2.2.2.6 Penilaian Keterampilan Menyusun Teks Eksplanasi
Sebuah teks eksplanasi dinilai baik dan benar apabila memenuhi beberapa aspek. Ada beberapa aspek yang ditentukan dalam penilaian keterampilan
menyusun teks eksplanasi. Kemendikbud 2013 menentukan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penilaian keterampilan menyusun teks eksplanasi yang
terdiri atas lima aspek, yakni 1 aspek isi; 2 aspek organisasi; 3 aspek pilihan kata; 4 aspek penggunaan bahasa; dan 5 aspek mekanik.
Setiap aspek dijabarkan dalam beberapa kriteria dengan rentang skor yang berbeda. Kriteria dalam penilaian keterampilan menyusun teks eksplanasi dapat
diamati pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Kritria Penilaian Tes Keterampilan Menyusun Teks Eksplanasi secara Tertulis
Aspek Kriteria
Isi Sangat Baik-Sempurna
: menguasai topik tulisan; substantif; pengembangan teks lengkap; relevan dengan topik yang
dibahas
Cukup-Baik
: cukup menguasai permasalahan; cukup memadai; pengembangan observasi terbatas; relevan dengan
topik tetapi kurang terperinci
Sedang-Cukup : penguasaan permasalahan terbatas; substansi
kurang; pengembangan topik tidak memadai
Sangat-Kurang
: tidak menguasai permasalahan; tidak ada substansi; tidak relevan; atau tidak layak dinila
Organisasi Struktur teks
Sangat Baik-Sempurna
: ekspresi
lancar; gagasan
diungkapkan dengan jelas; padat; tertata dengan baik; urutan logis; kohesif
Cukup-Baik : kurang lancar; kurang terorganisasi tetapi ide
utama ternyatakan; pendukung terbatas; logis tetapi tidak lengkap
Sedang-Cukup : tidak lancar; gagasan kacau atau tidak
terkait; urutan dan pengembangan kurang logis
Sangat-Kurang : tidak komunikatif; tidak terorganisasi;
Kosakata Pilihan kata
Sangat Baik-Sempurna : penguasaan kata canggih; pilihan
kata dan ungkapan efektif; menguasai pembentukan kata; penggunaan register tepat
Cukup-Baik : penguasaan kata memadai; pilihan, bentuk, dan
penggunaan kataungkapan kadang-kadang salah, tetapi tidak mengganggu
Sedang-Cukup
: penguasaan kata terbatas; sering terjadi kesalahan
bentuk, pilihan,
dan penggunaan
kosakataungkapan; makna membingungkan atau tidak jelas
Sangat-Kurang : pengetahuan tentang kosakata, ungkapan,
dan pembentukan kata rendah; tidak layak nilai
Penggunaan Bahasa
keefektifan Sangat Baik-Sempurna
: konstruksi kompleks dan efektif; terdapat hanya sedikit kesalahan penggunaan bahasa
urutanfungsi kata, artikel, pronomina, preposisi
kalimat Cukup-Baik
: konstruksi sederhana tetapi efektif; terdapat kesalahan kecil pada konstruksi kompleks; terjadi sejumlah
kesalahan penggunaan bahasa fungsiurutan kata, artikel, pronomina, preposisi, tetapi makna cukup jelas
Sedang-Cukup : terjadi banyak kesalahan dalam konstruksi
kalimat tunggalkompleks sering terjadi kesalahan pada kalimat negasi, urutanfungsi kata, artikel, pronomina, kalimat
fragmen, pelesapan; makna membingungkan atau kabur
Sangat-Kurang : tidak menguasai tata kalimat; terdapat
banyak kesalahan; tidak komunikatif; tidak layak dinilai
Mekanik tanda baca
Sangat Baik-Sempurna : menguasai aturan penulisan;
terdapat sedikit kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf
Cukup-Baik : kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan, tanda
baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf, tetapi tidak mengaburkan makna
Sedang-Cukup : sering terjadi kesalahan ejaan, tanda baca,
penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf; tulisan tangan tidak jelas; makna membingungkan atau kabur
Sangat-Kurang : tidak menguasai aturan penulisan; terdapat
banyak kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf; tulisan tidak terbaca; tidak
layak dinilai
2.2.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning
Model pembelajaran berbasis masalah problem based learning merupakan salah satu model yang disarankan dalam Kurikulum 2013 karena
sesuai dengan pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dilaksanakan menggunakan pendekatan
ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu mengapa”.
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transfomasi substansi atau
materi ajar agar siswa “tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik soft skill
dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak hard skill dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan Kemendikbud 2013.
2.2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Problem Based Learning PBL merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Suprijono 2010 menerangkan bahwa pembelajaran ini berorientasi pada
kecakapan peserta didik memproses informasi. Pemrosesan informasi mengacu pada cara-cara orang menangani stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data,
melihat masalah, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah dan