1
BAB I PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam, baik dari daratan maupun lautan. Sumber daya daratan yang bermacam-macam jenisnya,
mulai dari hasil hutan, perkebunan dan juga pertambangan. Begitu juga dengan sumber daya lautan tidak kalah melimpahnya dibanding dengan sumber daya
daratan. Oleh karena melimpahnya sumber daya di Indonesia, menyebabkan banyak pihak asing yang mencoba mengelola sumber daya alam tersebut. Dalam
hal ini, sumber daya yang difokuskan adalah sumberdaya pertambangan. Melihat
begitu potensialnya
sumber daya
tambang Indonesia
menyebabkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan berkembang pesat sampai saat ini. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
jumlah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dari tahun 2011 sampai tahun 2013. Seiring dengan perkembangan perusahaan
pertambangan tersebut, semakin menarik perhatian pihak investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan pertambangan, baik investor yang
berasal dari luar negeri maupun dalam negeri. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas kelangsungan usaha going concern pada perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan
manajemen dalam mengelola perusahaan. Setiap investor pasti mengharapkan keuntungan ketika ingin menanamkan modalnya pada suatu perusahaan. Salah
Universitas Sumatera Utara
2
satu pertimbangan investor ketika ingin menginvestasikan modalnya pada suatu perusahaan adalah sebesar-besar kemungkinan pengembalian investasi secara
jangka panjang. Peningkatan nilai investasi pada perusahaan tambang, mengharuskan pihak internal perusahaan untuk menyusun laporan keuangan dan
laporan audit yang mana laporan tersebut sangat diperlukan oleh pihak investor untuk menilai tingkat efektivitas investasi yang akan ditanamkan.
Asumsi dasar suatu perusahaan adalah adanya harapan kelangsungan hidup perusahaan atau biasa disebut going concern. Oleh karena itu, untuk
mengetahui tingkat perkembangan usaha, perusahaan menyusun laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan
ini terdapat kepentingan internal perusahaan tersendiri yang berbeda dengan kepentingan pihak eksternal perusahaan, seperti investor. Terkadang investor
tidak terlalu percaya dengan laporan yang hanya dibuat oleh internal perusahaan. Teori agensi agency theory merupakan hubungan keagenan suatu kontrak
antara pemilik principal dengan manajer agent. Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan baik, maka principal akan mendelegasikan otoritas
pembuatan keputusan kepada agent. Hubungan inilah disebut dengan teori keagenan. Pemisahan dalam teori keagenan ini menandakan principal tidak lagi
terlibat dalam pengelolaan perusahaan karena telah dialihkan kepada agent. Pihak principal hanya bertindak sebagai pengawas dengan memonitor kinerja
perusahaan melalui laporan yang diberikan oleh agent. Namun, adanya pemisahan antara principal dan agent cenderung menimbulkan konflik keagenan yang
didasarkan pada adanya perbedaan kepentingan. Principal dan agent sama-sama
Universitas Sumatera Utara
3
berusaha memaksimumkan kesejahteraannya masing-masing Jensen dan Meckling, 1976.
Perbedaan kepentingan dari dua pihak ini menyebabkan perlunya pihak ketiga sebagai penyelaras, yaitu auditor. Selain memberikan opini pada laporan
keuangan tersebut, auditor eksternal dengan harapan untuk mengetahui kemungkinan suatu perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Dalam hal ini,
auditor memberikan opini going concern dengan berbagai pertimbangan. Penerbitan pendapat mengenai going concern perusahaan merupakan pekerjaan
yang krusial bagi seorang auditor karena auditor harus menilai kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup melalui investigasi yang komprehensif tentang
kejadian-kejadian yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan kata lain, opini going concern yang diterima oleh sebuah perusahaan menunjukkan adanya kondisi dan peristiwa
yang menimbulkan keraguan auditor akan kelangsungan hidup perusahaan. Pemberian opini going concern merupakan langkah yang sulit dan dilematis,
sebagaimana dikutip oleh Louwers pada penelitian Chow, NcNamee dan Plumme 1987 ― the going concern determination is one of the most difficult and complex
decision face by the auditing profession.
Universitas Sumatera Utara
4
Auditor dituntut profesional dan mentaati ketentuan audit sesuai dengan prinsip audit agar tidak timbul kesalahan dalam menentukan kelangsungan hidup
perusahaan klien. Beberapa penyebabnya antara lain, pertama, masalah self fulfilling prophecy yang mengakibatkan auditor tidak akan mengungkapkan status
going concern yang muncul ketika auditor khawatir apabila opini going concern yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan perusahaan yang bermasalah
Venuti, 2007. Auditor sering menghadapi masalah dalam hal penerbitan opini going concern, diantaranya jika opini going concern diterbitkan dan pada tahun
selanjutnya perusahaan auditee tidak mengalami kebangkrutan sedangkan dengan opini tersebut, banyak investor yang akan menarik investasinya dari perusahaan
auditee, namun jika opini audit tidak diberikan sedangkan keadaan perusahaan auditee yang sedang terancam dan pada tahun selanjutnya mengalami
kebangkrutan, maka auditor sendiri yang akan terjerat karena merupakan tanggungjawab auditor. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah
terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun
sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit SA seksi 341. Dalam hal ini, auditor hanya bertanggungjawab dalam audit kelangsungan hidup perusahaan,
bukan bertanggungjawab pada kelangsungan hidup perusahaan auditee. Opini audit going concern ini perlu diungkapkan untuk menghindari adanya kecurangan
dalam penyusunan laporan keuangan oleh manajemen seperti yang pernah terjadi pada kasus kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan besar di Amerika seperti
Enron, Worldcom, Xerox, dll. yang disebabkan karena manipulasi akuntansi telah
Universitas Sumatera Utara
5
berimbas pada perekonomian global. Kondisi tersebut menyebabkan anjloknya nilai tukar rupiah, turunnya indeks harga saham karena larinya investor asing dan
pelarian modal baik dari pasar saham maupun obligasi pemerintah di Indonesia. Selain itu, kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan besar di Amerika
berdampak pada entitas bisnis di Indonesia yang menyebabkan banyak perusahaan mengalami kebangkrutan karena tidak mampu mempertahankan kelangsungan
hidup perusahaan. Keberlangsungan usaha going concern dapat dinilai dari banyak aspek,
jika dilihat dari aspek internal perusahaan, beberapa faktor yang mempengaruhi keberlangsungan usaha, yaitu pertumbuhan perusahaan, leverage, finacial
distress, dan
lain-lain. Sedangkan
dari aspek
eksternal perusahaan,
keberlangsungan usaha dapat dinilai dari kualitas audit, dan opini audit tahun sebelumnya, reputasi auditor, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, hubungan kualitas audit, pertumbuhan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya terhadap audit going
concern berbeda antara satu penelitian dengan yang lainnya. Jessica 2014 melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia BEI, menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan Miryam
2014 melakukan penelitian pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penerimaan opini audit going concern. Pada penelitian yang dilakukan oleh Miryam, tidak memuat variabel pertumbuhan perusahaan, sehingga penulis
Universitas Sumatera Utara
6
tertarik untuk meneliti kembali penelitian terdahulu dengan beberapa variabel yang lain dengan judul ―analisis pengaruh kualitas audit, opini audit tahun
sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia‖.
1.2 Perumusan Masalah