Pola Konsumsi dan Kontribusi Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Harian Siswa-Siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan

(1)

(2)

(3)

Lampiran 3

Kuesioner Penelitian Karakteristik Siswa

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Kelas :

Penyakit yang diderita dalam 1 bulan terakhir : 1. Batuk

2. Demam 3. Pilek 4. Tidak ada Pekerjaan orangtua :

1. Karyawan 2. Guru 3. TNI

4. Wiraswasta Tingkat pendidikan ibu :

1. SD 2. SMP 3. SMA 4. PT

Status pekerjaan ibu : 1. Bekerja 2. Tidak bekerja


(4)

FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM Hari ke : Tanggal : Nama Anak :

Waktu Makan Nama Makanan

Bahan Makanan Bahan

Makanan

Banyaknya URT gram/kal Pagi


(5)

(6)

Lampiran 4

Master Data

No Umur jk kls

pykt pek pend

status Stts pek

Por Kons

PMT Energi (kalori) Protein (gram)

1bln orgt ibu srpn ibu I II Rumah Rumahk PMT Total Totalk Rumah Rumahk PMT Total Totalk 1

5 2 2 2 1 3 1 2 1 1 1008 4 240 1248 3 32 2 6 38 1

2 5 2 2 3 4 4 1 2 1 2 1342 2 205 1547 2 49 1 5 54 1

3

5 2 2 4 4 3 1 2 2 1 1002 4 215 1217 3 21 4 5 26 3

4

5 1 2 4 4 4 1 1 1 1 1159 3 240 1399 2 34 2 6 40 1

5

5 1 2 1 1 2 1 2 1 1 911 4 240 1151 3 21 4 6 27 3

6

4 1 2 4 4 3 2 2 1 1 634 4 240 874 4 17 4 6 23 4

7

5 2 2 2 2 4 1 1 2 3 1396 2 146 1542 2 35 1 4 39 1

8

5 2 2 4 4 1 2 2 1 1 689 4 240 929 4 20 4 6 26 3

9

5 1 2 4 3 3 1 2 1 1 1001 4 240 1241 3 33 2 6 39 1

10

5 1 2 4 4 3 2 2 1 1 821 4 240 1061 4 25 3 6 31 2

11

5 1 2 4 4 1 2 2 1 2 851 4 205 1056 4 28 2 5 33 2

12


(7)

14

5 2 2 4 4 2 1 2 1 1 1124 3 240 1364 2 24 3 6 30 2

15

5 1 2 1 4 2 1 2 3 2 932 4 155 1087 4 24 3 4 28 2

16 5 1 2 4 4 3 1 2 1 3 865 4 171 1036 4 23 4 5 28 2

17

5 1 2 4 4 2 1 2 1 1 869 4 240 1109 4 25 3 6 31 2

18

5 2 2 2 4 1 1 2 1 1 854 4 240 1094 4 33 2 6 39 1

19

4 1 2 4 4 3 1 2 2 1 973 4 215 1188 3 24 3 5 29 2

20

5 1 2 4 4 3 1 2 1 1 1176 3 240 1416 2 28 2 6 34 2

21

5 1 2 4 4 3 1 2 1 1 1038 4 240 1278 3 21 4 6 27 3

22

5 1 2 4 4 1 1 2 1 3 1049 4 171 1220 3 28 2 5 33 2

23

5 1 2 4 4 2 1 2 3 1 847 4 190 1037 4 21 4 4 25 3

24

4 2 1 4 4 2 1 2 1 2 1418 2 205 1623 1 30 2 5 35 1

25

4 2 1 4 4 2 1 2 2 1 955 4 215 1170 3 24 3 5 29 2

26

4 2 1 4 1 3 1 2 1 1 1191 3 240 1431 2 23 4 6 29 2

27

4 2 1 4 4 2 1 2 1 2 944 4 205 1149 3 24 3 5 29 2

28


(8)

29

5 1 1 1 1 2 1 2 1 1 841 4 240 1081 4 24 3 6 30 2

30

4 1 1 4 4 2 1 2 1 2 1029 4 205 1234 3 31 2 5 36 1

31


(9)

Lampiran 5

OUTPUT PENGOLAHAN DATA

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4 9 29,0 29,0 29,0

5 22 71,0 71,0 100,0

Total 31 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Perempuan 18 58,1 58,1 58,1

Laki-laki 13 41,9 41,9 100,0

Total 31 100,0 100,0

kelas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Kelas A 8 25,8 25,8 25,8

Kelas B 23 74,2 74,2 100,0

Total 31 100,0 100,0

penyakit yang diderita dalam 1 bulan terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batuk 3 9,7 9,7 9,7

demam 3 9,7 9,7 19,4

Pilek 1 3,2 3,2 22,6

tidak pernah 24 77,4 77,4 100,0


(10)

2

pekerjaan orangtua

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Karyawan 5 16,1 16,1 16,1

Guru 1 3,2 3,2 19,4

TNI 1 3,2 3,2 22,6

Wiraswasta 24 77,4 77,4 100,0 Total 31 100,0 100,0

pendidikan ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 4 12,9 12,9 12,9

SMP 13 41,9 41,9 54,8

SMA 11 35,5 35,5 90,3

Perguruan Tinggi 3 9,7 9,7 100,0 Total 31 100,0 100,0

status pekerjaan ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid bekerja 2 6,5 6,5 6,5

tidak bekerja 29 93,5 93,5 100,0 Total 31 100,0 100,0

porsi PMT hari I (nasi sop)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1 porsi 25 80,6 80,6 80,6

3/4 porsi 4 12,9 12,9 93,5 1/2 porsi 2 6,5 6,5 100,0


(11)

porsi PMT hari II (nasi goreng)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1 porsi 21 67,7 67,7 67,7

3/4 porsi 7 22,6 22,6 90,3 1/2 porsi 3 9,7 9,7 100,0

Total 31 100,0 100,0

klasifikasi tingkat kecukupan energi dirumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sedang 3 9,7 9,7 9,7

kurang 4 12,9 12,9 22,6

Defisit 24 77,4 77,4 100,0

Total 31 100,0 100,0

klasifikasi tingkat kecukupan protein konsumsi dirumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 3 9,7 9,7 9,7

sedang 9 29,0 29,0 38,7

kurang 10 32,3 32,3 71,0

defisit 9 29,0 29,0 100,0

Total 31 100,0 100,0

klasifikasi tingkat kecukupan energi total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 1 3,2 3,2 3,2

sedang 7 22,6 22,6 25,8

kurang 11 35,5 35,5 61,3

kurang 12 38,7 38,7 100,0


(12)

4

klasifikasi tingkat kecukupan protein harian

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 9 29,0 29,0 29,0

sedang 15 48,4 48,4 77,4

kurang 6 19,4 19,4 96,8

defisit 1 3,2 3,2 100,0


(13)

Lampiran 6


(14)

(15)

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Merryana dan Bambang Wijatmadi. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Aritonang, Evawany, Emi Inayah Sari Siregar and Ernawati Nasution. 2016. The

Relationship of Food Consumption and Nutritional Status on

Employee of Health Polytechnic Directorate Health Ministry Medan. International Journal on Advance Science Engineering Information Technology, 6 (7): 104-106.

Budianto, H. A. K. 2009. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press.

Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan R.I.

Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2011.Pedoman Keamanan Pangan di Sekolah. Jakarta: Kemenkes R.I.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 2013. Indonesia Bebas Stunting. Jakarta: Kemenkes R.I.

Hidayat, A.A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung:

Yrama Widya.

Judiono, dkk, 2003. Gizi Anak Sekolah. Bina Dinnakes, Edisi Nomor 44 April, Jakarta.

Karyantina, Merkuria. 2007. Industri Jasa Boga. Surakarta: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Slamet Riyadi.

Kementerian Kesehatan RI, 2010. Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan.

Kementerian Kesehatan RI, 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan.

Kementerian Kesehatan RI, 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.


(17)

Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, 2011, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 18 tentang Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah. Jakarta: Kementerian Dalam Negeri.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Peraturan Kesehatan Nomor : 75 tentang Angka Kecukupan Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Moehji, Sjmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Bharata.

Mushoffa, A. 2009. Panduan Ummahat Merawat dan Mendidik Sang Balita. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ramayulis, Rita. 2008. Menu dan Resep Makanan Balita. Jakarta: Penerbit Plus. Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia. Siregar, Arifin. 2004. Peran Fakultas Kesehatan Masyarakat Dalam Program

Pemberian Makanan Tambahan Kepada Anak Sekolah (PMT-AS). USU Digital Library

Siswanto, H. 2010. Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Rihan.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana.

Supriasa, I D.N, dkk. 2008. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Tanziha, Ikeu, Gita Prasojo, Irawati Rahmawati, Maharani, dan Dwi Rusmawati. 2013. Pengaruh Pemberian Kudapan Terhadap Status Gizi dan Status Anemi Siwa SDN Pasanggrahan 2 Purwakarta. Ekologia, 1(13) : 24-32. Uripi, V. 2004. Menu Sehat untuk Balita. Jakarta: Puspa Swara.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional) yaitu peneliti mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat dengan melihat kecukupan energi dan protein serta kontribusi makanan tambahan terhadap tingkat kecukupan asupan energi dan protein harian siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan terletak di Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan yang tepatnya di daerah Afdeling I PTPN IV Kebun Pulu Raja.

