55 Hasil uji ranking donat Lampiran 10 menunjukkan formula yang
paling disukai adalah formula 2, sedangkan yang paling tidak disukai oleh panelis adalah formula 5. Walaupun formula 2 paling disukai, namun
berdasarkan uji rating, formula 2 tidak berbeda nyata dengan formula 4. Berdasarkan pertimbangan substitusi tepung ubi jalar yang semaksimal
mungkin, penggunaan gula yang rendah, dan kesukaan panelis, maka formula terpilih donat ubi jalar adalah formula 4 tepung ubi jalar 30, dan gula 16.
Formula terpilih donat dapat dilihat pada Gambar 10 b. Berdasarkan hasil uji hedonik, skor rata-rata kesukaan panelis terhadap
kue bawang ubi jalar berkisar antara 4.03 netral sampai 5.23 agak suka. Berdasarkan analisis sidik ragam Lampiran 11, formula berpengaruh nyata
pada taraf kepercayaan 95. Pada uji Duncan Lampiran 11, dapat dilihat bahwa formula 5 berbeda nyata dengan formula 1, 2, 3, 4, dan 6. Formula 1, 2,
3, 4, dan 6 tidak berbeda nyata satu sama lain dan berada pada subset 2. Hasil uji ranking kue bawang Lampiran 12 menunjukkan formula
yang paling disukai adalah formula 4, sedangkan yang paling tidak disukai oleh panelis adalah formula 5. Berdasarkan pertimbangan tingkat kesukaan
panelis, substitusi tepung ubi jalar yang semaksimal mungkin, dan penggunaan margarin untuk menurunkan indeks glikemik, maka formula
terpilih kue bawang ubi jalar adalah formula 6 tepung ubi jalar 50 dan margarin 10. Formula terpilih kue bawang dapat dilihat pada Gambar 10
c. Pemilihan formula 6 yang menggunakan margarin, karena mempertimbangkan pengaruh lemak pada margarin dalam menurunkan nilai
indeks glikemik kue bawang.
E. KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA PRODUK OLAHAN GORENG
Karakteristik Fisik Produk Olahan Goreng
Analisis sifat fisik yang dilakukan pada produk olahan goreng tepung ubi jalar klon BB00105.10 yaitu rendemen, dan tekstur. Analisis dilakukan
terhadap produk dengan formula terpilih hasil uji organoleptik.
56 a. Rendemen
Rendemen produk dihitung berdasarkan perbandingan adonan sebelum digoreng dengan produk akhir, yang dinyatakan dalam persen.
Berdasarkan analisis, rendemen kue biji ketapang sebesar 98.15, donat sebesar 99.65, dan kue bawang sebesar 96.56. Rendemen donat paling
besar. Hal ini kemungkinan disebabkan penyerapan minyak yang tinggi pada saat donat digoreng. Perbandingan rendemen ketiga jenis produk
olahan goreng dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Histogram Rendemen Produk Olahan Goreng b. Tekstur
Pengukuran tekstur menggunakan Texture Analyzer TAXT-2. Probe yang digunakan untuk mengukur tekstur masing-masing jenis
produk berbeda-beda. Probe yang digunakan pada pengukuran kekerasan kue biji ketapang dan kue bawang adalah P0.25s 14’’ ball probe. Probe
yang digunakan pada pengukuran kekerasan donat adalah P75. Tabel 14 menunjukkan setting texture analyzer yang digunakan dalam pengukuran
tekstur masing-masing produk. Berdasarkan hasil analisis Lampiran 13, tekstur kekerasan kue biji ketapang berkisar antara 1648 dan 1598 gf.
Kekerasan donat berkisar antara 2945 dan 2843 gf. Tingkat kerenyahan kue bawang berkisar antara 636 dan 586 gf. Hasil pengukuran kekerasan
produk olahan goreng dapat dilihat pada Tabel 15.
