Keadaan gizi sangat erat kaitannya dengan konsumsi makanan seseorang. Tingkat konsumsi energi anak rendah karena ketidakseimbangan antara makanan
yang dikonsumsi dengan kecukupan energi yang dibutuhkan oleh tubuhnya. Apabila hal ini terus berlanjut maka akan terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan, apabila energi yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan tubuh maka protein yang seharusnya berfungsi untuk pertumbuhan dipergunakan
sebagai pengganti energi sehingga memungkinkan terjadinya gangguan pertumbuhan. Ketidakseimbangan energi yang masuk dan yang dikeluarkan tubuh
secara fisik dapat berakibat pada badan yang lemah, lesu, dan tidak bergairah yang akhirnya dapat menurunkan kualitas sumberdaya manusia.
5.3.2 Konsumsi Protein
Hasil penelitian menggunakan food recall 24 jam menunjukkan bahwa tingkat konsumsi protein siswa-siswi dari konsumsi makanan di rumah umumnya
berada dalam kategori kurang 70-80 dari angka kecukupan gizi yaitu sebanyak 10 siswa 32,3. Untuk tingkat konsumsi protein total konsumsi
makanan yang mengandung protein di rumah ditambah dengan kandungan protein dari makanan tambahan umumnya berada dalam kategori sedang 80-90 dari
angka kecukupan gizi yaitu sebanyak 15 siswa 48,4. Ada yang berada dalam kategori kurang 19,4 dan defisit 3,2. Ada juga yang tingkat
kecukupan proteinnya baik yaitu sebanyak 9 siswa 29. Rata-rata jumlah protein yang diperoleh dari konsumsi di rumah sebesar
26,91 gram dan rata-rata jumlah protein yang diperoleh dari makanan tambahan yang disediakan sekolah sebesar 5,44 gram. Dari jumlah ini diketahui bahwa rata-
Universitas Sumatera Utara
rata jumlah protein yang diperoleh dari konsumsi makanan di rumah dan di sekolah sebesar 32,35 gram. Angka ini masih dibawah angka kecukupan protein
yang dianjurkan yaitu sebesar 35 gram dn masih belum dalam kategori baik. Secara umum konsumsi protein siswa TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja
cukup baik namun masih dibawah angka kecukupan protein yang dianjurkan. Sumber protein yang dikonsumsi siswa-siswi TK Tunas Buana biasanya
bersumber dari ikan, telur, daging, tahu, tempe dan makanan lain yang juga turut menyumbang protein yang diperlukan oleh anak.
5.4 Kontribusi Energi dan Protein dari Makanan Tambahan Terhadap Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Harian
Setelah jumlah makanan yang dikonsumsi di rumah dan dari makanan tambahan yang disediakan pihak sekolah diketahui, maka selanjutnya dapat
diketahui kontribusi zat gizi energi dan protein dari makanan tambahan terhadap tingkat kecukupan energi dan protein harian siswa-siswi TK Tunas Buana Kebun
Pulu Raja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi yang
besumber dari makanan tambahan adalah sebesar 218,89 kalori dan berkontribusi sebanyak 18,11 dari rata-rata total konsumsi energi harian 1208,87 kalori.
Untuk konsumsi protein yang bersumber dari makanan tambahan sebesar 5,44 dan berkontribusi sebanyak 16,82 dari rata-rata total konsumsi protein harian
32,35. Jika dibandingkan dengan penelitian Ikeu Tanziha dkk yang berjudul
Pengaruh Pemberian Kudapan Terhadap Status Gizi dan Status Anemi Siswa
Universitas Sumatera Utara
SDN Pasanggrahan 2 Purwakarta dimana hasilnya adalah kontribusi energi dari kudapan sebesar 17,9 dan kontribusi protein dari kudapan sebesar 23,6.
Meskipun hasil penelitian ini untuk kontribusi protein dari makanan tambahan masih dibawah penelitian tersebut, namun untuk kontribusi energi lebih tinggi.
Jika dilihat dari besar kontribusi energi dan protein dari makanan tambahan yang disediakan TK Tunas Buana maka dapat dinilai makanan tambahan sudah cukup
baik dalam berkontribusi terhadap tingkat kecukupan energi dan protein harian. Berdasarkan hasil diatas, makanan tambahan sudah cukup memberikan
kontribusi energi dan protein bagi anak. Maka hal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan konsumsi makanan utama di rumah sehingga kebutuhan energi dan
protein anak dapat terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN