2,000. Hasil uji hipotesis tersebut menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions STAD Berbantuan Media Audio Visual dengan model konvensional terhadap hasil belajar IPA Siswa Kelas V Gugus 1 Mengwi. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions STAD Berbantuan Media Audio Visual
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar IPA Siswa Kelas V Gugus 1 Mengwi.
Dari hasil penelitian yang relevan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model Student Facilitator and Explaining dengan
media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Sehingga peneliti memilih model Student Facilitator and Explaining dengan media audiovisual
untuk meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar pada siswa kelas IV SDN Tugurejo 03. Dengan demikian penelitian diatas dijadikan
sebagai pendukung dan acuan pada penelitian tindakan kelas ini yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Student Facilitator and
Explaining dengan Media Audiovisual pada Siswa Kelas IV SDN Tugurejo 0 3”.
2.3. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan kajian teori dan kajian empiris di atas, maka didapatkan kerangka berpikir yang diuraikan sebagai berikut :
Kegiatan pembelajaran IPA kelas IV di SDN Tugurejo 03 masih belum optimal. Hal tersebut terjadi karena proses pembelajaran masih berpusat pada
guru, guru kurang memberikan variasi serta penekanan-penekanan pada saat menjelaskan materi, belum maksimal dalam menerapkan model pembelajaran,
kurang melibatkan keseluruhan siswa untuk aktif dalam diskusi, hanya beberapa siswa saja yang aktif merespon dengan baik selama kegiatan diskusi berlangsung,
guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat dan belum melatih siswa menjadi fasilitator bagi temannya, sehingga
keberanian siswa untuk menyampaikan pendapat dan bertanya masih kurang. Guru juga belum memanfaatkan media pembelajaran secara optimal
sehingga minat siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah karena kegiatan pembelajaran kurang menarik dan menyebabkan siswa merasa bosan.
Beberapa siswa terkadang mengalihkan kebosanan dengan membuat kelas gaduh dan mengganggu siswa lain yang sedang mendengarkan penjelasan guru sehingga
menyebabkan suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif. Hal tersebut berakibat pada rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep IPA yang
disampaikan guru sehingga menyebabkan sebagian besar siswa tidak tuntas. Setelah diketahui penyebab rendahnya kualitas pembelajaran IPA, maka
peneliti mengambil langkah-langkah serta tindakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Tindakan yang dilakukan peneliti adalah dengan menerapkan
model Student Facilitator and Explaining dengan media audiovisual dalam proses pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dan
keterampilan guru sehingga kualitas pembelajaran IPA dapat meningkat. Adapun kerangka berfikir dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas PTK ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
2.4. HIPOTESIS TINDAKAN
Kondisi Awal
Pelaksanaan Tindakan
Kondisi Akhir
Kualitas pembelajaran IPA masih rendah, ditandai dengan: 1. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan pendapat dan belum melatih siswa untuk menjadi fasilitator bagi temannya, belum maksimal menggunakan media
pembelajaran, kurang menarik minat siswa. 2. Keberanian siswa untuk menyampaikan pendapat dan bertanya
masih kurang, belum terbiasa menjadi fasilitator bagi temannya, serta minat siswa rendah, perhatian belum terpusat.
3. Data hasil belajar IPA menunjukkan bahwa rata-rata klasikal yang diperoleh 53,5 dan 28 siswa 70 belum mencapai KKM 66.
Penerapan model Student Facilitator and Explaining dengan media audiovisual pada pembelajaran IPA langkah-langkahnya sebagai
berikut:
1 Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang ingin dicapai.
2 Guru menyiapkan media audiovisual yang berkaitan dengan materi dan meminta siswa untuk memperhatikan media yang
disajikan. 3 Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis besar materi
pembelajaran dengan memanfaatkan media yang telah disiapkan.
4 Siswa memperhatikan penjelasan guru dan mencatat hal-hal penting.
5 Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa secara heterogen.
6 Siswa secara berkelompok diberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas dalam bentuk LKS.
7 Setiap siswa bertanggung jawab untuk menyelesaikan 1 soal yang ada di LKS dengan membuat bagan peta konsep dan
menjelaskkan kepada siswa lain dalam satu kelompok fasilitator.
8 Guru menunjuk perwakilan kelompok untuk memaparkan hasil diskusi dan mengarahkan agar memaparkan hasil
diskusi menggunakan bahasanya sendiri. 9 Kelompok lain memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi
kelompok yang menjelaskan.
Kualitas pembelajaran IPA melalui model Student Facilitator and Explaining dengan media audiovisual meningkat ditandai dengan:
1. Keterampilan guru dalam menyajikan materi, penggunaan media, serta menciptakan iklim belajar yang kondusif
meningkat dengan kategori sekurang-kurangnya baik dengan jumlah skor ≥ 32,5.
2. Aktivitas siswa meningkat dengan kategori sekurang- kurangnya baik dengan jumlah skor ≥ 25.
3. Hasil belajar pada aspek kognitif mengalami ketuntasan belajar klasikal dengan perolehan nilai ≥ 66 sebesar 80;
pada aspek afektif dan psikomotorik meningkat dengan
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian pada kajian teori, kajian empiris dan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan
model Student Facilitator and Explaining dan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA berupa keterampilan guru, aktivitas
siswa, dan hasil belajar siswa pada kelas IV SDN Tugurejo 03.