98.15
99.65
96.56
20 40
60 80
100
Rendemen
Kue Biji Ketapang
Donat Kue
Bawang
Jenis Produk Rendemen Produk
57 Tabel 14. Seting Tekstur Analyzer dalam Pengukuran Kekerasan Produk
Olahan Goreng Parameter
Setting Kue Biji
Ketapang Donat
Kue Bawang
Pre test speed mms
1.5 mms 1.0 mms
1.0 mms Test speed
mms 2.0 mms
1.7 mms 1.0 mms
Post test speed mms
10.0 mms 10.0 mms
10.0 mms Rupture test distance
mm 1.0 mm
1.0 mm 1.0 mm
Distance mm
25.0 mm 40.0 mm
3.0 mm Force
g 100 g
100 g 100 g
Time sec
5 sec 5 sec
5 sec Count
2 2 2
Jenis probe P0.25s P75
P0.25s
Tabel 15. Tingkat Kekerasan Produk Olahan Goreng Produk
Tingkat Kekerasan gf Kue biji ketapang
1623 Donat 2894
Kue bawang 611
Karakteristik Kimia Produk Olahan Goreng
Analisis sifat kimia yang dilakukan pada produk olahan goreng tepung ubi jalar klon BB00105.10 yaitu analisis kadar air, abu, protein, lemak,
karbohidrat, serat, daya cerna pati, dan kadar amilosa-amilopektin. Analisis dilakukan terhadap produk dengan formula terpilih hasil uji organoleptik.
Hasil analisis proksimat formulasi terpilih kue biji ketapang, donat, dan kue bawang dapat dilihat pada Tabel 16 dan Lampiran 14. Berdasarkan hasil
analisis proksimat, dapat dihitung nilai gizi produk berdasarkan takaran saji Tabel 17.
58 Tabel 16. Hasil Analisis Proksimat Produk Olahan Goreng
Komposisi Komposisi per 100 g bahan
Kue Biji Ketapang Donat
Kue Bawang Air g
3.38 21.33
1.97 Abu g
1.12 1.02
2.14 Protein g
5.27 6.43
4.41 Lemak g
31.09 16.27
29.76 Karbohidrat g
59.14 54.95
61.72 Energi kkal
537 392
553 Tabel 17. Informasi Nilai Gizi per Takaran Saji
Produk Berat per
takaran saji g
Komposisi Gizi per Takaran Saji Energi
kkal Karbohidrat
g Lemak
g Protein
g Kue biji
ketapang 24
129 14.19 4
7.46 14 1.26 3 Donat
50 196
27.48 8 8.14 15 3.22 6
Kue bawang 30
166 18.52 6
8.93 16 1.32 3 Keterangan : angka-angka di dalam adalah terhadap Angka Kecukupan
Gizi AKG berdasarkan diet 2000 kkal karbohidrat : 325 g; lemak : 55 g; protein : 50 g
a. Kadar Air Kadar air merupakan faktor yang mempengaruhi penampakan
tekstur, cita rasa pangan, daya tahan produk, kesegaran, dan penerimaan konsumen Winarno, 1997. Kadar air merupakan parameter utama yang
terlibat dalam kebanyakan reaksi perusakan bahan pangan. Berdasarkan hasil analisis, kadar air kue biji ketapang sebesar 3.38, donat sebesar
21.33, dan kue bawang sebesar 1.97. Kadar air kue bawang dan kue biji ketapang tergolong rendah. Kadar air yang rendah dapat
memperpanjang umur simpan produk. Oleh karena itu, kue biji ketapang dan kue bawang memiliki umur simpan yang lebih lama dibandingkan
donat.
59 Kadar air pada produk kue bawang dan kue biji ketapang
mempengaruhi tekstur kerenyahan dan kekerasan produk. Produk dengan kadar air rendah bersifat higroskopis mudah menyerap air sehingga harus
dilindungi terhadap masuknya uap air. Untuk menghambat atau mencegah masuknya uap air diperlukan bahan pengemas dengan permeabilitas uap
air yang rendah. Kadar air yang tinggi pada kue biji ketapang menyebabkan produk menurun kekerasannya, sedangkan pada kue bawang
menyebabkan produk menjadi tidak renyah. Kadar air rendah pada kue biji ketapang dan kue bawang dapat
menghambat terjadinya berbagai kerusakan, sehingga mutu produk tetap terjaga. Menurut Winarno 1984, kadar air pada bahan berkisar 3 – 7
akan mencapai kestabilan optimum, sehingga pertumbuhan mikroba dan reaksi-reaksi kimia yang merusak bahan seperti browning, hidrolisis atau
oksidasi lemak dapat dikurangi. Donat memiliki kadar air yang tinggi sehingga mudah rusak.
b. Kadar Abu Abu merupakan mineral-mineral anorganik yang memiliki
ketahanan cukup tinggi terhadap suhu pemasakan sehingga keberadaannya dalam bahan pangan bisa mengalami perubahan, namun cenderung tetap.