Alasan pemilihan lokasi karena TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja yang sudah lebih dari 20 tahun menyelenggarakan makanan tambahanan dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Selain itu berdasarkan hasil survei pendahuluan konsumsi energi dan protein siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja masih kurang memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Rata-rata siswa berasal dari keluarga menengah kebawah, hal ini dapat mempengaruhi tingkat kecukupan energi dan protein siswa-siswi tersebut.


(19)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Februari sampai September 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan sebanyak 34 siswa.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi TK Tunas Buana yang hadir pada saat pemberian makanan tambahan dan bersedia menjadi sampel penelitian yaitu sebanyak 31 siswa. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.

Responden penelitian ini adalah orangtua dari siswa-siswi TK Tunas Buana yang akan diwawancarai mengenai konsumsi makanan siswa-siswi tersebut.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Pengumpulan Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari orangtua siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja dengan menggunakan food recall 24 jam. Sedangkan untuk mengetahui jumlah energi dan protein yang dikonsumsi dihitung dengan menggunakan DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan).


(20)

33

3.4.2 Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan, yaitu data siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan dan gambaran umum TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

1. Anak TK adalah siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan yang hadir saat pelaksanaan penyediaan makanan tambahan.

2. Makanan tambahan adalah makanan dalam bentuk jajanan/kudapan atau makanan lengkap dalam porsi kecil yang disediakan pihak sekolah.

3. Konsumsi energi di rumah adalah rata-rata jumlah energi dari konsumsi makanan yang tersedia di rumah.

4. Konsumsi protein di rumah adalah rata-rata jumlah protein dari konsumsi makanan yang tersedia di rumah.

5. Konsumsi energi dari makanan tambahan adalah rata-rata jumlah energi dari makanan tambahan yang dikonsumsi oleh anak prasekolah.

6. Konsumsi protein dari makanan tambahan adalah rata-rata jumlah protein dari makanan tambahan yang dikonsumsi oleh anak prasekolah.

7. Konsumsi total energi harian adalah jumlah rata-rata konsumsi di rumah dengan jumlah rata-rata konsumsi energi dari makanan tambahan.


(21)

8. Konsumsi total protein harian adalah jumlah rata-rata konsumsi di rumah dengan jumlah rata-rata konsumsi protein dari makanan tambahan.

9. Kontribusi energi dari makanan tambahan adalah sumbangan energi yang diperoleh dari konsumsi makanan tambahan dibandingkan dengan konsumsi energi total harian siswa.

10.Kontribusi protein dari makanan tambahan adalah sumbangan protein yang diperoleh dari konsumsi makanan tambahan dibandingkan dengan konsumsi protein total harian per siswa.

11.Tingkat kecukupan energi dan protein adalah jumlah konsumsi makanan yang mengandung energi dan protein dalam sehari yang dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan.

3.6 Metode Pengukuran

Untuk mengukur seberapa besar kontribusi makanan tambahan terhadap tingkat kecukupan energi dan protein harian diukur dengan menggunakan food recall 24 jam. Data yang diukur berupa asupan energi dan protein yang dikonsumsi pada hari diberikan makanan tambahan.

Data asupan energi dan protein diperoleh melalui wawancara kepada orang tua/wali siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan dengan menggunakan formulir food recall 24 jam yang dihitung dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

Untuk mengukur konsumsi energi menggunakan rumus : Tingkat konsumsi energi =


(22)

35

Untuk mengukur konsumsi protein menggunakan rumus : Tingkat konsumsi protein =

Dimana:

AKG energi anak prasekolah = 1600 kkal AKG protein anak prasekolah = 35 gram

Setelah tingkat kecukupan diperoleh dalam bentuk persen, selanjutnya presentase tersebut diklasifikasikan menjadi empat dengan cut of points masing-masing sebagai berikut :

a. Baik : ≥100% AKG b. Sedang : 80-99% AKG c. Kurang : 70-80% AKG d. Defisit : <70% AKG

Sedangkan untuk menghitung kontribusi makanan tambahan di sekolah terhadap tingkat konsumsi anak dihitung sebagai berikut:

Kontribusi =

3.7 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing, program yang dilakukan dalam editing adalah pengecekan data dari

sisi kelengkapan dan kejelasan data.

b. Koding, merupakan pengubahan bentuk data dari huruf menjadi bentuk angka dengan maksud untuk mempermudah analisis dan megentry data.


(23)

c. Entry Data, setelah pengecekan dan pengkodean data selesai, langkah selanjutnya adalah mengentry data ke program statistik komputer yang digunakan.

d. Cleaning, pembersihan data adalah pengecekan kembali data yang sudah dientry, apakah terdapat kesalahan dalam entry, koding atau kesalahan membaca kode, dengan demikian diharapkan data tersebut benar-benar siap untuk dianalisis.

3.8Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dengan melihat angka presentase pada setiap tabel. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan program komputer. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan dalam pembahasan.


(24)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan terletak di Jalan PTPN IV Pulu Raja, berada di wilayah kerja perkebunan Pulu Raja tepatnya di Afdeling I. TK Tunas Buana sudah berdiri sejak tahun 1980 dengan fasilitas tempat belajar dan bermain. Kelas untuk proses belajar mengajar dibagi menjadi 2, yaitu kelas A dan kelas B dan tersedia lapangan bermain di luar ruang kelas. Setiap bulannya siswa-siswi membayar uang sekolah sebesar 20.000.

Jumlah guru yang bekerja di TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja adalah 2 orang dengan pendidikan terakhir SMP dan jumlah seluruh siswa di TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja adalah 34 siswa dengan perincian sebagai berikut:

1. Kelas A : 11 siswa 2. Kelas B : 23 siswa

4.2 Karakteristik Responden

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan pada siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan, maka diperoleh data sebagai berikut: 4.2.1 Umur

Distribusi sampel berdasarkan umur siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja yang hadir pada saat pemberian makanan tambahan disajikan pada tabel 4.1 berikut:


(25)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Siswa TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja

Umur n %

4 tahun 9 29

5 tahun 22 71

Jumlah 31 100

Berdasarkan hasil penelitian, umur siswa-siswi TK Tunas Buana yang terlihat pada tabel 4.1 bahwa siswa-siswi berumur 4 tahun sebanyak 9 orang (29%) dan 5 tahun sebanyak 22 orang (71%).

4.2.2 Jenis Kelamin

Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja yang hadir pada saat pemberian makanan tambahan disajikan pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Siswa TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 13 41,9

Perempuan 18 58,1

Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel 4.2, dari 31 siswa yang diteliti, sebanyak 13 orang (41,9%) laki-laki dan 18 orang (58,1%) perempuan.

4.2.3 Kelas

Distribusi sampel berdasarkan kelas A dan B siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja yang hadir pada saat pemberian makanan tambahan disajikan pada tabel 4.3 berikut:


(26)

39

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kelas Siswa TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja

Kelas n %

Kelas A 8 25,8

Kelas B 23 74,2

Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel 4.3, dari 31 siswa yang diteliti, sebanyak 8 orang (25,8%) dari kelas A dan 23 orang (74,2 %) dari kelas B.

4.2.4 Penyakit yang Diderita dalam Satu Bulan Terakhir

Distribusi sampel yaitu siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja yang hadir pada saat pemberian makanan tambahan berdasarkan penyakit yang diderita dalam satu bulan terakhir dari hasil wawancara pada orangtua siswa-siswi disajikan pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Penyakit yang Diderita dalam Satu Bulan Terakhir

Jenis Penyakit n %

Batuk 3 9,7

Demam 3 9,7

Pilek 1 3,2

Tidak Ada 24 77,4

Jumlah 31 100

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa umumnya siswa-siswi TK Tunas Buana tidak ada yang mengalami penyakit dalam satu bulan terakhir sebanyak 24 siswa (77,4%), yang mengalami batuk ada 3 siswa (9,7%), yang mengalami demam 3 siswa (9,7%), yang mengalami pilek 1 siswa (3,2%).


(27)

4.2.5 Pekerjaan Orangtua

Distribusi sampel berdasarkan pekerjaan orangtua siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja yang hadir pada saat pemberian makanan tambahan disajikan pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Orangtua Siswa TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja

Pekerjaan Orang Tua n %

Karyawan 5 16,1

Guru 1 3,2

TNI 1 3,2

Wiraswasta 24 77,4

Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan orangtua adalah wiraswasta yaitu sebanyak 24 orang (77,4%), sedangkan yang paling sedikit adalah guru dan TNI sama sama 1 orang (3,2%).

4.2.6 Pendidikan Ibu

Distribusi sampel berdasarkan tingkat pendidikan ibu dari siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja yang hadir pada saat pemberian makanan tambahan disajikan pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Siswa TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja

Pendidikan Ibu n %

SD 4 12,9

SMP 13 41,9

SMA 11 35,5

PT 3 9,7


(28)

41

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat pendidikan ibu adalah SMP 13 orang (41,9%), sedangkan yang paling sedikit adalah Perguruan Tinggi sebanyak 3 orang (9,7%).

4.2.7 Status Pekerjaan Ibu

Distribusi sampel berdasarkan status pekerjaan ibu dari siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja yang hadir pada saat pemberian makanan tambahan disajikan pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan Ibu Siswa TK Tunas Buana

Status Pekerjaan n %

Bekerja 2 6,5

Tidak Bekerja 29 93,2

Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa umumnya ibu dari siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja tidak bekerja (ibu rumah tangga) sebanyak 29 orang (93,2%) dan hanya 2 orang ibu yang bekerja (6,5%).

