

3. Selama proses pengambilan dan pemasangan proyektor, siswa tidak kondusif.

4. Guru sering menggunakan media papan tulis dalam menjelaskan materi.

Tabel 6. Hasil Penelitian Evaluasi Pembelajaran Teks Cerita Pendek Hasil Penelitian Evaluasi Pembelajaran Teks Cerita Pendek

1. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan ialah berupa tugas yang diambil dari buku teks.

2. Tugas tersebut kemudian dibahas langsung dalam proses pembelajaran, dan tidak ada nilai.

3. Evaluasi pembelajaran yang selanjutnya ialah ulangan harian.

4. Soal ulangan harian diambil dari materi yang sudah disampaikan oleh guru.

5. Hasil kerja siswa kemudian diolah sesuai dengan pedoman penilaian yang telah dibuat.

6. Secara keseluruhan evaluasi berjalan dengan lancar dan diikiuti semua siswa.

B. Pembahasan

1. Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Pendek

Hasil penelitian pelaksanaan pembelajaran teks cerita pendek yang telah dipaparkan dalam tabel di atas menyebutkan bahwa pelaksanaan pembelajaran teks


(56)

cerita pendek berjalan dengan baik. Kegiatan pembelajaran teks cerita pendek berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dicapai. Pembelajaran tersebut melibatkan program-program guru yang dicantumkan dalam RPP dan kemudian diterapkan kepada siswa di kelas. Hal ini tentu sejalan dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (via Sagala, 2014: 62) yang berpendapat bahwa pembelajaran merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Gambar 1. Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerpen

Dalam pembelajaran teks cerita pendek yang dilaksanakan, siswa dibimbing oleh Dra. Heryu Rueni, M.Pd.. Beliau adalah salah satu guru senior yang mengampu pembelajaran bahasa Indonesia. Beliau sudah lebih dari 20 tahun menjadi pengajar Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Wonosari. Selama pembelajaran teks cerita pendek di kelas, guru mampu mengelola pembelajaran dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya persiapan yang dilakukan


(57)

seperti membuat RPP serta mempersiapkan media pembelajaran. Beliau juga biasa untuk memotivasi siswa agar semangat selama mengikuti pembelajaran teks cerita pendek.

Iya, biasanya kalau siswa kurang semangat, bu guru itu bercerita tentang orang yang sukses dan itu juga membuat saya jadi semangat.

(PWS-1, poin 9 halaman 102)

Hal tersebut tentunya sejalan dengan pendapat Sanjaya (2014, 52), bahwa dalam pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga berperan sebagai pengelola pembelajaran (manager learning). Guru telah mampu mengelola kelas menjadi kondusif dan memotivasi siswa agar semangat dalam mengikti pembelajaran teks cerita pendek. Selama penelitian, ada dua kelas yang diamati. Pertama ialah kelas XI MIPA 4 yang terdiri dari 25 siswa dan kelas XI IPS 2 yang terdiri dari 32 siswa. Tetapi selama pengamatan untuk kelas XI IPS 2 data yang dikumpulkan kurang lengkap. Hal ini dikarena pada waktu pembelajaran di kelas XI IPS 2 sering bertepatan dengan kegiatan sekolah. Jadi pembelajaran kurang maksimal dan fokus penelitian dilakukan di kelas XI MIPA 4.

Selama pengamatan di kelas XI MIPA 4, siswa mengikuti pembelajaran teks cerpen dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang menanggapi dan memberi pertanyaan ketika guru menyampaikan materi pembelajaran. Meskipun siswa mengikuti pembelajaran teks cerpen dengan baik, namun ada juga beberapa siswa yang kurang memperhatikan dan membuat gaduh. Tetapi hal ini langsung disikapi guru dengan menegur siswa tersebut. Secara keseluruhan siswa dapat mengikuti pembelajaran teks cerpen dengan baik.


(58)

44

2. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran ialah kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Guru sebagai pihak yang mengetahui tentang kondisi lapangan, berikut karakteristik siswa bertugas menjabarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui proses pembelajaran.

Dalam setiap pembelajaran teks cerita pendek yang diamati, guru selalu menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, sesuai dengan KD yang tertera dalam RPP. Hal tersebut dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran teks cerita pendek. Selama pengamatan terdapat beberapa tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar (KD) yang telah dicapai setiap pembelajaran teks cerita pendek. Antara lain.

a. Tujuan Pembelajaran Pertemuan 1

Tujuan Pembelajaran Pertama

1. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar untuk memahami informasi secara lisan dan tulis.

2. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan perilaku jujur dalam menanggapi hal-hal atau kejadian.

3. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan perilaku tanggung jawab dalam menanggapi hal-hal atau kejadian.

4. Setelah mencermati, tanyajawab, dan berdiskusi, siswa dapat menunjukkan perilaku santun dalam menanggapi hal-hal atau kejadian.

5. Setelah mencermati, tanya jawab, dan berdiskusi, siswa dapat menjelaskan hakikat teks cerita pendek. 6. Setelah mencermati, tanya jawab, dan berdiskusi, siswa dapat menjelaskan ciri-ciri tek cerita pendek. 7. Setelah mencermati, tanya jawab, dan berdiskusi, dan mengerjakan LK, siswa dapat menjelaskan

struktur teks cerita pendek.

8. Setelah mencermati, tanya jawab, berdiskusi, dan mengerjakan LK, siswa dapat menjelaskan kaidah/kebahasaan teks cerita pendek.

Tujuan Pembelajaran Kedua

9. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar untuk memahami informasi secara lisan dan tulis.

10. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan perilaku jujur dalam menanggapi hal-hal atau kejadian.

11. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan perilaku tanggung jawab dalam menanggapi hal-hal atau kejadian.

12. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan perilaku santun dalam menanggapi hal-hal atau kejadian.

13. Setelah mencermati, tanya jawab, dan berdiskusi, dan berlatih, siswa dapat mengartikan kata-kata sulit pada teks cerita pendek.


(59)

Dalam pembelajaran teks cerita pendek pertemuan pertama, semua tujuan pembelajaran telah tercapai sesuai dengan RPP yang sudah dibuat. Tujuan pembelajaran sudah sesuai dengan KD 3.1 yaitu memahami struktur dan kaidah teks cerita pendek, serta KD 4.1 yaitu menginterpretasi makna teks cerita pendek. Namun, lembar kerja (LK) yang dimaksud disini ialah lembar kerja yang ada dalam buku teks yaitu menemukan kata-kata sulit pada cerita pendek “Juru Masak”. Jadi lembar kerja yang dicantumkan dalam RPP tidak digunakan.

b. Tujuan Pembelajaran Pertemuan 2

Dalam pertemuan kedua tujuan pembelajaran teks cerita pendek tidak sepenuhnya tercapai. Dalam pembelajaran pertemuan kedua, siswa disuruh untuk membandingkan dua cerita pendek yang ada di dalam buku teks, yang sesuai dengan KD 3.2. Namun untuk tujuan pembelajaran KD 4.2 yaitu memproduksi cerita pendek tidak dilakukan. Kegiatan tersebut digantikan dengan diskusi kelompok untuk mengerjakan tugas yang diambil dari buku teks halaman 17-52.

1. Setelah proses mengamati berbagai fakta, menanya konsep, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan peserta didik dapat mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa.

2. Setelah proses mengamati berbagai fakta, menanya konsep, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan peserta didik dapat menunjukkan perilaku jujur, responsif, dan imajinatif dalam menggunakan Bahasa Indonesia untuk berekspresi.

3. Setelah membaca dua teks cerpen peserta didik dapat membandingkan struktur dan kaidah teks cerpen.

4. Setelah membandingkan dua teks cerpen, peserta didik dapat memproduksi teks cerpen.


(60)

c. Tujuan Pembelajaran Pertemuan 3

Dalam pertemuan ketiga, tujuan pembelajaran sudah dicapai dengan baik. Kegiatan pembelajaran teks cerita pendek pada pertemuan ketiga ialah mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Diskusi kelompok telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Tujuan pembelajaran yang tercapai dalam pertemuan ketiga ialah peserta didik menganalisis struktur isi teks cerita pendek yang sesuai dengan KD 3.3 dan peserta didik dapat menyunting bahasa sesuai dengan: struktur kalimat, ejaan, dan tanda baca yang sesuai dengan KD 4.3. Hal tersebut diwujudkan dengan mempresentasikan hasil diskusi kelompok 1 yang membahas tugas dalam buku teks halaman 17-19 yaitu menganalisis struktur isi teks cerita pendek “Juru

Tujuan Pembelajaran Pertama

1. Peserta didik menunjukkan perilaku mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam mengolah, menalar,dan menyajikan informasi lisan dan tulis melalui cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan ulasan/reviu film/drama.

2. Peserta didik menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab dalam penggunaan bahasa Indonesia untuk menyampaikan penjelasan.

