Gambar 5.24 Pertumbuhan Penduduk Kota Tahun 2000 – 2009 Sumber: BPS Kota Padangsidimpuan
Peningkatan jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan baik untuk permukiman, kawasan hijau kota ataupun peruntukan
lainnya. Juga jumlah penduduk di suatu wilayah pada dasarnya merupakan faktor utama pembangkit kebutuhan perjalanan sehingga konsekuensinya prasarana dan
sarana transportasi yang ada perlu ditambah. Seringkali permasalahan tidak selesai hanya dengan penambahan terhadap sistem yang ada, sebab setiap pembangunan
prasarana transportasi baru biasanya memberi dampak terhadap komponen- komponen perkotaan. Kebijaksanaan kepadatan penduduk ini lebih rendah
klasifikasinya dibandingkan dengan kepadatan penduduk kota pada umumnya. Hal ini didasarkan pada luasnya lahan non terbangun dan kepadatan bangunan yang masih
tergolong rendah untuk sebagian besar wilayah kota.
5.6 Cara Perkembangan Fisik Kota Padasidimpuan
Kota Padangsidimpuan
merupakan ibukota Pemerintah Kota Padangsidimpuan dan masih merupakan ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan dengan
sendirinya menjadikan kota ini sebagai pusat pemerintahan dan juga sebagai pusat perdagangan bagi daerah hinterland-nya.
Disamping itu, kota Padangsidimpuan memiliki 1 satu Perguruan Tinggi Negeri yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam STAIN Padangsidimpuan, Sekolah
Tinggi Agama Islam Tapanuli Selatan STAITA, STAI PERTINU, Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan UMTS, Universitas Graha Nusantara UGN
Padangsidimpuan, Universitas Benteng Huraba UBENHUR, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi STIE, Sekolah Tinggi Ilmu Komputer STIKOM dan Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP Padangsidimpuan, AKPER SYUHADA, AKBID MITRA SYUHADA, AKBID MARTONDI, AKBID MATORKIS, AKPER
DARMAIS serta perguruan tinggi swasta lainnya. Dan diakibatkan jumlah penduduk yang semakin meningkat, yang akan membutuhkan tempat untuk bermukim dan
menjalankan aktivitasnya baik sosial maupun ekonomi. Kemajuan ekonomi yang semakin baik di kota Padangsidimpuan telah membuat masyarakat kota
Padangsidimpuan meningkat income perkapitannya, salah satu indikatornya ialah pertumbuhan PDRB yang semakin baik Tabel 5.5.
Tabel 5.5 PDRB Per Kapita Kota Padangsidimpuan Tahun 2004 - 2008
NO TAHU
N PDRB Per Kapita ADH
Berlaku P
PDRB Per Kapita ADH Konstan
Per Kapita ADH Konstan
Nilai Rp Pertumbuhan
Nilai Rp Pertumbuhan
[1] [2]
[3] [4]
[5] [6]
1. 2004
5.470.648 11,38
3.889.017 2,26
2. 2005
6.394.350 11,39
3.941.634 1,35
3. 2006
7.262.703 13,58
4.080.163 3,51
4. 2007
8.166.149 12,44
4.255.904 4,31
5. 2008
9.253.414 13,31
4.434.607 4,20
Sumber: BPS Kota Padangsidimpuan
Hal ini dapat diindikasikan dengan semakin meningkatnya kawasan permukiman baru dan rumah-rumah individu serta tumbuhnya tempat-tempat rekreasi
dan jajanan di Kota Padangsidimpuan seperti yang terdapat pada jalan by pass. Secara teoritis dikenal tiga cara perkembangan dasar di dalam kota sebagai istilah teknis,
yaitu perkembangan horizontal, perkembangan vertikal, dan perkembangan interstisial. Dari tiga cara perkembangan ini yang paling tepat terjadi untuk Kota
Padangsidimpuan adalah perkembangan horizontal, demikian juga yang terjadi di sepanjang Jln. Abdul Haris Nasution jalan lingkar luar. Karena masih luasnya lahan
yang tersedia dan harga lahan masih relatif murah sehingga perkembangan ini cenderung terjadi ke arah pinggiran kota dan dekat dengan jalan raya yang mengarah
ke pusat kota. Pemekaran fisik Kota Padangsidimpuan terjadi disebabkan oleh adanya
pertumbuhan penduduk, selanjutnya akan membutuhkan wadah dalam melaksanakan aktivitas serta interaksi antar penduduk dalam beraktivitas. Berdasarkan keadaan
seperti ini akibatnya dibutuhkan lahan-lahan baru untuk pemekaran fisik kota baik sebagai tempat pemukiman, tempat aktivitas dalam bekerja maupun kebutuhan
lainnya. Untuk kota Padangsidimpuan, mulai tahun 2000-2010 mekanisme
perkembangannya terjadi karena dilatarbelakangi adanya jalan maupun aksesibilitas yang baik. Hal ini ditandai dengan tumbuhnya rumah-rumah yang dibangun secara
individu yang menjadi area permukiman baru. Pada hal ini sebelumnya tidak dibangun karena keadaan lingkungan masih sepi, sedangkan lahan sudah lama
dimiliki bahkan sebagian besar sebagai tanah warisan dan lahan ini dulunya berupa lahan sawah. Ini dapat dilihat dari sebab-sebab terdapatnya kawasan perumahan pada
suatu tempat di Kota Padangsidimpuan, pengaruh utama adalah aksesibilitas dan harga lahan yang terjangkau yang menjadi incaran dari pada developer atau
perseorangan. Harga lahan di Kota Padangsidimpuan juga sangat dipengaruhi oleh
aksesibilitas dan yang dekat dengan pusat-pusat perdagangan. Bertitik tolak dari keadaan ini dan hasil wawancara di lapangan maka mekanisme perkembangan fisik
Kota Padangsidimpuan yaitu seperti terbangunnya kawasan-kawasan pemukiman baru.
Perkembangannya terjadi mengikuti jalan atau yang dekat dengan jalan utama dan tempat-tempat aksesibilitas tinggi dengan harga lahan yang murah seperti lahan
sawah tapi jauh dari pusat kota. Akibat dari ini timbul daerah perdagangan skala lokal dalam usaha melayani keperluan masyarakat di sekitarnya dan munculnya rumah-
rumah penduduk yang baru diluar dari perumahan yang dibangun oleh developer. Sedangkan pemekaran yang disebabkan oleh adanya telepon atau air minum bukan
sebab utama menjadi pilihan dan infrastruktur itu belum tersedia pada kawasan jalan lingkar ini.
Dapat disimpulkan bahwa mekanisme perkembangan fisik Kota Padangsidimpuan kearah Timur dan Selatan sejak tahun 2000 sampai pada saat ini
mulanya terjadi akibat adanya akses pembangunan jalan lingkar.
5.7 Persebaran Perkembangan Fisik Kota