4.3 Jenis dan Jumlah Porsi Konsumsi Makanan Tambahan 4.3.1 Jenis Makanan Tambahan

Jenis makanan tambahan yang umumnya diberikan oleh pihak TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja seperti, nasi goreng, mie goreng, nasi soto, nasi sop ayam, bubur kacang hijau dan beberapa jenis makanan lainnya.

Berdasarkan prasyarat Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah, makanan tambahan yang diberikan harus berkisar 200-300 kalori energi dan 5-8


(29)

gram protein. Berikut hasil penelitian tentang beberapa makanan tambahan yang diberikan di TK Tunas Buana:

Tabel 4.8 Jenis dan Jumlah Kandungan Energi dan Protein dalam Satu Porsi Makanan Tambahan

Jenis Makanan Tambahan

Kandungan Energi(kal) Kandungan Protein(gr)

Nasi sop ayam 202 6,4

Nasi goreng 278 5,5

Rata-rata 240 5,95

Dari penelitian yang dilakukan di TK Tunas Buana, rata-rata dalam satu porsi makanan tambahan yang disediakan mengandung energi sekitar 240 kalori dan protein sekitar 5,95 gram. Penyediaan makanan tambahan di TK Tunas Buana sudah memenuhi prasyarat makanan tambahan untuk anak sekolah.

Dari hasil pengamatan pada hari tanpa pemberian makanan tambahan, biasanya siswa membawa makanan jajanan dari rumah seperti wafer, keripik, kerupuk, biskuit, permen, coklat, roti, dan jenis makanan jajanan lainnya. Makanan jenis ini biasanya hanya menyumbang kalori dan sedikit protein. Rasa yang manis mendominasi makanan yang dibawa siswa-siswi dari rumah sehingga cepat membuat anak merasa kenyang dan membuat konsumsi makan anak di rumah menjadi sedikit.

4.3.2 Jumlah Porsi Konsumsi Makanan Tambahan

Jumlah porsi konsumsi makanan tambahan pada siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja diketahui dari hasil observasi pada saat penelitian dilakukan. Jumlah porsi konsumsi makanan tambahan dapat dilihat dari porsi yang dihabiskan siswa-siswi TK Tunas Buana.


(30)

43

Jika siswa-siswi TK Tunas Buana mengonsumsi makanan tambahan dalam 1 porsi untuk nasi sop ayam mengandung energi sekitar 202 kalori dan protein sekitar 6,4 gram, dalam ¾ porsi mengandung energi sekitar 152 kalori dan protein sekitar 4,8 gram dan dalam ½ porsi mengandung energi sekitar 101 kalori dan protein sekitar 3,2 gram. Sedangkan untuk kandungan gizi nasi goreng dalam 1 porsinya mengandung energi sekitar 278 kalori dan protein sekitar 5,5 gram, dalam ¾ porsi mengandung energi sekitar 208 kalori dan protein sekitar 4 gram, dalam ½ porsi mengandung energi sekitar 139 kalori dan protein sekitar 2,75 gram.

Jumlah porsi konsumsi makanan tambahan dapat diketahui pada tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Asupan Makanan Tambahan Berdasarkan Porsi Konsumsi

Jumlah Porsi Konsumsi

Jenis Makanan Tambahan

Nasi sop Nasi goreng

n % n %

1 porsi 25 80,6 21 67,7

¾ porsi 4 12,9 7 22,6

½ porsi 2 6,5 3 9,7

Total 31 100 31 100

Dari Tabel 4.9 diketahui bahwa pada saat pemberian makanan tambahan nasi sop ayam sebanyak 25 siswa (80,6%) menghabiskan 1 porsi dan paling sedikit 2 siswa (6,5%) menghabiskan ½ porsi. Untuk pemberian makanan tambahan nasi goreng, sebanyak 21 siswa (67,7%) menghabiskan 1 porsi dan paling sedikit 3 siswa (9,7%) menghabiskan ½ porsi.


(31)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada saat pemberian makanan tambahan di TK Tunas Buana, konsumsi rata-rata dari makanan tambahan adalah energi sebesar 218,89 kalori dan protein sebesar 5,44 gram.

4.4 Konsumsi Energi dan Protein serta Kontribusi Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Kecukupan Energi dan Protein

Energi dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, protein, dan lemak yang ada dalam bahan makanan. Usia prasekolah merupakan periode kritis dimana pada masa ini memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dan apabila kekurangan zat gizi akan terjadi gangguan kesehatan. Konsumsi energi dan protein responden diperoleh dari hasil food recall 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali dan kemudian dirata-ratakan hasilnya.

4.4.1 Konsumsi Energi dan Protein

Konsumsi energi dan protein dikategorikan baik jika siswa mengonsumsi energi ataupun protein sebanyak ≥ 100% dari AKG, kategori sedang jika mengonsumsi 80-99% dari AKG, kategori kurang jika mengonsumsi 70-80% dari AKG, dan kategori defisit jika mengonsumsi < 70% AKG.

Berdasarkan hasil perhitungan dari food recall terhadap konsumsi energi dan protein menggunakan DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makan) dapat dilihat pada tabel berikut:


(32)

45

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Makanan dari Konsumsi Makanan di Rumah

Kategori Energi Protein

n % n %

Baik 0 0 3 9,7

Sedang 3 9,7 9 29,0

Kurang 4 12,9 10 32,3

Defisit 24 77,4 9 29,0

Total 31 100 31 100

Dari tabel 4.10 diketahui bahwa tingkat kecukupan energi dari konsumsi makanan di rumah siswa siswi TK Tunas Buana umumnya berada pada kategori defisit yaitu 24 siswa (77,4%) dan tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori baik (0%). Untuk tingkat kecukupan protein dari konsumsi makanan di rumah umumnya berada pada kategori kurang yaitu 10 siswa (32,3%) dan 9 siswa (29%) termasuk kategori defisit.

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Harian Total

Kategori Energi Protein

n % n %

Baik 1 3,2 9 29,0

Sedang 7 22,6 15 48,4

Kurang 11 35,5 6 19,4

Defisit 12 38,7 1 3,2

Total 31 100 31 100

Dari tabel 4.11 diketahui bahwa tingkat kecukupan energi harian total (dari makanan di rumah dan makanan tambahan di sekolah) umumnya berada pada kategori defisit sebanyak 12 siswa (38,7%) dan paling sedikit pada kategori baik yaitu 1 siswa (3,2%). Untuk tingkat kecukupan protein harian total sebanyak 15 siswa (48,4%) berada pada kategori sedang dan 1 siswa (3,2%) berada pada kategori defisit.


(33)

. Berikut disajikan status sarapan siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja:

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Status Sarapan Siswa TK Tunas Buana

Status Sarapan n %

Sarapan 26 83,9

Tidak Sarapan 5 16,1

Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa umumnya siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja sarapan sebelum berangkat ke sekolah sebanyak 26 orang (83,9%) dan hanya 5 orang tidak sarapan (16,1%).

Berdasarkan hasil food recall yang dilakukan, diketahui bahwa konsumsi rata-rata dari konsumsi total sehari adalah sebesar 1208,87 kalori dan protein sebesar 32,35 gram.

4.4.2 Kontribusi Energi dan Protein dari Makanan Tambahan

Mengonsumsi makanan tambahan salah satu tujuannya adalah meningkatkan kecukupan gizi peserta didik. Dengan adanya pemberian makanan tambahan diharapkan dapat memperbaiki asupan gizi siswa terutama yang belum sarapan dari rumah. Kontribusi makanan tambahan terhadap tingkat kecukupan energi dan protein harian siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.13 Kontribusi Energi dan Protein dari Makanan Tambahan Terhadap Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Harian Jenis Rata-rata

Konsumsi dari PMT

Rata-rata Konsumsi Total

Sehari

Kontribusi (%)

Energi (kal) 218,89 1208,87 18,11


(34)

47

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa rata-rata kontribusi makanan tambahan terhadap tingkat kecukupan energi harian adalah sebesar 18,11% dan kontribusi makanan tambahan terhadap tingkat kecukupan protein harian adalah sebesar 16,82%.


(35)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Pada awalnya jumlah sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja yaitu 34 siswa. Namun, pada saat penelitian dilaksanakan ada 3 siswa yang tidak hadir, sehingga sampel berkurang menjadi 31 siswa.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan orangtua siswa-siswi TK Tunas Buana adalah wiraswasta yaitu sebanyak 24 orang (77,4%). Orangtua yang bekerja sebagai wirasasta umumnya tidak memiliki pekerjaan tetap. Pekerjaan orang tua menentukan seberapa besar pendapatan yang diperoleh. Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Tingkat pendapatan ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli. Rendahnya pendapatan keluarga merupakan penyebab orang-orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Ada juga keluarga yang sebenarnya mempunyai penghasilan yang cukup tetapi gizi anaknya kurang. Hal ini mungkin disebabkan cara mengatur belanja keluarga yang kurang baik, misalnya anggaran belanja untuk makanan terlalu sedikit karena lebih banyak diperuntukkan bagi pembelian barang-barang lain karena pengaruh lingkungan atau kebiasaan.

