Dukungan Keluarga Pasien Kanker Payudara yang menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

menikah dan dukungan tersebut didapat dari suami dan anak mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Naufal 2011 bahwa penderita kanker payudara sangat membutuhkan dukungan dari orang yang paling dekat sebagai tempat mereka mendapatkan semangat, kasih sayang dan pengertian. Dukungan keluarga juga dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi keluarga mengingat akan biaya untuk proses pengobatan Friedman, 1998. Menurut data demografi menyatakan bahwa 46,7 pasien mempunyai penghasilan antara Rp 1.000.000 sampai Rp 1.500.000. Beberapa pasien yang kurang mampu telah mendapat bantuan dana dari pemerintah, tetapi bantuan tersebut tidak dapat membantu secara penuh karena pasien masih membutuhkan dana lagi untuk perawatan di rumah. Oleh karena itu, penghasilan yang didapat oleh keluarga sangat membantu pasien ketika menjalani pengobatan. Dukungan keluarga dapat menurunkan tingkat kecemasan, rasa takut, dan depresi karena dukungan tersebut dapat meningkatkan kesehatan mental. Dukungan keluarga merupakan salah satu strategi koping keluarga yang sangat penting untuk mengatasi masalahnya Friedman, 1998. Dalam penelitian ini menyatakan bahwa dukungan keluarga baik karena keluarga memberikan dukungan informasi, dukungan motivasi, dukungan instrumental, dan dukungan emosional kepada pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat Gotay Wilson 1998 dalam Katapodi 2002 bahwa dukungan keluarga dapat berupa dukungan informasi, dukungan motivasi, dukungan instrumental, dan dukungan emosional. Dukungan-dukungan tersebut akan sangat bermanfaat apabila diberikan pada orang yang membutuhkan dan disaat yang tepat. Salah satunya adalah pasien kanker payudara yang sedang mengidap penyakit kronis. Dukungan informasi sangat dibutuhkan pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan. Menurut Gotay Wilson 1998 dalam Katapodi 2002 bahwa keluarga berusaha mencari informasi tentang pengobatan, memberikan nasihat, dan membantu mereka dalam pemecahan masalah. Pendapat tersebut sesuai dengan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan yang menunjukkan 43,3 keluarga sering berusaha untuk mencari informasi tentang pengobatan dan pemeriksaan yang diterima pasien, 63 keluarga sering mengingatkan pasien untuk menjalani kemoterapi secara teratur, 43,3 keluarga sering membantu pasien mengambil keputusan akan pengobatan, dan 33,3 keluarga sering menjelaskan hal yang tidak dimengerti akan pengobatan kepada pasien. Wortman Dunkel-Schetter 1987 dalam Helgeson Cohen 1996 juga berpendapat bahwa dukungan informasi dapat membantu untuk memperbaiki rasa kebingungan yang muncul ketika menjalani pengobatan. Kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan juga membutuhkan dukungan motivasi. Dukungan motivasi yang diberikan keluarga menurut hasil penelitian ini yaitu 36,7 keluarga sering memberikan kesempatan kepada pasien bertemu dengan orang yang mengalami kanker payudara untuk mendapatkan nasihat dan saran, 50 keluarga sering memberikan dukungan yang dibutuhkan pasien, 63,3 keluarga memberikan pujian kepada pasien apabila menjalani kemoterapi dengan teratur dan berusaha untuk sembuh, dan 63,3 keluarga berusaha memenuhi kebutuhan yang diperlukan pasien. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Winnubast dan Sarfino dalam Atkinson 2002 bahwa dukungan motivasi keluarga merupakan bantuan yang diberikan untuk perasaan berharga, memberikan nilai positif terhadap orang tersebut di tengah keadaannya yang kurang mampu baik secara mental maupun fisik. Menurut pendapat Chandra 2009 bahwa dengan adanya pendampingan keluarga, pasien akan merasa nyaman, tenang dan lebih kuat dalam menerima keadaan fisiknya yang memberi dampak baik terhadap proses penyembuhan penyakit. Hasil penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan 50 