KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA PRODUK OLAHAN GORENG

55 Hasil uji ranking donat Lampiran 10 menunjukkan formula yang paling disukai adalah formula 2, sedangkan yang paling tidak disukai oleh panelis adalah formula 5. Walaupun formula 2 paling disukai, namun berdasarkan uji rating, formula 2 tidak berbeda nyata dengan formula 4. Berdasarkan pertimbangan substitusi tepung ubi jalar yang semaksimal mungkin, penggunaan gula yang rendah, dan kesukaan panelis, maka formula terpilih donat ubi jalar adalah formula 4 tepung ubi jalar 30, dan gula 16. Formula terpilih donat dapat dilihat pada Gambar 10 b. Berdasarkan hasil uji hedonik, skor rata-rata kesukaan panelis terhadap kue bawang ubi jalar berkisar antara 4.03 netral sampai 5.23 agak suka. Berdasarkan analisis sidik ragam Lampiran 11, formula berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95. Pada uji Duncan Lampiran 11, dapat dilihat bahwa formula 5 berbeda nyata dengan formula 1, 2, 3, 4, dan 6. Formula 1, 2, 3, 4, dan 6 tidak berbeda nyata satu sama lain dan berada pada subset 2. Hasil uji ranking kue bawang Lampiran 12 menunjukkan formula yang paling disukai adalah formula 4, sedangkan yang paling tidak disukai oleh panelis adalah formula 5. Berdasarkan pertimbangan tingkat kesukaan panelis, substitusi tepung ubi jalar yang semaksimal mungkin, dan penggunaan margarin untuk menurunkan indeks glikemik, maka formula terpilih kue bawang ubi jalar adalah formula 6 tepung ubi jalar 50 dan margarin 10. Formula terpilih kue bawang dapat dilihat pada Gambar 10 c. Pemilihan formula 6 yang menggunakan margarin, karena mempertimbangkan pengaruh lemak pada margarin dalam menurunkan nilai indeks glikemik kue bawang.

E. KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA PRODUK OLAHAN GORENG

Karakteristik Fisik Produk Olahan Goreng Analisis sifat fisik yang dilakukan pada produk olahan goreng tepung ubi jalar klon BB00105.10 yaitu rendemen, dan tekstur. Analisis dilakukan terhadap produk dengan formula terpilih hasil uji organoleptik. 56 a. Rendemen Rendemen produk dihitung berdasarkan perbandingan adonan sebelum digoreng dengan produk akhir, yang dinyatakan dalam persen. Berdasarkan analisis, rendemen kue biji ketapang sebesar 98.15, donat sebesar 99.65, dan kue bawang sebesar 96.56. Rendemen donat paling besar. Hal ini kemungkinan disebabkan penyerapan minyak yang tinggi pada saat donat digoreng. Perbandingan rendemen ketiga jenis produk olahan goreng dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Histogram Rendemen Produk Olahan Goreng b. Tekstur Pengukuran tekstur menggunakan Texture Analyzer TAXT-2. Probe yang digunakan untuk mengukur tekstur masing-masing jenis produk berbeda-beda. Probe yang digunakan pada pengukuran kekerasan kue biji ketapang dan kue bawang adalah P0.25s 14’’ ball probe. Probe yang digunakan pada pengukuran kekerasan donat adalah P75. Tabel 14 menunjukkan setting texture analyzer yang digunakan dalam pengukuran tekstur masing-masing produk. Berdasarkan hasil analisis Lampiran 13, tekstur kekerasan kue biji ketapang berkisar antara 1648 dan 1598 gf. Kekerasan donat berkisar antara 2945 dan 2843 gf. Tingkat kerenyahan kue bawang berkisar antara 636 dan 586 gf. Hasil pengukuran kekerasan produk olahan goreng dapat dilihat pada Tabel 15. 