14
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Hasil Belajar
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil bermakna hasil atau nilai dari suatu proses. Nilai atau hasil ini bisa bersifat abstrak dan bisa
juga bersifat konkret. Hasil bisa diketahui melalui sebuah proses penilaian. Sementara belajar dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai proses
menuntut ilmu atau kegiatan untuk menuntut ilmu. Jadi hasil belajar adalah hasil atau nilai yang diperoleh setelah melewati proses menuntut ilmu. Karenanya hasil
belajar sangat terkait dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar adalah proses harus dilewati dalam rangka mendapatkan hasil belajar hasil belajar yang
optimal. 2.1.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh metode pembelajaran atau kualitas keterampilan guru mengajar di sekolah, melainkan ada
beberapa faktor lain yang berperan terhadap rendah atau tingginya hasil belajar siswa. Faktor-faktor yang dimaksud antara lain yaitu faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa dan faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, baik yang
bersifat biologis maupun psikologis. Faktor internal yang dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa tersebut diantaranya adalah bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan sikap. Sedangkan faktor eksternal adalah berupa faktor keluarga, alat-alat
belajar, guru serta cara mengajarnya, lingkungan dan kesempatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya tetapi
dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang
belajar atau dari dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang adaberasal di luar individu Slameto 2010:54.
2.1.2.1 Faktor-faktor Internal 2.1.2.1.1 Faktor Jasmaniah
2.1.2.1.1.1 Faktor Kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya
atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan
terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga dia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang
darah ataupun ada gangguan-gangguankelainan-kelainan fungsi alat inderanya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik harus mengusahakan kesehatan
badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.
2.1.2.1.1.2 Cacat Tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuhbadan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat
tubuh juga akan mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya dia belajar pada lembaga pendidikan
khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2.1.2.1.2 Faktor Psikologis 2.1.2.1.2.1 Intelegensi
Untuk memberikan pengertian tentang intelegensi, J.P Chaplin dalam Slameto 2010:55 merumuskan sebagai:
1. The ability to meet and adapt to novel situations quickly and
effectively. 2.
The ability to utilize abstract concepts effectively. 3.
The ability to grasp relationship and to learn quickly.
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat
dan efektif, mengetahuimenggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar
pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang
mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya.
Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu
faktor diantara
faktor yang
lain. Jika
faktor lain
itu bersifat
menghambatberpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal dapat berhasil
dengan baik dalam belajar, jika dia belajar dengan baik. Artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan faltor-faktor yang memepengaruhi
belajarnya faktor jasmaniah, psikologi, keluarga, sekolah, masyarakat memberi pengaruh yang positif. Jika siswa memiliki intelegensi yang rendah, dia perlu
mendapat pendidikan di lembaga pendidikan khusus. 2.1.2.1.2.2 Perhatian
Perhatian menurut Ghazali dalam Slameto 2010:56 adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek bendahal
atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan
pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka timbullah kebosanan sehingga dia jadi malas belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, bahan pelajaran harus
diusahakan agar menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.
2.1.2.1.2.3 Minat Hilgard dalam Slameto 2010:57 memberi rumusan tentang minat adalah
sebagai berikut: “Interest is persisiting tendency to pay attention to and enjoy
some activity”.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memparhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara tidak dalam waktu yang lama dan belum
tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-
baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Dia segan untuk belajar, dia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat
siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Jika ada siswa kurang berminat terhadap belajar dapat diusahakan agar dia
mempunyai minat yang besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dengan cita-cita serta kaintannya dengan bahan pelajaran yang dipelajarinya itu.
Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya,
tidak sesuai dengan kebutuhanya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan menimbulkan problema pada diri anak. Ada tidaknya minat terhadap suatu
pelajaran dapat dilihat dari cara aak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran.
2.1.2.1.2.4 Bakat Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah:
“the capcity to learn”. Dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru
akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan
lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurangtidak berbakat di bidang itu. Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap
individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus
mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya, ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak suka
mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran sehingga nialinya rendah. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar.
Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih
giat lagi dalam belajarnya. Sangat penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa sesuai dengan bakatnya.