keluarga sering mendampingi pasien ketika menjalani pengobatan dan perawatan, 63,3 keluarga sering berusaha memberikan bantuan dalam pengobatan, 33,3 keluarga bersedia membiayai selama menjalani pengobatan, dan 56,7 keluarga bersedia memenuhi kebutuhan pengobatan yang belum terpenuhi. Hal ini didukung oleh Wortman Dunkel-Schetter 1987 dalam Helgeson Cohen 1996 bahwa dukungan instrumental melibatkan penyediaan barang-barang materi, misalnya, bantuan pengobatan, transportasi, uang, atau bantuan dalam pekerjaan rumah tangga. Kebanyakan pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi sering emosi yang akan berdampak buruk terhadap psikologis Naufal, 2011. Oleh karena itu, dukungan emosional dari keluarga sangat penting bagi pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi Anggraini, 2006. Dalam penelitian ini, dukungan emosional yang dibutuhkan pasien kanker payudara yaitu 53,3 keluarga memberikan solusi untuk menghadapi masalah yang terjadi, 60 keluarga memberikan kepada pasien rasa dicintai dan dihargai, 36,7 keluarga bersedia menjadi tempat mencurahkan semua perasaan yang saya rasakan ketika menjalani kemoterapi, dan 50 keluarga memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan yang terbaik. Hasil penelitian ini di dukung oleh Anne David 2007 dalam Anggraini 2006 yang menyatakan bahwa dukungan emosional merupakan dukungan keluarga yang paling penting yang seharusnya diberikan kepada anggota keluarganya karena merupakan hal penting dalam meningkatkan semangat pasien dan memberikan ketenangan. Menurut Thomson 1996 dalam Anggraini 2006, pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi membutuhkan orang yang selalu bersedia mendengar perasaannya. Kroenke, dkk 2006 juga menyatakan bahwa dukungan emosional yang diberikan keluarga dapat membuat kelangsungan hidup mereka menjadi lebih baik karena dapat menurunkan stress.

2.2 Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil analisa data menunjukkan bahwa harga diri pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan bahwa 60 18 orang pasien kanker payudara memiliki harga diri tinggi dan 40 12 orang pasien kanker payudara memiliki harga diri sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan mayoritas memiliki harga diri tinggi karena pasien kanker payudara memiliki penilaian yang positif penerimaan terhadap dirinya. Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban responden bahwa mayoritas pasien tidak pernah menyalahkan diri sendiri ketika berbuat kesalahan 60, pasien mengerti apa yang dikatakan orang lain 60, pasien merasakan kehidupannya penting 73,3, pasien memiliki hubungan yang baik dengan orang lain 83,3, pasien merasakan bahwa dirinya cukup baik 43,3, selama menjalani kemoterapi pasien menghargai dirinya sendiri 83,3, pasien suka sesuatu yang dia katakan ataupun yang dia lakukan 66,7, pasien merasa percaya diri akan kondisinya saat ini 56,7, pasien tidak merasa marah akan kehidupan yang di jalani 43,3, dan pasien merasa dirinya masih berarti 63,3. Hasil penelitian tidak sesuai dengan beberapa pandangan para ahli menjelaskan bahwa pasien yang menderita kanker payudara terjadi banyak perubahan fisik yang mempengaruhi aktivitas pasien sehari-hari dan hal ini juga mempengaruhi keadaan psikologis pasien. Menghadapi perubahan mental akibat penyakit kanker payudara, umumnya pasien yang memiliki penerimaan diri yang rendah, harga diri yang rendah, merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan dan takut kehilangan seseorang Radleay, 1994 dalam Lubis, 2009. Adapun perilaku pasien kanker payudara yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, pesimis, gangguan berhubungan isolasi, menarik diri, dan merusak diri Keliat, 1998. Bagi banyak wanita yang mengalami kanker payudara cenderung akan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang dialaminya dan berpandangan negatif terhadap dirinya Puckett, 2007 dalam Hartati 2008.