98.15 99.65 96.56 20 40 60 80 100 Rendemen Kue Biji Ketapang Donat Kue Bawang Jenis Produk Rendemen Produk 57 Tabel 14. Seting Tekstur Analyzer dalam Pengukuran Kekerasan Produk Olahan Goreng Parameter Setting Kue Biji Ketapang Donat Kue Bawang Pre test speed mms 1.5 mms 1.0 mms 1.0 mms Test speed mms 2.0 mms 1.7 mms 1.0 mms Post test speed mms 10.0 mms 10.0 mms 10.0 mms Rupture test distance mm 1.0 mm 1.0 mm 1.0 mm Distance mm 25.0 mm 40.0 mm 3.0 mm Force g 100 g 100 g 100 g Time sec 5 sec 5 sec 5 sec Count 2 2 2 Jenis probe P0.25s P75 P0.25s Tabel 15. Tingkat Kekerasan Produk Olahan Goreng Produk Tingkat Kekerasan gf Kue biji ketapang 1623 Donat 2894 Kue bawang 611 Karakteristik Kimia Produk Olahan Goreng Analisis sifat kimia yang dilakukan pada produk olahan goreng tepung ubi jalar klon BB00105.10 yaitu analisis kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, serat, daya cerna pati, dan kadar amilosa-amilopektin. Analisis dilakukan terhadap produk dengan formula terpilih hasil uji organoleptik. Hasil analisis proksimat formulasi terpilih kue biji ketapang, donat, dan kue bawang dapat dilihat pada Tabel 16 dan Lampiran 14. Berdasarkan hasil analisis proksimat, dapat dihitung nilai gizi produk berdasarkan takaran saji Tabel 17. 58 Tabel 16. Hasil Analisis Proksimat Produk Olahan Goreng Komposisi Komposisi per 100 g bahan Kue Biji Ketapang Donat Kue Bawang Air g 3.38 21.33 1.97 Abu g 1.12 1.02 2.14 Protein g 5.27 6.43 4.41 Lemak g 31.09 16.27 29.76 Karbohidrat g 59.14 54.95 61.72 Energi kkal 537 392 553 Tabel 17. Informasi Nilai Gizi per Takaran Saji Produk Berat per takaran saji g Komposisi Gizi per Takaran Saji Energi kkal Karbohidrat g Lemak g Protein g Kue biji ketapang 24 129 14.19 4 7.46 14 1.26 3 Donat 50 196 27.48 8 8.14 15 3.22 6 Kue bawang 30 166 18.52 6 8.93 16 1.32 3 Keterangan : angka-angka di dalam adalah terhadap Angka Kecukupan Gizi AKG berdasarkan diet 2000 kkal karbohidrat : 325 g; lemak : 55 g; protein : 50 g a. Kadar Air Kadar air merupakan faktor yang mempengaruhi penampakan tekstur, cita rasa pangan, daya tahan produk, kesegaran, dan penerimaan konsumen Winarno, 1997. Kadar air merupakan parameter utama yang terlibat dalam kebanyakan reaksi perusakan bahan pangan. Berdasarkan hasil analisis, kadar air kue biji ketapang sebesar 3.38, donat sebesar 21.33, dan kue bawang sebesar 1.97. Kadar air kue bawang dan kue biji ketapang tergolong rendah. Kadar air yang rendah dapat memperpanjang umur simpan produk. Oleh karena itu, kue biji ketapang dan kue bawang memiliki umur simpan yang lebih lama dibandingkan donat. 59 Kadar air pada produk kue bawang dan kue biji ketapang mempengaruhi tekstur kerenyahan dan kekerasan produk. Produk dengan kadar air rendah bersifat higroskopis mudah menyerap air sehingga harus dilindungi terhadap masuknya uap air. Untuk menghambat atau mencegah masuknya uap air diperlukan bahan pengemas dengan permeabilitas uap air yang rendah. Kadar air yang tinggi pada kue biji ketapang menyebabkan produk menurun kekerasannya, sedangkan pada kue bawang menyebabkan produk menjadi tidak renyah. Kadar air rendah pada kue biji ketapang dan kue bawang dapat menghambat terjadinya berbagai kerusakan, sehingga mutu produk tetap terjaga. Menurut Winarno 1984, kadar air pada bahan berkisar 3 – 7 akan mencapai kestabilan optimum, sehingga pertumbuhan mikroba dan reaksi-reaksi kimia yang merusak bahan seperti browning, hidrolisis atau oksidasi lemak dapat dikurangi. Donat memiliki kadar air yang tinggi sehingga mudah rusak. b. Kadar Abu Abu merupakan mineral-mineral anorganik yang memiliki ketahanan cukup tinggi terhadap suhu pemasakan sehingga keberadaannya dalam bahan pangan bisa mengalami perubahan, namun cenderung tetap. Berdasarkan hasil analisis Tabel 14, kadar abu kue biji ketapang