Peranan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anaknya. Tingkat pendidikan ibu sangat menentukan dalam pemilihan makanan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh anak dan anggota keluarga lainnya. Sebagian


(36)

49

besar tingkat pendidikan ibu dari siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja adalah SMP yaitu 13 orang (41,9%), sedangkan yang paling sedikit adalah Perguruan Tinggi sebanyak 3 orang (9,7%). Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah menerima konsep hidup sehat. Latar belakang pendidikan ibu berhubungan dengan tingkat pengetahuannya, jika tingkat pengetahuan baik, maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik (Siswanto, 2010).

Berdasarkan status pekerjaan ibu, umumnya ibu dari siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja tidak bekerja (ibu rumah tangga) sebanyak 29 orang (93,2%) dan hanya 2 orang ibu yang bekerja (6,5%). Ibu yang bekerja akan memiliki ketersediaan waktu yang berbeda dengan ibu yang tidak bekerja. Ibu yang tidak bekerja relatif akan memiliki waktu yang lebih banyak untuk berinteraksi dengan anak-anaknya. Namun, Ibu yang bekerja akan memiliki penghasilan yang dapat menambah pendapatan rumah tangga. Mereka yang bekerja lebih memiliki akses terhadap pendapatan yang dapat digunakan untuk keperluan anak mereka. Para ibu akan lebih memilih membeli sesuatu seperti makanan bergizi yang dapat menunjang pemenuhan kebutuhan pangan anak mereka. Sedangkan ibu yang tidak bekerja tentu memiliki waktu yang lebih banyak yang dapat dihabiskan bersama anak. Ibu yang tidak bekerja dapat mengatur pola makan anak mereka. Namun, bila pada kasus keluarga miskin, ditambah dengan penghasilan yang hanya dari ayah, tanpa pemasukan dari ibu tentu saja kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi secara maksimal.


(37)

5.2 Pemberian Makanan Tambahan

Penyediaan makanan tambahan anak sekolah adalah kegiatan pemberian makanan kepada peserta didik dalam bentuk jajanan/kudapan atau makanan lengkap yang aman dan bermutu beserta kegiatan pendukung lainnya, dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kecukupan asupan gizi peserta didik melalui makanan tambahan. (Permendagri nomor 18, 2011)

Pada usia prasekolah kebiasaan makan anak tergantung pada kehidupan sosialnya. Kadang-kadang anak malas makan di rumah karena kondisi yang tidak disukai. Anak prasekolah kadang juga malas untuk makan karena kelelahan bermain ataupun karena sakit sehingga perlu pemantauan dari orangtua. Umumnya anak usia ini cenderung suka makan bersama dengan teman sekolahnya (Hidayat, 2005). Karena itu program pemberian makanan tambahan di TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja dirasa cukup baik untuk meningkatkan konsumsi makan anak.

Dari pengamatan pada hari tanpa pemberian makanan tambahan, biasanya siswa-siswi TK Tunas Buana membawa jajanan seperti wafer, keripik, kerupuk, biskuit, permen, coklat, roti, dan jenis makanan jajanan lainnya. Makanan jajanan biasanya hanya menyumbang kalori dan sedikit protein. Jika anak terlalu banyak mengonsumsi makanan jajanan akan membuat anak tidak selera makan, sehingga mengurangi asupan gizi yang diperlukan tubuhnya. Oleh karena itu, orangtua sebaiknya menyediakan bekal makanan bagi anaknya, terutama pada anak yang


(38)

51

tidak sarapan, memilihkan atau menyediakan makanan jajanan yang bergizi untuk dibawa anak ke sekolah.

TK Tunas Buana ini sudah melaksanakan program Penyediaan Makanan Tambahan secara mandiri dan berkelanjutan sejak sekitar 20 tahun lalu sampai dengan sekarang. Dananya berasal dari uang sekolah siswa-siswi TK Tunas Buana setiap bulannya yaitu sebesar 20.000 dan dilaksanakan satu kali seminggu yaitu setiap hari Sabtu. Jenis makanan tambahan yang umumnya disediakan oleh TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja adalah bubur kacang hijau, nasi goreng, nasi sop ayam, mie goreng dan beberapa jenis makanan lainnya dalam porsi kecil. Makanan yang diberikan sudah memenuhi kebutuhan untuk kesehatan, yaitu terdiri dari energi yang diperoleh dari nasi, mie, kentang yang mengandung karbohidrat dan protein yang diperoleh dari telur, daging, udang dan kacang-kacangan.

Pada saat penelitian dilakukan, makanan tambahan yang diberikan yaitu nasi sop ayam dan nasi goreng dalam satu porsinya sekitar 100 gram. Dari hasil penelitian diketahui bahwa nasi sop ayam mengandung sekitar 203 kalori dan sekitar 6,4 gram protein serta nasi goreng mengandung sekitar 278 kalori dan sekitar 5,5 gram protein setiap porsinya. Kandungan gizi makanan tambahan yang disediakan oleh TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja ternyata sudah memenuhi prasyarat pemberian makanan tambahan pada anak sekolah yaitu energi harus berkisar 200-300 kalori dan protein 5-8 gram.

Berdasarkan buku petunjuk teknis pelaksanaan PMT-AS yang dikutip oleh Siregar (2004) secara garis besar mekanisme pelaksanaan PMT-AS adalah


(39)

penentuan jenis, jumlah dan harga bahan makanan, pengadaan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, dan penyajian makanan. Di TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja untuk penentuan jenis, jumlah dan harga bahan makanan disesuaikan dengan anggaran belanja yang tersedia. Pengadaan bahan makanannya dilakukan dengan cara pembelian langsung ke pasar pada pagi hari tepat sebelum makanan diolah supaya bahan makanan yang akan diolah masih dalam kondisi yang segar. Dalam pengolahan bahan makanan yang dilakukan oleh guru TK Tunas Buana menggunakan peralatan masak yang biasanya digunakan untuk memasak makanannya sehari-hari. Penyajian makanan dilakukan di ruang kelas, makanan yang telah dimasak dari rumah guru TK yang berada disekitar daerah TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja dibawa ke ruang kelas dan disajikan kedalam satu porsi makanan kemudian dibagikan kepada siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja.

Jenis makanan tambahan yang disediakan TK Tunas Buana umumnya disukai oleh siswa-siswi, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa-siswi menghabiskan 1 porsi makanan tambahan yang diberikan yaitu sebanyak 25 siswa (80,6%) untuk konsumsi nasi sop ayam dan sebanyak 21 siswa (67,7%) untuk konsumsi nasi goreng. Guru-guru biasanya selalu memotivasi anak-anak untuk menghabiskan makanan yang disediakan. Anak yang tidak menghabiskan makanan yang disediakan sekolah dengan alasan tidak selera atau masih kenyang.

Makanan tambahan biasanya diberikan pada pukul 10.00 WIB atau saat pemberian makanan selingan, mengingat rata-rata siswa yang sarapan mengonsumsi sarapannya pada pukul 07.00 WIB sehingga masih diperlukan


(40)

53

tambahan makanan karena 3-4 jam setelah makan, zat tenaga yang diperoleh dari makanan akan menurun. Dengan demikian mengonsumsi makanan tambahan di sekolah dapat bermanfaat untuk mempertahankan kadar glukosa dalam darah.

5.3 Pola Konsumsi Energi dan Protein

Bahaya kekurangan gizi masih mungkin terjadi pada masa prasekolah, maka harus diperhatikan kualitas maupun kuantitas makanan yang dimakan. Pada masa ini sebagian besar energi digunakan untuk beraktivitas. Anak usia prasekolah mempunyai kapasitas lambung lebih kecil dan nafsu makan yang bervariasi. Sebaiknya anak diberi makan dengan porsi kecil dan sering. Sebaiknya anak diberi makan 4-5 kali per hari, tiga kali makanan utama dan dua kali makanan selingan. Pemilihan makanan harus yang bergizi dan bervariasi.

Berdasarkan hasil food recall yang diperoleh, ada beberapa siswa yang hanya mengonsumsi makanan utama hanya dua kali sehari. Ada siswa yang tidak sarapan sebanyak 16,1% (5 siswa) dengan alasan tidak terbiasa. Orangtua seharusnya menanamkan kebiasaan yang baik pada anaknya yang dimulai dari usia dini karena sarapan sangat berpengaruh terhadap tingkat konsentrasi belajar. Sebaiknya jika anak tidak sarapan dirumah, orangtua menyiapkan bekal untuk dibawa anak ke sekolah. Selain tidak sarapan, frekuensi makan siswa kurang karena ada siswa yang tidak mau makan malam karena merasa sudah kenyang dengan konsumsi makanan jajanan yang dikonsumsinya pada sore hari.

Anak usia prasekolah masih ada yang tergolong balita atau berumur 4 tahun sebanyak 9 orang (29%). Dimana pada usia ini tubuh memerlukan zat gizi


(41)

yang sangat tinggi, sehingga apabila kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi maka tubuh akan menggunakan cadangan zat gizi yang ada dalam tubuh, yang akibatnya semakin lama cadangan zat gizi semakin habis dan akan menyebabkan terjadi kekurangan yang akan menimbulkan perubahan pada gejala klinis misalnya anak menderita kurang energi protein (Adriani,2012). Pada masa ini juga anak mulai suka jajan sembarangan. Jika dibiarkan, jajanan tidak sehat yang dipilih anak dapat mengurangi asupan gizi yang diperlukan tubuhnya, sehingga anak mengalami kurang gizi. Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis, kesehatan dan sosial anak. Oleh karena itu, keadaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak.