Berdasarkan hasil analisis Tabel 14, kadar abu kue biji ketapang sebesar 1.12 bb, donat sebesar 1.02 bb, dan kue bawang sebesar 2.14
bb. Kadar abu kue bawang paling tinggi kemungkinan disebabkan penggunaan garam 2 dari total tepung sebagai bahan baku yang
memiliki kandungan sodium tinggi. Kue biji ketapang dan donat tidak menggunakan garam sebagai bahan bakunya.
c. Kadar Protein Protein merupakan senyawa yang mengandung unsur-unsur C, H,
O, dan N. Penetapan kadar protein dilakukan dengan metode mikro- Kjeldahl. Kadar protein yang diperoleh adalah kadar protein kasar karena
dihitung berdasarkan nitrogen yang terkandung dalam bahan.
60 Berdasarkan hasil analisis, kadar protein donat paling tinggi, yaitu
6.43 bb, dan kadar protein kue bawang paling rendah, yaitu 4.41 bb. Kadar protein kue biji ketapang adalah 5.27 bb. Sumber protein
pada donat sebagian besar berasal dari terigu dan telur kuning telur dan putih telur. Kadar protein yang tinggi pada donat disebabkan persentase
tepung terigu pada donat paling tinggi 70 dibandingkan kue biji ketapang 30 dan kue bawang 50. Selain itu, terigu yang digunakan
dalam pembuatan donat memiliki kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan terigu yang digunakan pada pembuatan kue biji ketapang
dan kue bawang. Terigu yang digunakan pada pembuatan kue biji ketapang dan kue bawang adalah terigu sedang yang memiliki kandungan
protein 11. Terigu yang digunakan pada pembuatan donat adalah terigu keras dengan kandungan protein 13.5.
Sumber protein kue biji ketapang sebagian besar berasal dari terigu dan kuning telur, dan sumber protein pada kue bawang sebagian besar
berasal dari terigu. Menurut Depkes 1979 seperti yang dikuti oleh Almatsier 2002, kadar protein telur ayam adalah 12. Tepung ubi jalar
hanya mengandung protein dalam jumlah yang kecil, yaitu 1.86 Tabel 10.
Berdasarkan satu takaran saji Tabel 17, kebutuhan protein yang dapat dipenuhi dalam satu kali konsumsi donat sebesar 6, sedangkan
pada kue bawang dan kue biji ketapang sebesar 3. Persentase AKG kue biji ketapang dan kue bawang relatif sama walaupun kandungan protein
kue biji ketapang lebih tinggi daripada kue bawang. Hal ini disebabkan berat produk yang dikonsumsi dalam satu takaran saji berbeda.
d. Kadar Lemak Lemak berfungsi sebagai sumber citarasa, sumber energi,
pembentuk tekstur yang lembut pada produk, dan pembawa vitamin larut lemak Winarno, 2002. Lemak memberikan nilai energi lebih besar
daripada karbohidrat dan protein, yaitu 9 kkal per gram. Lemak pada produk diukur dengan menggunakan metode ekstraksi Soxhlet.
61 Berdasarkan hasil analisis Tabel 14, kadar lemak kue biji
ketapang paling tinggi, yaitu 31.09 bb, dan donat paling kecil, yaitu 16.27 bb. Kadar lemak kue bawang yaitu 29.76 bb. Lemak pada
kue biji ketapang sebagian besar berasal dari telur, terutama kuning telur yang tinggi kolesterol, kelapa parut yang disangrai, dan minyak goreng.
Lemak pada donat sebagian besar berasal dari kuning telur, margarin, dan minyak goreng. Lemak pada kue bawang sebagian besar berasal dari
margarin, dan minyak goreng. Menurut Depkes 1979 seperti yang dikutip oleh Almatsier 2002, kadar lemak margarin adalah 81, telur
ayam 11.5, dan minyak kelapa sawit 100. Kuning telur merupakan sumber utama kolesterol yaitu sebesar 2630 mg100g.
