2. Pendidikan ibu Tingkat pendidikan juga mempunyai hubungan yang bermakna dengan
tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan.
Latar belakang pendidikan ibu berhubungan dengan tingkat pengetahuannya, jika tingkat pengetahuan baik, maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya
juga baik Siswanto, 2010. 3. Pendapatan dan anggaran belanja keluarga
Rendahnya pendapatan keluarga merupakan penyebab orang-orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Ada juga keluarga
yang sebenarnya mempunyai penghasilan yang cukup tetapi gizi anaknya kurang. Hal ini mungkin disebabkan cara mengatur belanja keluarga yang
kurang baik, misalnya anggaran belanja untuk makanan terlalu sedikit karena lebih banyak diperuntukan bagi pembelian barang-barang lain karena
pengaruh lingkungan atau kebiasaan.
2.3.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Asupan Makanan Anak
Menurut Soetjinigsih 2002, faktor-faktor yang mempengaruhi asupan makanan anak antara lain:
1. Keluarga Orangtua dan saudara yang lebih tua merupakan model bagi anak untuk
meniru kebiasaan makanya, makanan yang disukai dan makanan yang tidak disukai anak sejak usia dini akan terbawa sampai dewasa dan sulit dihilangkan.
Universitas Sumatera Utara
Orangtualah yang paling berperan terhadap pertumbuhan anaknya, termasuk memilihkan makanan apa yang layak untuk dikonsumsi anak.
2. Media Media yang paling berperan dalam hal ini adalah televisi. Menurut
Ratnawati 2001, kebiasaan menonton televisi akan memberikan dampak langsung pada perilaku makan seorang anak. Hal ini dikarenakan sangat
intensifnya acara televisi yang menyertakan berbagai iklan makanan dan minuman yang menggiurkan. Dari hasil penelitian, anak-anak lebih sering membelikan
uangnya untuk membeli makanan seperti yang diiklankan di televisi daripada menabung atau mengonsumsi makanan yang dibuat orangtuanya sendiri.
Dengan gencarnya iklan makanan yang ditayangkan di televisi dapat berpengaruh terhadap asupan makan anak-anak prasekolah karena masih belum
dapat berpikir secara kritis terhadap iklan, sedangkan anak yang usianya lebih tinggi sudah menjadi lebih kritis tetapi mereka masih rawan terhadap pengaruh
iklan. Sebagian besar makanan yang diiklankan mengandung tinggi gula, lemak, dan sodium.
3. Teman Sebaya Sejalan dengan bertambah luasnya kontak sosial anak dengan
lingkungannya, maka tidak dapat dihindari pengaruh teman sebaya terhadap pemilihan makanan anak. Seperti saat anak diberikan makanan yang biasanya
dikonsumsi namun adanya tindakan penolakan yang tiba-tiba dan meminta makanan yang sedang populer.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Penilaian Asupan Gizi
Untuk menilai asupan gizi dapat menggunakan survei konsumsi makanan tingkat individu atau perorangan yaitu dengan metode food recall 24 jam. Prinsip
dari metode food recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Responden dalam
menggunakan metode food recall 24 jam untuk balita ini adalah ibu ataupun pengasuhnya yang disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum
selama 24 jam yang lalu. Biasanya dimulai sejak bangun pagi kemarin sampai istirahat tidur malam harinya, atau juga dapat dimulai dari waktu saat dilakukan
wawancara mundur kebelakang sampai 24 jam penuh. Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data
yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu
ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT sendok gelas piring dan lain-lain atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari Supariasa,
2008. Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan,
sebagai berikut: Kelebihan metode recall 24 jam:
a. Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden. b. Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat
yang cukup luas untuk wawancara. c. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.
Universitas Sumatera Utara
d. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf. e. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu
sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. Kekurangan metode recall 24 jam:
a. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya dilakukan recall satu hari.
b. Ketepatannya tergantung daya ingat responden. c. The flat slope syndrome, kecenderungan bagi responden yang kurus
melaporkan konsumsinya lebih banyak dan bagi responden yang gemuk melaporkan lebih sedikit.
d. Membutuhkan tenaga atau petugas yang trampil dalam menggunakan alat- alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan
masyarakat. e. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari
penelitian. f. Untuk mendapatkan gambaran konsumsi makanan sehari-hari recall
jangan dilakukan pada saat panen, hari pasar, akhir pekan, saat melakukan upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain.
2.3.4 Akibat Asupan Gizi yang Tidak Tepat