Dari hasil penelitian, dalam satu bulan terakhir ada 3 siswa (9,7%) yang mengalami batuk, 3 siswa (9,7%) yang mengalami demam, 1 siswa (3,2%) yang mengalami pilek. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang penyakit akibatnya dapat menderita gangguan gizi. Sebaliknya anak yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah, sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah terkena gizi kurang (Soekirman, 2000). Sehingga disini terlihat interaksi antara konsumsi makanan yang kurang dan infeksi penyakit merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.


(42)

55

5.3.1 Konsumsi Energi

Hasil penelitian dengan food recall 24 jam menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi responden dari konsumsi makanan di rumah umumnya berada dalam kategori defisit (dibawah 70% angka kecukupan gizi) yaitu sebanyak 24 siswa (77,4%). Untuk tingkat konsumsi energi total (konsumsi makanan yang mengandung energi di rumah ditambah dengan kandungan energi dari makanan tambahan) umumnya berada dalam kategori defisit sebanyak 12 siswa (38,7%) dan dengan kategori kurang sebanyak 11 siswa (35,5%).

Keadaan tersebut diasumsikan terjadi karena sebagian besar siswa-siswi fekuensi makannya tidak teratur seperti ada siswa yang jarang sarapan, porsi makan yang lebih sedikit, anak sulit makan, terlalu banyak jajan sehingga berpengaruh tehadap nafsu makan anak, kemungkinan juga kurangnya perhatian dari keluarga, baru sembuh dari penyakit, ataupun karena faktor ekonomi keluarga yang mempengaruhi ketersediaan makanan di rumah.

Rata-rata jumlah energi yang diperoleh dari konsumsi di rumah sebesar 989,98 kalori dan rata-rata jumlah energi yang diperoleh dari makanan tambahan yang disediakan sekolah sebesar 218,89 kalori. Dari jumlah ini diketahui bahwa rata-rata jumlah energi yang diperoleh dari konsumsi makanan di rumah dan di sekolah sebesar 1.208,87 kalori. Angka ini masih kurang jika dibandingkan dengan angka kecukupan energi yang dianjurkan yaitu sebesar 1.600 kalori. Agar tercapai angka kecukupan, dianjurkan kepada para siswa untuk mengonsumsi energi tambahan sebesar 391,13 kalori, yang bisa didapatkan dengan meningkatkan frekuensi makan siswa maupun pemberian snack yang bergizi.


(43)

Keadaan gizi sangat erat kaitannya dengan konsumsi makanan seseorang. Tingkat konsumsi energi anak rendah karena ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kecukupan energi yang dibutuhkan oleh tubuhnya. Apabila hal ini terus berlanjut maka akan terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan, apabila energi yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan tubuh maka protein yang seharusnya berfungsi untuk pertumbuhan dipergunakan sebagai pengganti energi sehingga memungkinkan terjadinya gangguan pertumbuhan. Ketidakseimbangan energi yang masuk dan yang dikeluarkan tubuh secara fisik dapat berakibat pada badan yang lemah, lesu, dan tidak bergairah yang akhirnya dapat menurunkan kualitas sumberdaya manusia.

5.3.2 Konsumsi Protein

Hasil penelitian menggunakan food recall 24 jam menunjukkan bahwa tingkat konsumsi protein siswa-siswi dari konsumsi makanan di rumah umumnya berada dalam kategori kurang ( 70%-80% dari angka kecukupan gizi) yaitu sebanyak 10 siswa (32,3%). Untuk tingkat konsumsi protein total (konsumsi makanan yang mengandung protein di rumah ditambah dengan kandungan protein dari makanan tambahan) umumnya berada dalam kategori sedang (80%-90% dari angka kecukupan gizi) yaitu sebanyak 15 siswa (48,4%). Ada yang berada dalam kategori kurang (19,4%) dan defisit (3,2%). Ada juga yang tingkat kecukupan proteinnya baik yaitu sebanyak 9 siswa (29%).

Rata-rata jumlah protein yang diperoleh dari konsumsi di rumah sebesar 26,91 gram dan rata-rata jumlah protein yang diperoleh dari makanan tambahan yang disediakan sekolah sebesar 5,44 gram. Dari jumlah ini diketahui bahwa


(44)

rata-57

rata jumlah protein yang diperoleh dari konsumsi makanan di rumah dan di sekolah sebesar 32,35 gram. Angka ini masih dibawah angka kecukupan protein yang dianjurkan yaitu sebesar 35 gram dn masih belum dalam kategori baik.

Secara umum konsumsi protein siswa TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja cukup baik namun masih dibawah angka kecukupan protein yang dianjurkan. Sumber protein yang dikonsumsi siswa-siswi TK Tunas Buana biasanya bersumber dari ikan, telur, daging, tahu, tempe dan makanan lain yang juga turut menyumbang protein yang diperlukan oleh anak.

5.4 Kontribusi Energi dan Protein dari Makanan Tambahan Terhadap Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Harian

Setelah jumlah makanan yang dikonsumsi di rumah dan dari makanan tambahan yang disediakan pihak sekolah diketahui, maka selanjutnya dapat diketahui kontribusi zat gizi (energi dan protein) dari makanan tambahan terhadap tingkat kecukupan energi dan protein harian siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi yang besumber dari makanan tambahan adalah sebesar 218,89 kalori dan berkontribusi sebanyak 18,11% dari rata-rata total konsumsi energi harian (1208,87 kalori). Untuk konsumsi protein yang bersumber dari makanan tambahan sebesar 5,44 dan berkontribusi sebanyak 16,82% dari rata-rata total konsumsi protein harian (32,35).

Jika dibandingkan dengan penelitian Ikeu Tanziha dkk yang berjudul Pengaruh Pemberian Kudapan Terhadap Status Gizi dan Status Anemi Siswa


(45)

SDN Pasanggrahan 2 Purwakarta dimana hasilnya adalah kontribusi energi dari kudapan sebesar 17,9% dan kontribusi protein dari kudapan sebesar 23,6%. Meskipun hasil penelitian ini untuk kontribusi protein dari makanan tambahan masih dibawah penelitian tersebut, namun untuk kontribusi energi lebih tinggi. Jika dilihat dari besar kontribusi energi dan protein dari makanan tambahan yang disediakan TK Tunas Buana maka dapat dinilai makanan tambahan sudah cukup baik dalam berkontribusi terhadap tingkat kecukupan energi dan protein harian.

Berdasarkan hasil diatas, makanan tambahan sudah cukup memberikan kontribusi energi dan protein bagi anak. Maka hal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan konsumsi makanan utama di rumah sehingga kebutuhan energi dan protein anak dapat terpenuhi.


(46)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat kecukupan energi dari konsumsi makanan di rumah siswa-siswi TK Tunas Buana umumnya berada pada kategori defisit (dibawah 70% AKG yang dianjurkan) yaitu 77,4% siswa.

2. Tingkat kecukupan protein dari konsumsi makanan di rumah umumnya berada pada kategori kurang yaitu 32,3% siswa dan 29% siswa termasuk kategori defisit.

3. Tingkat kecukupan energi harian total (dari makanan di rumah dan makanan tambahan di sekolah) umumnya berada pada kategori kurang sebanyak 38,7% siswa sama dengan kategori defisit sebanyak 35,5%.

4. Tingkat kecukupan protein harian total masih ada yang termasuk kategori defisit yaitu 19,4% dan pada kategori kurang 3,2%.

5. Kontribusi makanan tambahan terhadap tingkat kecukupan energi harian adalah sebesar 18,11% dari konsumsi energi sehari.

6. Kontribusi makanan tambahan terhadap tingkat kecukupan protein harian adalah sebesar 16,82%.dari konsumsi energi sehari.

6.2Saran

1. Untuk pihak sekolah sebaiknya jika memungkinkan program pemberian makanan tambahan ini jangan hanya sekali seminggu diadakan, akan lebih


(47)

baik jika lebih sering dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu sesuai dengan pedoman Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS). 2. Pihak sekolah dapat menyarankan kepada orangtua, supaya pada hari lain

(tanpa pemberian makanan tambahan) membawakan bekal untuk anak atau memilihkan makanan jajanan (selingan) yang bergizi.

3. Orangtua sebaiknya lebih memperhatikan asupan makan anak sehari-hari terutama dari segi kuantitasnya.


(48)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Penyediaaan Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS)

Makanan institusi (institutional food service) adalah bentuk penyelenggaraan makanan yang tempat memasak berada disekitar tempat manyajikan makanannya. Penyelenggaraan makanan ini biasanya bersifat nonkomersial. Karena penyelenggaraan makanannya berada disuatu institusi seperti asrama, panti asuhan, rumah sakit, sekolah, lembaga pemasyarakatan maka disebut penyelenggaraan makanan institusi (Moehyi, 1992).

Berdasarkan Permendagri nomor 18 tahun 2011 Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah adalah kegiatan pemberian makanan kepada peserta didik dalam bentuk jajanan/kudapan atau makanan lengkap yang aman dan bermutu beserta kegiatan pendukung lainnya, dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kecukupan asupan gizi peserta didik melalui makanan tambahan dan meningkatkan ketahanan fisik dan kehadiran peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar.