Berdasarkan satu takaran saji Tabel 17, kebutuhan lemak yang dapat dipenuhi dalam satu kali konsumsi kue bawang 16 paling tinggi
dibandingkan dengan donat 15, dan kue biji ketapang 14. Dengan demikian, kebutuhan lemak yang dapat dipenuhi dari kue bawang dan
donat lebih tinggi dibandingkan kue biji ketapang walaupun kandungan lemak pada kue biji ketapang paling tinggi.
Lemak memiliki peranan penting dalam menurunkan indeks glikemik IG. Kadar lemak donat paling rendah sehingga kemungkinan
IG yang dihasilkan akan paling tinggi dibandingkan kue biji ketapang dan kue bawang. Namun pangan berlemak harus dikonsumsi secara bijaksana.
Total konsumsi lemak tidak boleh melebihi 30 dari total energi dan total konsumsi lemak jenuh tidak melebihi 10 dari total energi. Konsumsi
lemak jenuh dengan jumlah yang sangat tinggi dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol darah dan dapat berkorelasi dengan penyakit pada
sistem kardiovaskuler Goldberg, 1994. Menurut WHO seperti yang dikutip oleh Almatsier 2002, konsumsi lemak sebanyak 15 – 30
kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan. e. Kadar Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi utama bagi tubuh. Komponen karbohidrat yang banyak terdapat pada produk pangan adalah
pati, gula, pektin, dan selulosa. Karbohidrat berperan dalam pembentukan
62 karakteristik produk pangan. Di dalam tubuh, karbohidrat membantu
metabolisme protein dan lemak Winarno, 2002. Kadar karbohidrat produk dihitung dengan metode by difference. Analisis kimia
menunjukkan bahwa kadar karbohidrat kue biji ketapang sebesar 59.14 bb, donat sebesar 54.95 bb, kue bawang sebesar 61.72 bb.
Menurut Astawan dan Widowati 2006, energi yang dapat dimanfaatkan di dalam tubuh dan kemampuan meningkatkan kadar glukosa darah tidak
selalu sejalan dengan kadar pati atau karbohidrat bahan pangan, karena sangat dipengaruhi oleh daya cerna dan pati resisten.
Berdasarkan satu takaran saji Tabel 17, kebutuhan karbohidrat yang dapat dipenuhi dalam satu kali konsumsi donat 8 paling tinggi
dibandingkan dengan kue bawang 6, dan kue biji ketapang 4. Karbohidrat tetap dibutuhkan sebagai sumber energi walaupun terdapat
lemak yang juga dapat digunakan sebagai sumber energi. Hal ini disebabkan zat yang dapat digunakan oleh tubuh sebagai sumber energi
bagi otak dan syaraf adalah glukosa Almatsier, 2001. f. Nilai Energi
Nilai energi merupakan nilai yang diperoleh dari konversi protein, lemak, dan karbohidrat menjadi energi. Sumber energi terbesar adalah
lemak yang menghasilkan 9 kkal energi per gram, sedangkan karbohirat dan protein menghasilkan energi sebesar 4 kkal per gram. Pada kue biji
ketapang, donat, dan kue bawang, komponen gizi yang memberikan nilai energi terbesar adalah karbohidrat dan lemak yang kandungannya cukup
tinggi. Berdasarkan hasil analisis kimia, urutan nilai energi ketiga produk terpilih dari yang terbesar hingga terkecil yaitu kue biji ketapang, kue
bawang, dan donat Tabel 16. Berdasarkan satu takaran saji Tabel 17, energi paling tinggi pada donat 196 kkal dibandingkan kue biji ketapang
129 kkal dan kue bawang 166 kkal. Hal ini disebabkan konsumsi donat dalam satu takaran saji paling tinggi 50 gram dibandingkan kue biji
ketapang 24 gram dan kue bawang 30 gram.
63 g. Kadar Serat Pangan
Serat pangan sangat penting bagi tubuh, karena dapat memberikan pertahanan tubuh terhadap timbulnya berbagai macam penyakit seperti
kanker usus besar, penyakit divertikular, penyakit kardiovaskuler, penyakit diabetes melitus, dan obesitas Muchtadi, 2001. Serat dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu serat larut Soluble Dietary Fiber dan serat tidak larut Insoluble Dietary Fiber. SDF merupakan komponen non-
struktural, sedangkan IDF merupakan bagian dari struktural tanaman. Kadar serat pangan produk olahan goreng dapat dilihat pada Gambar 12.