sebesar 1.12 bb, donat sebesar 1.02 bb, dan kue bawang sebesar 2.14 bb. Kadar abu kue bawang paling tinggi kemungkinan disebabkan penggunaan garam 2 dari total tepung sebagai bahan baku yang memiliki kandungan sodium tinggi. Kue biji ketapang dan donat tidak menggunakan garam sebagai bahan bakunya. c. Kadar Protein Protein merupakan senyawa yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N. Penetapan kadar protein dilakukan dengan metode mikro- Kjeldahl. Kadar protein yang diperoleh adalah kadar protein kasar karena dihitung berdasarkan nitrogen yang terkandung dalam bahan. 60 Berdasarkan hasil analisis, kadar protein donat paling tinggi, yaitu 6.43 bb, dan kadar protein kue bawang paling rendah, yaitu 4.41 bb. Kadar protein kue biji ketapang adalah 5.27 bb. Sumber protein pada donat sebagian besar berasal dari terigu dan telur kuning telur dan putih telur. Kadar protein yang tinggi pada donat disebabkan persentase tepung terigu pada donat paling tinggi 70 dibandingkan kue biji ketapang 30 dan kue bawang 50. Selain itu, terigu yang digunakan dalam pembuatan donat memiliki kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan terigu yang digunakan pada pembuatan kue biji ketapang dan kue bawang. Terigu yang digunakan pada pembuatan kue biji ketapang dan kue bawang adalah terigu sedang yang memiliki kandungan protein 11. Terigu yang digunakan pada pembuatan donat adalah terigu keras dengan kandungan protein 13.5. Sumber protein kue biji ketapang sebagian besar berasal dari terigu dan kuning telur, dan sumber protein pada kue bawang sebagian besar berasal dari terigu. Menurut Depkes 1979 seperti yang dikuti oleh Almatsier 2002, kadar protein telur ayam adalah 12. Tepung ubi jalar hanya mengandung protein dalam jumlah yang kecil, yaitu 1.86 Tabel 10. Berdasarkan satu takaran saji Tabel 17, kebutuhan protein yang dapat dipenuhi dalam satu kali konsumsi donat sebesar 6, sedangkan pada kue bawang dan kue biji ketapang sebesar 3. Persentase AKG kue biji ketapang dan kue bawang relatif sama walaupun kandungan protein kue biji ketapang lebih tinggi daripada kue bawang. Hal ini disebabkan berat produk yang dikonsumsi dalam satu takaran saji berbeda. d. Kadar Lemak Lemak berfungsi sebagai sumber citarasa, sumber energi, pembentuk tekstur yang lembut pada produk, dan pembawa vitamin larut lemak Winarno, 2002. Lemak memberikan nilai energi lebih besar daripada karbohidrat dan protein, yaitu 9 kkal per gram. Lemak pada produk diukur dengan menggunakan metode ekstraksi Soxhlet. 61 Berdasarkan hasil analisis Tabel 14, kadar lemak kue biji ketapang paling tinggi, yaitu 31.09 bb, dan donat paling kecil, yaitu 16.27 bb. Kadar lemak kue bawang yaitu 29.76 bb. Lemak pada kue biji ketapang sebagian besar berasal dari telur, terutama kuning telur yang tinggi kolesterol, kelapa parut yang disangrai, dan minyak goreng. Lemak pada donat sebagian besar berasal dari kuning telur, margarin, dan minyak goreng. Lemak pada kue bawang sebagian besar berasal dari margarin, dan minyak goreng. Menurut Depkes 1979 seperti yang dikutip oleh Almatsier 2002, kadar lemak margarin adalah 81, telur ayam 11.5, dan minyak kelapa sawit 100. Kuning telur merupakan sumber utama kolesterol yaitu sebesar 2630 mg100g. Berdasarkan satu takaran saji Tabel 17, kebutuhan lemak yang dapat dipenuhi dalam satu kali konsumsi kue bawang 16 paling tinggi dibandingkan dengan donat 15, dan kue biji ketapang 14. Dengan demikian, kebutuhan lemak yang dapat dipenuhi dari kue bawang dan donat lebih tinggi dibandingkan kue biji