Pemberian makanan tambahan dimaksudkan sebagai tambahan bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari. Makanan tambahan harus memenuhi persyaratan yaitu, beragam, bergizi seimbang, aman dan mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Pemberian makanan tambahan ini juga akan menjadi sarana penyuluhan untuk mengembangkan kemampuan ibu untuk menyediakan makanan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan balitanya.


(49)

2.1.1 Mekanisme Pelaksanaan PMT AS

Berdasarkan buku petunjuk teknis pelaksanaan PMT-AS yang dikutip oleh Siregar (2004) secara garis besar mekanisme pelaksanaan PMT-AS adalah penentuan jenis, jumlah dan harga bahan makanan, pengadaan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, dan penyajian makanan.

2.1.1.1 Penentuan Jenis, Jumlah, dan Harga Makanan

Menurut Departemen Kesehatan RI seperti yang dikutip oleh Judiono (2003), bahwa pemberian makanan tambahan dapat berupa makanan selingan atau makanan lengkap dalam porsi kecil. Prasyarat pemberian makanan tambahan pada anak usia prasekolah nilai gizi harus berkisar 200-300 klori dan protein 5-8 gram. Harga bahan makanan dapat disesuaikan dengan anggaran belanja yang tersedia namun tetap mengutamakan kesegaran bahan makanan yang akan dibeli. Makanan dipersiapkan dan dimasak dengan aman sesuai syarat kebersihan dan kesehatan.

2.1.1.2 Pengadaan Bahan Makanan

Bahan pangan mentah (bahan baku) dapat menjadi rusak dan busuk karena beberapa penyebab, tetapi yang paling utama adalah kerusakan atau kebusukan karena mikroba. Mutu dan keamanan suatu produk pangan sangat tergantung pada mutu dan keamanan bahan bakunya. Oleh karena itu, untuk dapat menghasilkan produk pangan yang bermutu dan aman dikonsumsi, bahan baku harus dipilih terlebih dahulu. Sebaiknya pilih pangan segar dengan kondisi fisik yang baik juga


(50)

11

bahan makanan yang belum melewati tanggal kadaluarsa (Dirjen Bina Gizi dan KIA, 2011)

Pengadaan bahan makanan dengan pembelian merupakan serangkaian kegiatan penyediaan macam, jumlah, spesifikasi bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan konsumen sesuai ketentuan yang berlaku. Sistem pembelian bahan makanan biasanya sering dilakukan antara lain :

1. Pembelian langsung ke pasar (The Open Market of Buying) 2. Pembelian dengan musyawarah (The Negotiated of Buying) 3. Pembelian yang akan datang (Future Contract)

4. Pembelian tanpa tanda tangan (Unsigned Contract/Auction)

5. Pembelian melalui pelelangan (The Formal Competitive) (Kemenkes, 2013).

2.1.1.3 Pengolahan Bahan Makanan

Pengolahan atau pemasakan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah (mamasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi.

Tujuan :

1. mengurangi risiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan 2. meningkatkan nilai cerna

3. meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa keempukan dan penampilan makanan


(51)

Tata cara pengolahan pangan yang baik dan benar dapat menjaga mutu dan keamanan hasil olahan pangan. Tata cara pengolahan yang salah dapat memyebabkan kandungan gizi dalam pangan hilang secara berlebihan. Selain itu pangan juga menjadi tidak aman dikonsumsi jika dalam pengolahannya ditambahkan bahan tambahan pangan yang melampaui batas sehingga berbahaya bagi kesehatan. Peralatan pengolahan pangan juga harus diperhatikan kebersihannya, karena peralatan pengolahan pangan yang kotor dapat mencemari pangan. Sebaiknya gunakan perlatan yang mudah dibersihkan dan bersihkan permukaan meja tempat pengolahan pangan dengan benar. (Dirjen Bina Gizi dan KIA, 2011)

2.1.1.4 Penyajian Makanan

Distribusi dan penyajian makanan yang telah dimasak adalah kegiatan terakhir dalam penyelanggaraan makanan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Makanan harus didistribusikan dan disajikan kepada konsumen tepat pada waktunya, jangan terlalu awal atau terlambat,

2. Makanan yang disajikan harus sesuai jumlah atau porsi yang telah ditentukan,

3. Kondisi makanan yang disajikan harus sesuai, dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah temperatur makanan. (Karyantina, 2007)


(52)

13

1. Distribusi makanan yang dipusatkan

Umumnya disebut cara distribusi “sentralisasi”, yaitu makanan dibagi dan disajikan dalam alat makan di ruang produksi.

2. Distribusi makanan yang tidak dipusatkan

Cara ini umumnya disebut dengan sistem distribusi “desentralisasi”. Makanan dibawa ke suatu ruangan dalam jumlah banyak/besar, kemudian dipersiapkan ulang, dan disajikan dalam alat makanan konsumen.

3. Distribusi makanan kombinasi

Distribusi makanan kombiasi dilakukan dengan cara sebagian makanan ditempatkan langsung ke dalam alat makan sejak dari tempat produksi, dan sebagian lagi dimasukkan ke dalam wadah besar yang distribusinya dilaksanakan setelah sampai di ruangan yang ditentukan. (Kemenkes, 2013).

Beberapa penyajian makanan : 1. Penyajian makanan di atas meja

2. Penyajian makanan dengan cara prasmanan 3. Penyajian makanan dengan cara kafetaria 4. Penyajian makanan melalui kemasan.

2.2 Anak Prasekolah (siswa Taman Kanak-kanak)

Siswa taman kanak-kanak adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun yang termasuk dalam usia dini (early childhood), yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Pada masa ini pula merupakan masa keemasan yang perlu diperhatikan.


(53)

Anak usia dini termasuk dalam kelompok umum prasekolah. Pada usia ini pertumbuhan fisik khususnya berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg. Kelihatan kurus akan tetapi aktivitas motorik tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan. Sedangkan pertumbuhan khususnya tinggi badan anak akan bertambah rata-rata 6,75-7,5 centimeter setiap tahunnya (Hidayat, 2005).

Pada masa ini, anak sering dikenal sebagai “masa keras kepala”. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar darinya. Anak mulai suka jajan sembarangan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang tidak sehat yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan tubuhnya, sehingga anak mengalami kurang gizi. Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis , kesehatan, dan sosial anak. Oleh karena itu, keadaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian makanan pada anak (Uripi, 2004).

Dalam usia anak-anak hal sangat penting untuk mengajarkan kepada anak dalam memilih bahan makanan yang bernilai gizi, anak-anak sering meniru kebiasaan orangtua atau kakaknya. Anak akan mulai menyukai makanan yang disukai orang tuanya. Orangtua harus memberikan contoh dalam mengonsumsi bahan-bahan makanan yang dianjurkan untuk anaknya, demikian juga saat membelikan makanan jajanan harus makanan yang sehat dan aman.

Penelitian mengenai otak manusia telah menunjukkan bahwa perkembangan intelektual otak berkembang pesat menjadi 50% potensi otak dewasa pada empat tahun pertama sejak anak dilahirkan. Usia empat hingga


(54)

15

delapan tahun bertambah 30% selanjutnya hingga 18 tahun bertambah 20%. Hal ini menunjukkan bahwa stimulus otak yang dilakukan pada empat tahun pertama kehidupan seorang anak akan sangat bermanfaat bagi kehidupannya di masa depan (Mushoffa, 2009).

2.3 Asupan Gizi

Gizi merupakan ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja (Almatsier, 2009).

Tingkat konsumsi seseorang sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari suatu makanan. Kualitas makanan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh yang terdapat dalam makanan, sedangkan kuntitas makanan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh yang terdapat dalam makanan. Dari asupan makanan diperoleh zat gizi esensial yang dibutuhkan tubuh untuk memelihara pertumbuhan dan kesehatan yang baik (Budianto, 2009)

Bahaya kekurangan gizi masih mungkin terjadi pada masa prasekolah, maka harus diperhatikan kualitas maupun kuantitas makanan yang dimakan. Pada masa ini sebagian besar energi digunakan untuk beraktivitas. Anak usia prasekolah mempunyai kapasitas lambung lebih kecil dan nafsu makan yang bervariasi. Sebaiknya anak diberi makan dengan porsi kecil dan sering. Sebaiknya anak diberi makan 4-5 kali per hari. Pemilihan makanan harus yang bergizi dan bervariasi.


(55)

Zat gizi dibedakan menjadi zat gizi makro (makronutrien) dan zat gizi mikro (mikronutrien). Makronutrien adalah zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang besar sedangkan zat gizi mikro hanya diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Selain itu adalah air yang menjadi komponen esensial tubuh karena asupan cairan yang cukup merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup. Zat gizi makro mencakup karbohidrat, lemak, dan protein. Sedangkan zat gizi mikro mencakup vitamin dan mineral.

a. Karbohidrat

Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh. Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi peduduk di seluruh dunia, karena banyak teraat di alam dan harganya relatif murah. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kkalori. Karbohidrat di alam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian lagi diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak (Almatsier, 2009)

Fungsi lain karbohidrat adalah sebagai penghemat protein. Apabila asupan karboidrat tidak mencukupi, maka protein digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi. Sebaliknya, apabila konsumsi karbohidrat cukup, protein akan digunakan sebagai zat pembangun (Yusniastuti, 2008)

b. Lemak

Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Lemak dan minyak merupakan sumer energi yang lebih


(56)

17

efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Dalam satu gram lemak mengandung 9 kalori. Fungsi lemak dalam tubuh sebagai pembangun atau pembentuk susunan tubuh, pelindung kehilangan panas tubuh, dan sebagai pelarut vitamin A, D, E, K (Budianto, 2009).