3. Peserta didik menganalisis struktur isi teks cerita pendek. 4. Peserta didik menganalisis bahasa teks cerita pendek. Tujuan Pembelajaran Kedua

1. Peserta didik menunjukkan perilaku mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam mengolah, menalar,dan menyajikan informasi lisan dan tulis melalui cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan ulasan/reviu film/drama.

2. Peserta didik menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab dalam penggunaan bahasa Indonesia untuk menyampaikan penjelasan.

3. Peserta didik dapat menyunting isi sesuai dengan struktur isi teks cerita pendek

4. Peserta didik dapat menyunting bahasa sesuai dengan: struktur kalimat, ejaan, dan tanda baca.


(61)

Masak”, kelompok 2 membahas tugas halaman 19-22 yaitu menentukan alur cerita pendek dan menemukan kosa-kata sulit yang terdapat dalam cerita pendek “Juru

Masak”, kelompok 3 membahas tugas halaman 24-28 yaitu mencari data lengkap

mengenai penulis cerita pendek “Juru Masak dan mengaitkan fakta tersebut dengan cerpen yang ditulis. Selanjutnya ialah kelompok 4 membahas tugas halaman 32-36

yaitu menganalisis struktur teks cerita pendek “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina. d. Tujuan Pembelajaran Pertemuan 4:

Dalam pertemuan keempat tujuan pembelajaran teks cerita pendek seluruhnya tercapai. Tujuan pembelajaran pada pertemuan ke empat sesuai dengan KD 3.4 mengevaluasi teks cerita pendek dan KD 4.4 mengabstraksi teks cerita pendek. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi kelompok 5 yang membahas tugas halaman 41-49 yaitu mengevaluasi isi teks cerita pendek “Perihal Orang Miskin yang Bahagia” yang ada dalam buku teks. Sementara kelompok 6 membahas

Tujuan Pembelajaran Pertama

1. Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami, menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui cerita pendek.

2. Menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab dan penggunaan Bahasa Indonesia untuk menyampaikan penjelasan.

3. Peserta didik dapat mengevaluasi teks cerpen. 4. Peserta didik dapat mengevaluasi bahasa cerpen. Tujuan Pembelajaran Kedua

1. Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami, menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui cerita pendek.

2. Menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab dan penggunaan Bahasa Indonesia untuk menyampaikan penjelasan.

3. Peserta didik dapat mengembangkan langkah-langkah membuat abstraksi. 4. Peserta didik dapat mengabstraksi cerita pendek


(62)

tugas halaman 49-52 yaitu melengkapi dialog yang sudah ada dan mengabstraksi

cerita pendek “Paing”.

Guru berharap dalam pembelajaran teks cerita pendek yang diampuh, siswa tidak hanya mendapatkan ilmu mengenai teks cerita pendek, tetapi bisa mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek yang dibaca. Nilai-nilai yang dimaksud ialah nilai moral, nilai pendidikan, nilai sosial, dll. Tujuan pembelajaran yang diharapkan guru ini tercermin dalam kegiatan siswa berupa bakti sosial yang dilakukan di masyarakat sekitar lingkungan sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat guru sebagai berikut.

Tujuannya selain ada di RPP, saya berharap anak-anak itu dapat mengambil nilai yang terkandung dalam cerpen itu, misalnya nilai moral, nilai pendidikan, sosial dll, yang bermanfaat untuk diterapkan dikehidupan nyata.

(PWG, poin 3 halaman 99)

3. Metode Pembelajaran

Kemp (via Sanjaya, 2013: 126) menjelaskan strategi dan metode termasuk komponen yang mempunyai fungsi penentu keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu setiap guru harus benar-benar memahami perannya dan memilih strategi yang tepat guna dalam menyapaikan materi pembelajaran. Termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran.

Selama kegiatan pembelajaran teks cerita pendek di kelas XI MIPA 4, guru menggunakan metode ceramah, diskusi, serta pendekatan saintifik (5M). Dalam penerapannya, guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Menurut guru


(63)

metode ceramah lebih sering dipakai karena siswa akan lebih jelas dalam menerima materi dan mendekatkan kita kepada siswa.

Metodenya yang jelas menggunakan pendekatan 5M itu, kalau saya masih suka menggunakan ceramah Mas, karena menurut saya anak-anak akan lebih paham dengan itu. (PWG, poin 8 halaman 99)

Selain itu perlengkapan LCD yang belum terpasang menjadi salah satu alasan guru. Metode ceramah digunakan guru dalam semua pertemuan. Pada pertemuan pertama guru menggunakan metode ceramah menyampaikan materi tentang hakikat cerita pendek, unsur-unsur cerita pendek, serta struktur cerita pendek sesuai dengan KD 3.1. Demikian pula pada pertemuan-pertemuan selanjutnya guru menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan kata-kata sulit dan bahasa asing dalam setiap cerita pendek yang dibahas. Berikut merupakan gambar yang menunjukkan guru sedang menyampaikan materi dengan metode ceramah.