ketapang walaupun kandungan lemak pada kue biji ketapang paling tinggi. Lemak memiliki peranan penting dalam menurunkan indeks glikemik IG. Kadar lemak donat paling rendah sehingga kemungkinan IG yang dihasilkan akan paling tinggi dibandingkan kue biji ketapang dan kue bawang. Namun pangan berlemak harus dikonsumsi secara bijaksana. Total konsumsi lemak tidak boleh melebihi 30 dari total energi dan total konsumsi lemak jenuh tidak melebihi 10 dari total energi. Konsumsi lemak jenuh dengan jumlah yang sangat tinggi dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol darah dan dapat berkorelasi dengan penyakit pada sistem kardiovaskuler Goldberg, 1994. Menurut WHO seperti yang dikutip oleh Almatsier 2002, konsumsi lemak sebanyak 15 – 30 kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan. e. Kadar Karbohidrat Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi utama bagi tubuh. Komponen karbohidrat yang banyak terdapat pada produk pangan adalah pati, gula, pektin, dan selulosa. Karbohidrat berperan dalam pembentukan 62 karakteristik produk pangan. Di dalam tubuh, karbohidrat membantu metabolisme protein dan lemak Winarno, 2002. Kadar karbohidrat produk dihitung dengan metode by difference. Analisis kimia menunjukkan bahwa kadar karbohidrat kue biji ketapang sebesar 59.14 bb, donat sebesar 54.95 bb, kue bawang sebesar 61.72 bb. Menurut Astawan dan Widowati 2006, energi yang dapat dimanfaatkan di dalam tubuh dan kemampuan meningkatkan kadar glukosa darah tidak selalu sejalan dengan kadar pati atau karbohidrat bahan pangan, karena sangat dipengaruhi oleh daya cerna dan pati resisten. Berdasarkan satu takaran saji Tabel 17, kebutuhan karbohidrat yang dapat dipenuhi dalam satu kali konsumsi donat 8 paling tinggi dibandingkan dengan kue bawang 6, dan kue biji ketapang 4. Karbohidrat tetap dibutuhkan sebagai sumber energi walaupun terdapat lemak yang juga dapat digunakan sebagai sumber energi. Hal ini disebabkan zat yang dapat digunakan oleh tubuh sebagai sumber energi bagi otak dan syaraf adalah glukosa Almatsier, 2001. f. Nilai Energi Nilai energi merupakan nilai yang diperoleh dari konversi protein, lemak, dan karbohidrat menjadi energi. Sumber energi terbesar adalah lemak yang menghasilkan 9 kkal energi per gram, sedangkan karbohirat dan protein menghasilkan energi sebesar 4 kkal per gram. Pada kue biji ketapang, donat, dan kue bawang, komponen gizi yang memberikan nilai energi terbesar adalah karbohidrat dan lemak yang kandungannya cukup tinggi. Berdasarkan hasil analisis kimia, urutan nilai energi ketiga produk terpilih dari yang terbesar hingga terkecil yaitu kue biji ketapang, kue bawang, dan donat Tabel 16. Berdasarkan satu takaran saji Tabel 17, energi paling tinggi pada donat 196 kkal dibandingkan kue biji ketapang 129 kkal dan kue bawang 166 kkal. Hal ini disebabkan konsumsi donat dalam satu takaran saji paling tinggi 50 gram dibandingkan kue biji ketapang 24 gram dan kue bawang 30 gram. 63 g. Kadar Serat Pangan Serat pangan sangat penting bagi tubuh, karena dapat memberikan pertahanan tubuh terhadap timbulnya berbagai macam penyakit seperti kanker usus besar, penyakit divertikular, penyakit kardiovaskuler, penyakit diabetes melitus, dan obesitas Muchtadi, 2001. Serat dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu serat larut Soluble Dietary Fiber dan serat tidak larut Insoluble Dietary Fiber. SDF merupakan komponen non- struktural, sedangkan IDF merupakan bagian dari struktural tanaman. Kadar serat pangan produk olahan goreng dapat dilihat pada Gambar 12. Serat