Sumber utama lemak adalah minyak tumbuhan, mentega, margarin, dan lemak hewan. Sumber lainnya berasal dari kacang-kacangan, susu, kedelai, kuning telur dan sebagainya (Almatsier, 2009). Lemak hewan ada yang berbentuk padat antara lain susu, lemak sapi, dan berbentuk cair seperti minyak ikan paus dan minyak ikan kod (Budianto, 2009)

c. Protein

Protein merupakan zak makro yang sangat penting bagi tubuh karena mengandung unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein megandung pula fosfor, belerang dan logam. Tiap gram protein mengandung energi sebanyak 4 kalori (Budianto, 2009).

Fungsi protein dalam tubuh adalah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, pengatur keseimbangan air, pemelihara netralitas tubuh, pembentuk antibodi, pengangkut zat-zat gizi dan sumber energi. Protein dapat diperoleh dari bahan makanan hewani yang merupakan sumber protein yang baik seperti telur, susu, daging, ungas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati seperti tempe, tahu dan kacang-kacangan lain (Almatsier, 2009).

d. Vitamin

Vitamin merupakan suatu molekul organik yang dibutuhkan untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin tidak dapat dibuat oleh


(57)

tubuh dalam jumlah yang sangat cukup. Oleh karena itu harus diperoleh dari asupan makanan (Budianto, 2009).

Vitamin dibagi dalam dua kelompok yaitu vitamin larut dalam lemak (A, D, E, dan K) dan vitamin larut air (B dan C). Tiap vitamin memiliki tugas spesifik dalam tubuh (Almatsier, 2009)

e. Mineral

Mineral merupakan bagian dari tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral juga berperan dalam berbagai tahap metabolisme. Mineral digolongkan atas dua yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro (natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor, magnesium dan sulfur) dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari sedangkan mineral mikro (besi, seng, iodium, selenium, dll) dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari (Almatsier, 2009).

f. Air

Air atau cairan tubuh merupakan bagian utama tubuh, yaitu 55-60% dari berat badan orang dewasa atau 70% dari bagian tubuh tanpa lemak. Di dalam tubuh air memiliki fungsi yang sangat penting seperti pelarut dan alat angkut, katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu, dan peredam benturan.

Sumber air yang nyata berupa air dan minuman lain, hampir semua makanan mengandung air. Sebagian besar buah dan sayur mengandung sampai 70-80%. Air juga dihasilkan di dalam tubuh sebagai hasil metabolisme energi. Kebutuhan air sehari dinyatakan sebagai proporsi terhadap jumlah energi yang


(58)

19

dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Untuk orang dewasa dibutuhkan sebanyak 1,0-1,5 ml/kkal, sedangkan untuk bayi 1,5 ml/kkal (Almatsier, 2009).

Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah banyaknya zat-zat minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi yang adekuat. AKG yan dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, kondisi khusus (hamil dan menyusui) dan aktivitas fisik.

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, dan Air yang Dianjurkan untuk Bayi/Anak Perhari

Kelompok Umur BB* (kg) TB* (cm) Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Serat (g) Air (ml) Bayi/anak

0-6 bulan 6 61 550 12 34 58 0

7-11 bulan 9 71 725 18 36 82 10 800

1-3 tahun 13 91 1125 26 44 155 16 1200 4-6 tahun 19 112 1600 35 62 220 22 1500 7-9 tahun 27 130 1850 49 72 254 26 1900 Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013

2.3.1 Asupan Energi dan Protein

Makanan adalah hal yang terpenting dalam kehidupan terutama untuk pertumbuhan. Tingkat kesehatan biasanya dipengaruhi oleh asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh seseorang. Apabila anak balita asupan makanannya tidak cukup maka daya tahan tubuhnya akan menurun sehingga akan mengalami kurang gizi dan mudah terserang penyakit infeksi. Selama masa pertumbuan anak balita memerlukan asupan energi dan protein yang lebih.

Energi dalam makanan terutama diperoleh dari karbohidrat, protein, dan lemak. Energi diperlukan untuk kelangsungan proses-proses di dalam tubuh


(59)

seperti proses peredaran dan sirkulasi darah, denyut jantung, pernafasan, proses fisiologi lainnya, untuk bergerak atau melakukan pekerjaan fisik. Energi dalam tubuh dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan yang cukup dengan mengonsumsi makanan yang cukup dan seimbang.

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari konsumsi karbohidrat, lemak, dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Kandungan karohidrat, lemak, dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya. (Almatsier, 2009).

Keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan negatif bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Akibatnya berat badan kurang dari berat badan seharusnya. Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan. Gejala yang ditimbulkan pada anak-anak seperti kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng, kurang bersemangat dan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.

Protein adalah bagian dari semua sel hidup yang merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun.


(60)

21

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu, tetapi hanya merupakan 18% konsumsi protein rata-rata penduduk Indonesia. Sedangkan bahan makanan nabati yang kaya protein adalah kacang-kacangan dengan kontribusinya rata-rata terhadap konsumsi protein hanya 9,9% (Almatsier, 2009).

Balita dikatakan kekurangan asupan zat gizi (energi dan protein), apabila tingkat konsumsi energi ≤70% AKG dan protein ≤80% AKG. Dimana angka kecukupan energi untuk anak usia 4-6 tahun adalah 1600 kkal dan angka kecukupan proteinnya 35 gram (Permenkes RI nomor 75, 2013).

Kekurangan energi dan protein pada masa anak-anak akan berdampak secara langsung terhadap gangguan pertumbuhan, perkembangan, dan produktivitas. Proses pertumbuhan yang terganggu tersebut akibat dari penggunaan protein tubuh sebagai sumber energi bukan sebagai sumber zat pembangun.

2.3.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Gizi

Menurut Call dan Levinson (1871) dalam Supriasa (2008), faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah gizi adalah sebagai berikut:


(61)

Gambar 2.1

Faktor Penyebab Timbulnya Masalah Gizi Sumber : Call dan Levinson (1871) dalam Supriasa (2008)

Beberapa faktor yang mempengaruhi asupan gizi : 1. Pengetahuan ibu mengenai makanan yang bergizi

Beberapa ibu masih memiliki pengetahuan yang urang tentang memilih bahan makanan yang bergizi yang akan diberikan untuk keluarganya. Umumnya bahan-bahan makanan yang dipilih hanya yang dapat mengenyangkan perut saja tanpa menilai apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan gizi keluarga dan masyarakat tidak tercukupi. Bila ibu rumah tangga memiliki pengetahuan gizi yang baik ia akan mampu untuk memilih makanan yang bergizi untuk dikonsumsi (Ramayulis, 2008).

Zat gizi dalam makanan

Ada tidaknya program pemberian makanan di

luar keluarga Daya beli keluarga

Kebiasaan makan

Pemeliharaan kesehatan Lingkungan fisik dan

sosial

Konsumsi Makanan

Kesehatan


(62)

23

2. Pendidikan ibu

Tingkat pendidikan juga mempunyai hubungan yang bermakna dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Latar belakang pendidikan ibu berhubungan dengan tingkat pengetahuannya, jika tingkat pengetahuan baik, maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik (Siswanto, 2010).

3. Pendapatan dan anggaran belanja keluarga

Rendahnya pendapatan keluarga merupakan penyebab orang-orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Ada juga keluarga yang sebenarnya mempunyai penghasilan yang cukup tetapi gizi anaknya kurang. Hal ini mungkin disebabkan cara mengatur belanja keluarga yang kurang baik, misalnya anggaran belanja untuk makanan terlalu sedikit karena lebih banyak diperuntukan bagi pembelian barang-barang lain karena pengaruh lingkungan atau kebiasaan.

2.3.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Asupan Makanan Anak

Menurut Soetjinigsih (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi asupan makanan anak antara lain:

1. Keluarga

Orangtua dan saudara yang lebih tua merupakan model bagi anak untuk meniru kebiasaan makanya, makanan yang disukai dan makanan yang tidak disukai anak sejak usia dini akan terbawa sampai dewasa dan sulit dihilangkan.


(63)

Orangtualah yang paling berperan terhadap pertumbuhan anaknya, termasuk memilihkan makanan apa yang layak untuk dikonsumsi anak.

2. Media

Media yang paling berperan dalam hal ini adalah televisi. Menurut Ratnawati (2001), kebiasaan menonton televisi akan memberikan dampak langsung pada perilaku makan seorang anak. Hal ini dikarenakan sangat intensifnya acara televisi yang menyertakan berbagai iklan makanan dan minuman yang menggiurkan. Dari hasil penelitian, anak-anak lebih sering membelikan uangnya untuk membeli makanan seperti yang diiklankan di televisi daripada menabung atau mengonsumsi makanan yang dibuat orangtuanya sendiri.