Serat pangan tidak larut IDF adalah serat pangan yang tidak dapat larut dalam air panas atau air dingin Winarno, 2002. Serat pangan tidak
larut berperan penting dalam pencegahan disfungsi alat pencernaan seperti konstipasi, hemoroid, kanker usus besar, dan infeksi usus buntu Prosky
dan Vries, 1992. Komponen yang tergolong ke dalam IDF adalah selulosa, lignin, sebagian besar hemiselulosa, lilin tanaman, dan senyawa
pektat. Berdasarkan hasil analisis, kue biji ketapang memiliki kadar IDF tertinggi, yaitu sebesar 4.29, sedangkan donat memiliki kadar IDF
terendah, yaitu sebesar 2.94. Kadar IDF kue bawang sebesar 3.20. Serat pangan larut SDF adalah serat pangan yang dapat larut
dalam air hangat atau air panas dan dapat terendapkan oleh air yang telah dicampur dengan empat bagian etanol. Komponen yang tergolong ke
dalam SDF adalah gum, pektin, dan hemiselulosa larut air. Kadar serat terutama serat pangan larut sangat mempengaruhi indeks glikemik.
Menurut Chandalia et al. 2000, peningkatan konsumsi serat pangan, terutama serat pangan larut dapat menurunkan kolesterol plasma, dan
meningkatkan kontrol glikemik. Serat pangan dapat meningkatkan kontrol glikemik dengan menurunkan atau menunda penyerapan karbohidrat.
Berdasarkan hasil analisis, produk pangan yang memiliki total serat tertinggi adalah kue bawang, yaitu sebesar 7.87. SDF yang
terkandung dalam kue bawang juga tertinggi, yaitu sebesar 4.68. Total serat kue biji ketapang sebesar 7.04, dan donat sebesar 6.39. Kadar
SDF kue biji ketapang sebesar 2.76, dan donat sebesar 3.44. Total
64 serat kue bawang paling tinggi kemungkinan dipengaruhi oleh penggunaan
daun seledri yang mengandung serat cukup tinggi. Dalam penentuan produk terpilih untuk uji lanjut indeks glikemik, faktor serat yang
dipertimbangkan adalah serat pangan larut, dan total serat. Hal ini disebabkan pengaruh serat pangan larut terhadap indeks glikemik.
Gambar 12. Kadar Serat Pangan pada Produk Olahan Goreng h. Daya Cerna Pati
Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai indeks glikemik adalah daya cerna pati. Produk yang memiliki daya cerna pati rendah cenderung
memiliki nilai indeks glikemik yang rendah. Daya cerna pati rendah berarti kemampuan pati untuk dihidrolisis menjadi gula-gula sederhana bersifat
rendah sehingga peningkatan kadar glukosa darah akan lebih lambat. Peningkatan kadar glukosa yang rendah dapat meningkatkan sensitivitas
produksi insulin dalam pankreas Ragnhild et al., 2004. Metode pengukuran daya cerna pati dilakukan secara in vitro
Muchtadi, 1989. Dalam metode ini pati dihidrolisis oleh enzim α-
amilase menjadi unit-unit maltosa. Jumlah maltosa yang dihasilkan diukur dengan spektrofotometer setelah direaksikan dengan asam dinitrosalisilat
DNS, dan dihitung melalui kurva standar maltosa. Daya cerna pati produk dihitung sebagai persentase terhadap pati murni soluble starch.
Daya cerna pati produk olahan goreng dapat dilihat pada Gambar 13.
Kadar Serat Produk
7,87
4,29 2,94
3,20 3,44
2,76 4,68
7,04 6,39
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Kue biji ketapang Donat
Kue bawang
Jenis produk K
a da
r s e
ra t
bb
serat tidak larut serat larut
total serat
65 Gambar 13. Daya Cerna Pati Produk Olahan Goreng
Berdasarkan hasil analisis, daya cerna pati donat paling tinggi, yaitu 69.05 , sedangkan daya cerna pati kue biji ketapang paling rendah,
yaitu 57.05. Daya cerna pati kue bawang yaitu 67.26. Tingginya daya cerna pati donat dibandingkan kue biji ketapang dan kue bawang dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain jumlah pati, interaksi antara pati dengan komponen non pati, dan jumlah resistant starch yang terdapat
dalam pati. Resistant starch adalah fraksi pati yang tidak dapat dihidrolisis pada usus halus tetapi kemudian difermentasi oleh mikroflora usus
Haralampu, 2000. Pati yang mengalami retrogradasi merupakan salah satu contoh dari resistant starch. Pati yang mengalami retrogradasi
menjadi sulit dicerna karena ikatan antar amilosa menjadi lebih kuat dibandingkan dengan sebelum terjadi gelatinisasi.