pangan tidak larut IDF adalah serat pangan yang tidak dapat larut dalam air panas atau air dingin Winarno, 2002. Serat pangan tidak larut berperan penting dalam pencegahan disfungsi alat pencernaan seperti konstipasi, hemoroid, kanker usus besar, dan infeksi usus buntu Prosky dan Vries, 1992. Komponen yang tergolong ke dalam IDF adalah selulosa, lignin, sebagian besar hemiselulosa, lilin tanaman, dan senyawa pektat. Berdasarkan hasil analisis, kue biji ketapang memiliki kadar IDF tertinggi, yaitu sebesar 4.29, sedangkan donat memiliki kadar IDF terendah, yaitu sebesar 2.94. Kadar IDF kue bawang sebesar 3.20. Serat pangan larut SDF adalah serat pangan yang dapat larut dalam air hangat atau air panas dan dapat terendapkan oleh air yang telah dicampur dengan empat bagian etanol. Komponen yang tergolong ke dalam SDF adalah gum, pektin, dan hemiselulosa larut air. Kadar serat terutama serat pangan larut sangat mempengaruhi indeks glikemik. Menurut Chandalia et al. 2000, peningkatan konsumsi serat pangan, terutama serat pangan larut dapat menurunkan kolesterol plasma, dan meningkatkan kontrol glikemik. Serat pangan dapat meningkatkan kontrol glikemik dengan menurunkan atau menunda penyerapan karbohidrat. Berdasarkan hasil analisis, produk pangan yang memiliki total serat tertinggi adalah kue bawang, yaitu sebesar 7.87. SDF yang terkandung dalam kue bawang juga tertinggi, yaitu sebesar 4.68. Total serat kue biji ketapang sebesar 7.04, dan donat sebesar 6.39. Kadar SDF kue biji ketapang sebesar 2.76, dan donat sebesar 3.44. Total 64 serat kue bawang paling tinggi kemungkinan dipengaruhi oleh penggunaan daun seledri yang mengandung serat cukup tinggi. Dalam penentuan produk terpilih untuk uji lanjut indeks glikemik, faktor serat yang dipertimbangkan adalah serat pangan larut, dan total serat. Hal ini disebabkan pengaruh serat pangan larut terhadap indeks glikemik. Gambar 12. Kadar Serat Pangan pada Produk Olahan Goreng h. Daya Cerna Pati Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai indeks glikemik adalah daya cerna pati. Produk yang memiliki daya cerna pati rendah cenderung memiliki nilai indeks glikemik yang rendah. Daya cerna pati rendah berarti kemampuan pati untuk dihidrolisis menjadi gula-gula sederhana bersifat rendah sehingga peningkatan kadar glukosa darah akan lebih lambat. Peningkatan kadar glukosa yang rendah dapat meningkatkan sensitivitas produksi insulin dalam pankreas Ragnhild et al., 2004. Metode pengukuran daya cerna pati dilakukan secara in vitro Muchtadi, 1989. Dalam metode ini pati dihidrolisis oleh enzim α- amilase menjadi unit-unit maltosa. Jumlah maltosa yang dihasilkan diukur dengan spektrofotometer setelah direaksikan dengan asam dinitrosalisilat DNS, dan dihitung melalui kurva standar maltosa. Daya cerna pati produk dihitung sebagai persentase terhadap pati murni soluble starch. Daya cerna pati produk olahan goreng dapat dilihat pada Gambar 13. Kadar Serat Produk 7,87 4,29 2,94 3,20 3,44 2,76 4,68 7,04 6,39 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kue biji ketapang Donat Kue bawang Jenis produk K a da r s e ra t bb serat tidak larut serat larut total serat 65 Gambar 13. Daya Cerna Pati Produk Olahan Goreng Berdasarkan hasil analisis, daya cerna pati donat paling tinggi, yaitu 69.05 , sedangkan daya cerna pati kue biji ketapang paling rendah, yaitu 57.05. Daya cerna pati kue bawang yaitu 67.26. Tingginya daya cerna pati donat dibandingkan kue biji ketapang dan kue bawang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain jumlah