Dengan gencarnya iklan makanan yang ditayangkan di televisi dapat berpengaruh terhadap asupan makan anak-anak prasekolah karena masih belum dapat berpikir secara kritis terhadap iklan, sedangkan anak yang usianya lebih tinggi sudah menjadi lebih kritis tetapi mereka masih rawan terhadap pengaruh iklan. Sebagian besar makanan yang diiklankan mengandung tinggi gula, lemak, dan sodium.

3. Teman Sebaya

Sejalan dengan bertambah luasnya kontak sosial anak dengan lingkungannya, maka tidak dapat dihindari pengaruh teman sebaya terhadap pemilihan makanan anak. Seperti saat anak diberikan makanan yang biasanya dikonsumsi namun adanya tindakan penolakan yang tiba-tiba dan meminta makanan yang sedang populer.


(64)

25

2.3.4 Penilaian Asupan Gizi

Untuk menilai asupan gizi dapat menggunakan survei konsumsi makanan tingkat individu atau perorangan yaitu dengan metode food recall 24 jam. Prinsip dari metode food recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Responden dalam menggunakan metode food recall 24 jam untuk balita ini adalah ibu ataupun pengasuhnya yang disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu. Biasanya dimulai sejak bangun pagi kemarin sampai istirahat tidur malam harinya, atau juga dapat dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur kebelakang sampai 24 jam penuh.

Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok gelas piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari (Supariasa, 2008).

Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut:

Kelebihan metode recall 24 jam:

a. Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden.

b. Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang cukup luas untuk wawancara.


(65)

d. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.

e. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.

Kekurangan metode recall 24 jam:

a. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya dilakukan recall satu hari.

b. Ketepatannya tergantung daya ingat responden.

c. The flat slope syndrome, kecenderungan bagi responden yang kurus melaporkan konsumsinya lebih banyak dan bagi responden yang gemuk melaporkan lebih sedikit.

d. Membutuhkan tenaga atau petugas yang trampil dalam menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat-alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat.

e. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian.

f. Untuk mendapatkan gambaran konsumsi makanan sehari-hari recall jangan dilakukan pada saat panen, hari pasar, akhir pekan, saat melakukan upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain.

2.3.4 Akibat Asupan Gizi yang Tidak Tepat

Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses:


(66)

27

a. Pertumbuhan

Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah keatas rata-rata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan sosial ekonomi rendah.

b. Produksi Tenaga

Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun.

c. Pertahanan Tubuh

Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.

d. Struktur dan Fungsi Otak

Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan juga kemampuan berpikir. Otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.

e. Perilaku

Anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku tidak tenang, mudah tersinggung, cengeng, dan apatis.

Selain masalah gizi kurang ada juga masalah gizi lebih. Gizi lebih pada proses tubuh dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi


(67)

yang dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya penyakit degeneratif, seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit diabetes, jantung koroner, hati, dan kantung empedu. (Almatsier, 2009)


(68)

29

2.4Kerangka Konsep Penelitian

Pemberian makanan tambahan adalah suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan kecukupan asupan gizi peserta didik. Prasyarat pemberian makanan tambahan adalah nilai gizi harus berkisar 200-300 klori dan protein 5-8 gram.

Tingkat kecukupan asupan energi dan protein dipengaruhi oleh asupan makan seseorang. Data asupan makan diperoleh dengan menggunakan metode survei konsumsi dengan food recall 24 jam. Untuk mengetahui tingkat kecukupan energi dan protein harian pada saat pemberian makanan tambahan dapat dilihat dari seberapa besar kontribusi energi dan protein dari makanan tambahan dan kontribusi energi dan protein dari konsumsi makanan di rumah.

Untuk lebih jelas tentang kontribusi pemberian makanan tambahan terhadap tingkat kecukupan energi dan protein harian dapat dirumuskan dalam kerangka konsep penelitian berikut:


(69)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Kontribusi Pemberian Makanan Tambahan pada Anak TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan Terhadap

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Harian Konsumsi Makanan

Tambahan

1. Jenis makanan tambahan 2. Jumlah zat gizi:

 Energi  Protein

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein

Harian Konsumsi makanan

di rumah  Energi  Protein

Kontribusi Energi dan Protein dari Makanan Tambahan

Kontribusi Energi dan Protein dari Makanan di Rumah

Total Asupan Energi dan Protein


(1)

vii

12. Teman-teman Kelompok Tumbuh Bersama (Kak Mailani, Kak Lidya, Leli, Daniati, Novita, Widya dan Nopa), yang senantiasa saling mendukung dan mendoakan.

13. Teman-teman Kelompok PBL Kelompok 18 Desa Suka Sipilihen dan teman-teman LKP Puskesmas Kota Matsum yang telah memberi dukungan selama ini.

14. Semua pihak yang banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penyajian skripsi ini. Oleh karena itu, saran penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Oktober 2016


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.3.1 Tujuan Umum... 7

1.3.2 Tujuan Khusus... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah... 9

2.1.1 Mekanisme Pelaksanaan PMT-AS... 10

2.1.1.1 Penentuan Jenis, Jumlah, dan Harga Makanan... 10

2.1.1.2 Pengadaan Bahan Makanan... 10

2.1.1.3 Pengolahan Bahan Makanan ... 11

2.1.1.4 Penyajian Makanan ... 12

2.2 Anak Prasekolah (Siswa Taman Kanak-kanak) ... 13

2.3 Asupan Gizi ... 15

2.3.1 Asupan Energi Protein ... 19

2.3.2 Fakor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Gizi ... 21

2.3.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Asupan Makanan Anak ... 23

2.3.4 Penilian Asupan Gizi ... 25

2.3.5 Akibat Asupan Gizi yang Tidak Tepat ... 26

2.4 Kerangka Konsep Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 31

3.2.2 Waktu Penelitian ... 32

3.3 Populasi dan Sampel ... 32

3.3.1 Populasi ... 32

3.3.2 Sampel ... 32


(3)

ix

3.4.2 Pengumpulan Data Sekunder ... 33

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 33

3.6 Metode Pengukuran ... 34

3.7 Pengolahan Data ... 35

3.8 Metode Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

4.2 Karakteristik Responden ... 37

4.2.1 Umur ... 37

4.2.2 Jenis Kelamin ... 38

4.2.3 Kelas ... 38

4.2.4 Penyakit yang Diderita dalam Satu Bulan Terakhir ... 39

4.2.5 Pekerjaan Orangtua ... 40

4.2.6 Pendidikan Ibu ... 40

4.2.7 Status Pekerjaan Ibu ... 41

4.3 Jenis dan Jumlah Porsi Konsumsi Makanan Tambahan ... 41

4.3.1 Jenis Makanan Tambahan ... 41

4.3.2 Jumlah Porsi Konsumsi Makanan Tambahan ... 42

4.4 Konsumsi Energi dan Protein serta Kontribusi Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Kecukupan Energi dan Protein ... 43

4.4.1 Konsumsi Energi dan Protein ... 44

4.4.2 Kontribusi Energi dan Protein dari Makanan Tambahan ... 45

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 47

5.2 Pemberian Makanan Tambahan ... 49

5.2 Konsumsi Energi dan Protein ... 52

5.2.1 Konsumsi Energi ... 53

5.2.2 Konsumsi Protein ... 55

5.3 Kontribusi Energi dan Protein dari Makanan Tambahan Terhadap Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Harian ... 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 58

6.2 Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA


(4)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat,

Serat, dan Air yang Dianjurkan untuk Bayi/Anak Perhari ... 19 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Siswa TK Tunas Buana Kebun

Pulu Raja... 38 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Siswa TK Tunas Buana Kebun

Pulu Raja... 38 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kelas Siswa TK Tunas Buana Kebun

Pulu Raja... 39 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Penyakit yang Diderita dalam Satu

Bulan Terakhir ... 39 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Orangtua Siswa TK Tunas

Buana Kebun Pulu Raja ... 40 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Siswa TK Tunas Buana ...

Kebun Pulu Raja ... 40 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan Ibu Siswa TK

Tunas Buana ... 41 Tabel 4.8 Jenis dan Jumlah Kandungan Energi dan Protein dalam Satu Porsi

Makanan Tambahan ... 42 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Asupan Makanan Tambahan Berdasarkan

Porsi Konsumsi ... 43 Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi

Dan Protein Makanan dari Konsumsi Makanan di Rumah ... 44 Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi dan

Protein Harian Total ... 45 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Status Sarapan Siswa TK Tunas Buana ... 46 Tabel 4.13 Kontribusi Energi dan Protein dari Makanan Tambahan Terhadap


(5)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Faktor Penyebab Timbulnya Masalah Gizi ... 22 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Kontribusi Pemberian Makanan Tambahan

pada Anak TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Kabupaten Asahan Terhadap Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Harian ... 30


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ernanda Gaby Tania Tambun

Tempat Lahir : Tebing Tinggi

Tanggal Lahir : 20 Nopember 1994

Suku Bangsa : Batak

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Rommel Tambun

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Gonna Hutagaol

Suku Bangsa Ibu : Batak

Riwayat Pendidikan

Tahun 2004-2005

Tahun 2000-2006

Tahun 2006-2009

Tahun 2009-2012

Tahun 2012-2016

:

:

:

:

:

TK Tunas Buana PTPN IV Pulu Raja

SD Negeri 010115 Orika

SMP Negeri 1 Pulau Rakyat

SMA Negeri 2 Medan