Keberadaan komponen lain seperti serat pangan dan zat anti-gizi dapat mempengaruhi daya cerna pati. Tepung ubi jalar memiliki zat anti-
gizi seperti rafinosa sebesar 0.5 berat basah Palmer, 1982. Rafinosa merupakan oligosakarida yang tidak dapat dicerna oleh bakteri karena
tidak adanya enzim galaktosidase, tetapi dapat dicerna oleh bakteri pada usus bagian bawah sehingga menyebabkan terbentuknya gas dalam usus
besar atau yang disebut flatulensi. Berdasarkan hasil analisis Gambar 13,
kue biji ketapang yang mengandung persentase tepung ubi jalar paling tinggi, memiliki daya cerna pati yang rendah. Semakin tinggi tepung ubi
57,05 69,05
67,26
10 20
30 40
50 60
70
Daya cerna pati
Kue biji ketapang Donat
Kue bawang
Jenis produk
Daya Cerna Pati Produk
66 jalar dalam produk tersebut, semakin tinggi zat anti-gizi pada produk
sehingga daya cerna patinya akan semakin rendah. Serat dapat menghambat pemecahan pati oleh enzim amilolitik karena terhalangnya
granula pati yang menjadi substrat enzim oleh serat. Kue biji ketapang dan kue bawang memiliki daya cerna pati yang lebih rendah dibandingkan
dengan donat sehingga kemungkinan indeks glikemik yang dihasilkan kue biji ketapang dan kue bawang juga akan lebih rendah dibandingkan
dengan donat. i. Kadar Amilosa
Molekul granula pati tersusun dari dua fraksi utama, yaitu amilosa dan amilopektin dalam rasio yang berbeda-beda pada setiap jenis pati
Lineback dan Inglett, 1982. Pengukuran amilosa dilakukan berdasarkan prinsip iodine-binding. Amilosa akan berikatan dengan iodin pada pH
rendah 4.5 – 4.8 sehingga terbentuk kompleks berbentuk heliks yang berwarna biru. Kadar amilosa produk olahan goreng dapat dilihat pada
Gambar 14. Berdasarkan hasil analisis Gambar 14, kadar amilosa kue biji
ketapang paling rendah yaitu 15.38, sedangkan kadar amilosa kue bawang paling tinggi yaitu 20.94. Amilosa mempengaruhi nilai indeks
glikemik produk. Pati yang lebih banyak mengandung amilosa bersifat lebih resisten terhadap pencernaan pati karena struktur linier amilosa yang
bersifat kompak Rashmi dan Urooj, 2003 sehingga lebih sulit untuk mengalami gelatinisasi. Selain itu, pati yang telah mengalami retrogradasi
memiliki ikatan antar amilosa yang lebih kuat dibandingkan dengan ikatan antar amilosa sebelum terjadinya gelatinisasi yang menyebabkan pati
menjadi lebih resisten terhadap pencernaan Haralampu, 2000. Dengan demikian, kadar amilosa yang tinggi cenderung menurunkan nilai indeks
glikemik produk. Kadar amilosa donat dan kue bawang lebih tinggi dibandingkan kue biji ketapang. Hal ini dapat memberi pengaruh terhadap
perbedaan nilai indeks glikemik. Berdasarkan klasifikasi dari IRRI International Rice Research
Institute , kadar amilosa bahan berpati digolongkan menjadi tiga, yaitu
67 amilosa rendah 20, amilosa sedang 20-25 dan amilosa tinggi
25. Berdasarkan penggolongan tersebut, maka kue biji ketapang dan donat tergolong pangan beramilosa rendah, sedangkan kue bawang
tergolong pangan beramilosa sedang.
Gambar 14. Kadar Amilosa Produk Olahan Goreng
F. INDEKS GLIKEMIK