Gambar 2. Guru Menggunakan Metode Ceramah dalam Pembelajaran Teks Cerita Pendek


(64)

Metode diskusi digunakan guru dalam membimbing siswa mengerjakan tugas kelompok, yang nantinya hasil diskusi kelompok akan dipresentasikan. Kegiatan diskusi dimulai dalam pertemua ketiga. Kegiatan diskusi diawali dengan pembagian kelompok. Dalam diskusi kelompok, terdapat enam kelompok yang masing-masing terdiri dari maksimal empat siswa. Setiap kelompok mendapatkan tugas yang diambil dari buku teks halaman 17 – 52. Tugas yang diberikan guru tersebut sudah mencakup KD 3.3 sampai dengan KD 4.4. Siswa diminta berdiskusi sampai waktu pembelajaran berakhir. Siswa juga diberi kebebasan untuk mencari sumber selain dari buku teks. Kebanyakan siswa menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai tugas yang didapat. Siswa memang diperbolehkan menggunakan HP atau Laptop untuk digunakan dalam pembelajaran, selama itu untuk kepentingan pembelajaran. Siswa juga diperbolehkan untuk berdiskusi selain di ruang kelas. Selama pengamatan, siswa melakukan diskusi di ruang tutorial, perpustakaan sekolah dan teras kelas, seperti pada gambar berikut.


(65)

Gambar 4. Guru Membimbing Siswa Dalam Diskusi Kelompok

Seperti pada gambar, selama proses berdiskusi guru terus membimbing peserta didik manakala ada kendala, kesulitan atau pertanyaan yang muncul pada waktu proses berdiskusi. Hasil diskusi nantinya akan dijadikan power point

(selanjutnya akan ditulis PPT) dan kemudian akan dipresentasikan.

Selain metode ceramah dan diskusi, metode lain yang digunakan ialah pendekatan saintifik (5M). Hal ini sesuai dengan Permendikbud nomor 59 tahun 2014. Pendekatan saintifik digunakan guru dalam setiap pertemuan. Pendekatan saintifik terdiri dari mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengomunikasi. Berikut contoh penerapannya dalam pembelajaran teks cerita pendek di kelas XI MIPA 4.

1) Mengamati. Kegiatan mengamati dilakukan guru pada pertemuan pertama yaitu membaca teks cerpen bersama dengan siswa dengan tujuan untuk mengerti isi


(66)

dari cerpen tersebut. (lihat lampiran 2 hasil obeservasi pertemuan ke-1 halaman 84-85).

2) Menanya. Kegiatan menanya selalu dilakukan guru dalam setiap pembelajaran teks cerita pendek di kelas XI MIPA 4. Setiap memulai dan mengakhiri pembelajaran guru selalu melakukan tanya jawab dengan siswa. Pada kegiatan menanya siswa bertanya jawab dengan guru mengenai materi teks cerita pendek yang dilakukan pada awal pertemuan.

3) Mengeksplorasi. Kegiatan mengeksplorasi diterapkan pada pembelajaran teks cerita pendek di kelas XI MIPA 4. Selama pengamatan, kegiatan mengeksplorasi dilakukan siswa pada pertemuan pertama dan kedua. Pada pertemuan pertama kegiatan mengeksplorasi yang dilakukan siswa ialah mencari struktur cerita pendek beserta pengertiannya. Selanjutnya pada pertemuan kedua, kegiatan mengeksplorasi yang dilakukan siswa ialah berdiskusi secara berkelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru. Siswa secara berkelompok diperbolehkan untuk mencari sumber informasi selain buku teks. Kebanyakan siswa mencari sumber informasi di internet. Hal ini dikarenakan fasilitas internet yang memadai dan setiap siswa juga mempunyai laptop atau hp yang bisa digunakan untuk mengakses internet. 4) Mengasosiasi. Kegiatan mengasosiasi dilakukan guru pada pertemuan pertama

dalam bentuk memberikan tugas individu berupa mengerjakan soal yang ada di buku ajar halaman 12-13 yaitu menentukan unsur intrinsik dalam cerpen, kemudian mencari struktur-struktur cerpen dalam buku ajar dengan mencari


(1)

198

198


(2)

199

199

LAMPIRAN 6

DOKUMENTASI


(3)

200


(4)

201


(5)

202


(6)

203