2.1.2.1.2.5 Motif James Drever dalam Slameto 2010:58 memberikan pengertian tentang
motif sebagai berikut: “Motive is an effective-conative faktor which operates in
determining the direction of an individual’s behavior to-wards an end or goal, consioustly apprehended or unconsciously.”
Jadi motif erat sekali hubugannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan hubungan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk
mencapai tujuan itu perlu berbuat sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerakpendorongnya. Dalam proses
belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat bellajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar. Motif-motif di atas juga dapat ditanamkan pada diri siswa dengan cara
memberikan latihan-latihankebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Dari uraian di atas jelas bahwa motif yang
kuat sangat perlu di dalam belajar, di dalam membentuk motif yang kuat dapat dilaksanakan
dengan adanya
latihankebiasaan-keniasaan dan
pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihankebiasaan itu sangat perlu dalam
belajar. 2.1.2.1.2.6 Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari- jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berpikir
abstrak dan lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.
Dengan kata lain anak yang sudah siap matang belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah
siap matang. Jadi kemauan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan belajar.
2.1.2.1.2.7 Kesiapan Kesiapan atau readiness menurut James Drever dalam Slameto 2010:59
adalah: preparednes to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk member respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan
juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar,
karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
2.1.2.1.3 Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani bersifat psikis. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh, kelelahan jasmani terlihat karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga
darah tidakkurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan
untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah
otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus
memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapai hal-hal yang selalu samakonstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena
terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya Berdasarkan uraian di atas dapat dimengerti bahwa kelelahan itu
mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai tejadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu
diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan. 2.1.2.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor lingkungan dan hal-hal lain yang berada di luar diri peserta didik sangat
berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang diperoleh. Mengingat peserta didik adalah makhluk sosial yang sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya. 2.1.2.2.1 Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh seorang siswa. Suasana keluarga yang kondusif bagi siswa untuk belajar, tentu bisa
meningkatkan hasil siswa itu sendiri. Sebaliknya, bila dalam keluarga itu sendiri tercipta suasana yang tidak mendukung siswa untuk belajar, tentu saja hasil siswa
di sekolah tidak akan bagus. Lingkungan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keadaan
keluarga tidak memungkinkan, kadangkala menjadi penghambat dalam siswa belajar. Di dalam lingkungan keluarga umumnya yang paling besar peranannya
adalah orang tua. Siswa yang mempunyai beban untuk mencari tambahan biaya penghidupan keluarga umumnya hasil belajar yang diraih tergolong rendah karena
tidak mempunyai cukup waktu belajar. Begitu juga sebaliknya, biasanya siswa dapat meraih hasil belajar yang lebih baik jika mempunyai waktu penuh untuk
belajar dirumahnya. Siswa yang keluarganya mengalami kesulitan ekonomi juga kesulitan mengadakan sarana belajar sehingga menjadi pengambat bagi siswa
dalam belajar 2.1.2.2.2 Lingkungan Sekolah
Pengaruh lingkungan ini terhadap hasil belajar siswa cukup besar, karena sekolah adalah lingkungan sosial kedua setelah keluarga yang akan dikenal oleh
siswa. Keadaan sekolah termasuk tenaga pengajar, kurikulum, fasilitas belajar dan lingkungan sekolah secara keseluruhan. Sebagai lembaga pendidikan formal
sekolah tentu memiliki sistem belajar yang sudah terprogram. Sistem belajar yang terlaksana dengan baik dan dilakukan secara sungguh-sungguh tentu akan
berdampak besar bagi kemajuan hasil belajar siswa. 2.1.2.2.3 Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat adalah lingkungan lain setelah keluarga yang banyak mempengaruhi hasil belajar siswa. Lingkungan mengajarkan mereka
banyak hal terutama kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain mengasah kecerdasan
interpersonal. Lingkungan masyarakat mempengaruhi
hasil belajar anak melalui proses interaksinya dengan teman-teman sebaya dan sepermainan. Ketika di lingkungan masyarakat ia berkumpul dengan anak-anak
yang suka belajar, maka ia akan ikut terpengaruh untuk belajar. Dalam penelitian
ini hanya faktor eksternal yang akan dibahas yaitu sebagai variabel bebas yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
2.2 Tripusat Pendidikan