pati, interaksi antara pati dengan komponen non pati, dan jumlah resistant starch yang terdapat dalam pati. Resistant starch adalah fraksi pati yang tidak dapat dihidrolisis pada usus halus tetapi kemudian difermentasi oleh mikroflora usus Haralampu, 2000. Pati yang mengalami retrogradasi merupakan salah satu contoh dari resistant starch. Pati yang mengalami retrogradasi menjadi sulit dicerna karena ikatan antar amilosa menjadi lebih kuat dibandingkan dengan sebelum terjadi gelatinisasi. Keberadaan komponen lain seperti serat pangan dan zat anti-gizi dapat mempengaruhi daya cerna pati. Tepung ubi jalar memiliki zat anti- gizi seperti rafinosa sebesar 0.5 berat basah Palmer, 1982. Rafinosa merupakan oligosakarida yang tidak dapat dicerna oleh bakteri karena tidak adanya enzim galaktosidase, tetapi dapat dicerna oleh bakteri pada usus bagian bawah sehingga menyebabkan terbentuknya gas dalam usus besar atau yang disebut flatulensi. Berdasarkan hasil analisis Gambar 13, kue biji ketapang yang mengandung persentase tepung ubi jalar paling tinggi, memiliki daya cerna pati yang rendah. Semakin tinggi tepung ubi 57,05 69,05 67,26 10 20 30 40 50 60 70 Daya cerna pati Kue biji ketapang Donat Kue bawang Jenis produk Daya Cerna Pati Produk 66 jalar dalam produk tersebut, semakin tinggi zat anti-gizi pada produk sehingga daya cerna patinya akan semakin rendah. Serat dapat menghambat pemecahan pati oleh enzim amilolitik karena terhalangnya granula pati yang menjadi substrat enzim oleh serat. Kue biji ketapang dan kue bawang memiliki daya cerna pati yang lebih rendah dibandingkan dengan donat sehingga kemungkinan indeks glikemik yang dihasilkan kue biji ketapang dan kue bawang juga akan lebih rendah dibandingkan dengan donat. i. Kadar Amilosa Molekul granula pati tersusun dari dua fraksi utama, yaitu amilosa dan amilopektin dalam rasio yang berbeda-beda pada setiap jenis pati Lineback dan Inglett, 1982. Pengukuran amilosa dilakukan berdasarkan prinsip iodine-binding. Amilosa akan berikatan dengan iodin pada pH rendah 4.5 – 4.8 sehingga terbentuk kompleks berbentuk heliks yang berwarna biru. Kadar amilosa produk olahan goreng dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan hasil analisis Gambar 14, kadar amilosa kue biji ketapang paling rendah yaitu 15.38, sedangkan kadar amilosa kue bawang paling tinggi yaitu 20.94. Amilosa mempengaruhi nilai indeks glikemik produk. Pati yang lebih banyak mengandung amilosa bersifat lebih resisten terhadap pencernaan pati karena struktur linier amilosa yang bersifat kompak Rashmi dan Urooj, 2003 sehingga lebih sulit untuk mengalami gelatinisasi. Selain itu, pati yang telah mengalami retrogradasi memiliki ikatan antar amilosa yang lebih kuat dibandingkan dengan ikatan antar amilosa sebelum terjadinya gelatinisasi yang menyebabkan pati menjadi lebih resisten terhadap pencernaan Haralampu, 2000. Dengan demikian, kadar amilosa yang tinggi cenderung menurunkan nilai indeks glikemik produk. Kadar amilosa donat dan kue bawang lebih tinggi dibandingkan kue biji ketapang. Hal ini dapat memberi pengaruh terhadap perbedaan nilai indeks glikemik. Berdasarkan klasifikasi dari IRRI International Rice Research Institute , kadar amilosa bahan berpati digolongkan menjadi tiga, yaitu 67 amilosa rendah 20, amilosa sedang 20-25 dan amilosa tinggi 25. Berdasarkan penggolongan tersebut, maka kue biji ketapang dan donat tergolong pangan beramilosa rendah, sedangkan kue bawang tergolong pangan beramilosa sedang. Gambar 14. Kadar Amilosa Produk Olahan Goreng

F. INDEKS GLIKEMIK