ini hanya faktor eksternal yang akan dibahas yaitu sebagai variabel bebas yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
2.2 Tripusat Pendidikan
Istilah Tripusat Pendidikan adalah istilah yang digunakan oleh tokoh pendidikan Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara yang menggambarkan lembaga
atau lingkungan pendidikan yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi perilaku peserta didik. Dalam ini berisikan tiga pokok bahasan, yaitu pendidikan
keluarga, pendidikan dalam sekolah, pendidikan di dalam masyarakat. Menurut Tirtarahardja 2008:162 manusia selama hidupnya akan selalu
mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan, yang akan
mempengaruhi manusia secara bervariasi. Seperti diketahui, setiap bayi manusia dilahirkan dalam lingkungan keluarga tertentu, yang merupakan lingkungan
pendidikan terpenting sampai anak mulai masuk taman kanak-kanak ataupun sekolah. Oleh karena itu keluarga sering dipandang sebagai lingkungan
pendidikan pertama dan utama. Makin bertambah usia manusia, peranan sekolah dan masyarakat luas makin penting, namun peran keluarga tidak terputus.
Pemahaman peranan keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan akan sangat penting dalam upaya membantu
perkembangan peserta didik yang optimal terutama dalam hal belajar. Pemahaman itu bukan hanya tentang peranan masing-masing, tetapi juga keterkaitan dan saling
pengaruh antarketiganya dalam perkembangan manusia. Sebab pada hakikatnya
peranan ketiga pusat pendidikan itu selalu secara bersama-sama mempengaruhi manusia, meskipun dengan bobot pengaruh yang bervariasi sepanjang hidup
manusia. Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga
lingkungan pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan ketiganya disebut tripusat pendidikan. Lingkungan yang mula-mula terpenting
adalah keluarga. Pada masyarakat yang masih sederhana dengan struktur sosial yang belum kompleks, cakrawala anak sebagian besar masih terbatas pada
keluarga. Pada masyarakat tersebut keluarga mempunyai dua fungsi: fungsi produksi dan fungsi konsumsi. Kedua fungsi itu mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap anak. Kehidupan masa depan anak ada pada masyarakat tradisional umumnya tidak jauh berbeda dengan kehidupan orang tuanya. Pada
masyarakat tersebut, orang tua yang mengajar pengetahuan dan keterampilan yang diberikan untuk hidup, orang tua pula yang melatih dan memberi petunjuk tentang
berbgai aspek kehidupan, sampai anak menjadi dewasa dan berdiri sendiri. Tetapi pada masyarakat modern dimana industrialisasi semakin berkembang dan
memerlukan spesialisasi, maka pendidikan yang semula menjadi tanggung jawab keluarga kini sebagian besar diambil oleh sekolah dan lembaga-lembaga sosial
lainnya. Pada tingkat yang paling permulaan fungsi ibu sebagian sudah diambil alih oleh pendidikan prasekolah. Pada tingkat spesialisasi yang rumit, pendidikan
keterampilan sudah tidak berada pada ayah lagi sebab sudah diambil alih oleh sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Bahkan fungsi pembentukan watak dan
sikap mental pada masyarakat modern berangsur-angsur diambil oleh sekolah dan
organisasi sosial lainnya seperti perkumpulan pemuda dan pramuka, lembaga- lembaga keagamaan, media massa, dan sebagainya Tirtarahardja 2008:166.
Meskipun keluarga kehilangan sejumlah fungsi yang semula menjadi tanggung jawabnya, namun keluarga masih tetap merupakan lembaga yang paling
penting dalam proses belajar, sosialisasi, dan perkembangan anak, karena keluarga yang memberikan tuntunan dan contoh-contoh sejak masa anak sampai
dewasa dan berdiri sendiri. Adanya peurbahan fungsi keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap proses pendidikan pada umumnya, termasuk pendidikan
formal. Dalam keluarga pada masyarakat yang belum maju, orang tua merupakan sumber pengetahuan dan keterampilan yang diwariskan atau diajarkan kepada
anak-anaknya. Dalam keluarga semacam ini orang tua memegang otoritas sepenuhnya. Sebaliknya, dalam masyarakat modern orang tua harus membagi
otoritas dengan orang lain terutama guru dan pemuka masyarakat, bahkan dengan anak mereka sendiri yang memperoleh pengetahuan baru dari luar keluarga.
Hubungan keluargapun berubah dari hubungan otoritatif menjadi hubungan kolegial. Dalam keluarga ini lebih dapat ditumbuhkan perasaan aman, saling
menyayangi, dan sifat demokratis pada diri anak sebab keputusan yang diambil selalu dibicarakan bersama oleh seluruh anggota keluarga Redja Mudyahardjo
dalam Tirtarahardja 2008:168. Perubahan sifat hubungan orang tua dengan anaknya itu, akan diiringi pula dengan perubahan hubungan guru siswa serta
didukung iklim keterbukaan yang demokratis dalam masyarakat. Dengan kata lain terdapat saling pengaruh antarketiga pusat pendidikan itu.
2.3 Pengertian dan Fungsi Lingkungan Pendidikan