BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Akne Vulgaris 2.1.1. Defenisi Akne Vulgaris
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh
sendiri, menyerang dan mengenai appendages kulit yaitu kelenjar lemak kulit sehingga daerah kulit yang lebih sering terkena adalah bagian kulit
yang banyak mengandung kelenjar lemak yaitu muka, leher, dada, bahu, punggung, dan lengan atas bagian atas Efendi, 2003; Wasitaatmadja, 2011.
Gambaran utamanya adalah terdapatnya berbagai tipe lesi pada saat yang sama berupa komedo tertutup „kepala putih‟ dan terbuka „kepala hitam‟,
papula, pustula, nodul, kista, dan jaringan parut Graham-Brown dan Burns, 2005. Kemudian lesi akne vulgaris tersebut dapat berkomplikasi menjadi
skar yang permanen Fulton dan Harper, 2013.
2.1.2. Epidemiologi Akne Vulgaris
Akne vulgaris terjadi sedemikian sering sehingga dikatakan oleh sebagian penulisan praktis mengenai semua orang pada suatu saat selama
kehidupan mereka McCalmont, 2007. Akne vulgaris merupakan masalah yang paling umum dialami remaja dengan kejadian mendekati 80 - 90,
paling banyak terjadi di wajah, beberapa kasus terjadi di leher dan juga di punggung bagian atas Strasburger et al., 2006; Pampaniya dan Pandya,
2013. Insidensi tertinggi terdapat pada perempuan antara umur 14 – 17
tahun dan pada laki-laki antara umur 16 – 19 tahun dan pada masa itu lesi
Universitas Sumatera Utara
yang predominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi meradang Wasitaatmadja, 2011.
Rendahnya tingkat kejadian akne vulgaris pada remaja di Jepang, setengah dari remaja di Amerika pada tahun 1964, dapat dikaitkan dengan
genetika, tetapi penelitian baru menunjukkan bahwa setelah pergantian makanan tradisional Jepang menjadi makanan cepat saji, yang berasal dari
budaya Barat, tingkat kejadian akne vulgaris antara Jepang dan Amerika kini sama Treloar, 2012. Tidak ada bukti bahwa perbedaan etnis atau ras
mempengaruhi perkembangan akne vulgaris, meskipun kulit hitam memiliki insidens yang lebih tinggi pada akne vulgaris Collier, Freeman, dan
Dellavalle, 2008.
2.1.3. Etiologi Akne Vulgaris
Kausa akne vulgaris sendiri tidak diketahui tetapi banyak faktor yang berpengaruh, antara lain Ebling FJ, Rook A, 1972; Cunliffe, 1980; Siregar,
2005; Mohan, 2007; Collier, Freeman, dan Dellavalle, 2008; Zouboulis, 2009; Gurriannisha, 2010; Williams, Dellavalle, dan Garner, 2012; Kabau,
2012; Harahap, 2013 : 1.
Sebum Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Akne biasanya
terbatas pada wajah, dada dan punggung dan lengan atas, daerah dimana kelenjar sebasea berkembang dengan baik. Keaktifan kelenjar sebasea
akan mempengaruhi banyak sedikitnya produksi sebum.
2. Bakteria
Dua spesies bakteri yang utama berpengaruh terhadap akne vulgaris adalah Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes. Bakteri ini
berperan dalam iritasi epitel folikel dan mempermudah terjadinya akne
Universitas Sumatera Utara
dengan membentuk enzim lipase yang dapat memecah trigliserida menjadi asam
lemak bebas
yang bersifat
komedogenik. Selain
itu, Corynebacterium acnes juga sering ditemukan di lesi akne. Dengan
pemeriksaan immunofluorescent, C.acnes ditemukan di folikel semua pasien dengan akne berjenis papular atau pustular.
3. Herediter
Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar sebasea. Peningkatan sekresi sebum dijumpai pada mereka yang memiliki
kromosom yang abnormal, meliputi 46XYY, 46XY + 4p+; 14q- dan partial trisomi 13. Hal ini berkaitan dengan timbulnya akne nodulokistik.
Menurut Pindha dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, 2004, penelitian di Jerman menunjukkan bahwa akne terdapat pada 45
remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita akne, dan hanya 8 bila kedua orang tuanya tidak menderita akne.
4. Bangsaras
Ras-ras tertentu, seperti kaukasian, memiliki akne vulgaris yang lebih parah dibandingkan ras yang lain. Orang kulit hitam pun lebih banyak
terkena dibanding dengan orang kulit putih.
5. Hormon
Hormon androgen memegang peranan penting karena kelenjar sebasea sangat sensitif terhadap hormon ini dan menyebabkan kelenjar sebasea
bertambah besar dan produksi sebum meningkat. Progesteron, dalam jumlah fisiologik, tak mempunyai efek terhadap aktivitas kelenjar lemak.
Produksi sebum tetap selama siklus mestruasi, akan tetapi kadang –
kadang progesteron dapat menyebabkan akne premenstrual dan menetap sampai seminggu setelah menstruasi.
Universitas Sumatera Utara
6. Diet
Makanan yang banyak mengandung lemak dapat mempermudah timbulnya akne. Beberapa pihak yakin bahwa di beberapa individu,
makanan yang mengandung lemak, terutama gorengan, coklat, kacang –
kacangan, keju, daging berlemak, susu, dan es krim, dapat memicu eksaserbasi karena lemak di dalam makanan dapat mengubah komposisi
sebum dan menaikkan produksi kelenjar sebasea.
7. Iklim
Akne vulgaris biasanya bertambah hebat pada musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas. Menurut Cunliffe, pada musim
panas didapatkan 60 perbaikan akne, 20 tidak ada perubahan, dan 20 bertambah hebat. Bertambah hebatnya akne pada musim panas bukan
disebabkan oleh sinar u.v., melainkan oleh banyaknya keringat pada keadaan yang sangat lembab dan panas tersebut. Hidrasi pada stratum
korneum epidermis dapat merangsang terjadinya akne.
8. Psikis
Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne. Faktor ini tampak jika seseorang susah tidur dan
menghadapi pekerjaan yang memerlukan konsentrasi, maka akne akan kambuh. Mekanisme yang pasti mengenai hal ini belum diketahui.
Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi aknenya secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi
radang yang baru.
9. Kosmetika
Pemakaian bahan-bahan kosmetika yang bersifat komedogenik secara terus menerus dalam waktu lama dapat menyebabkan suatu bentuk akne
ringan yang terutama terdiri dari komedo tertutup dengan berbagai lesi papulopustular pada pipi dan dagu.
Universitas Sumatera Utara
10. Bahan-bahan kimia.
Beberapa macam bahan kimia dapat menyebabkan erupsi yang mirip dengan akne acneiform-eruption, seperti yodida, kortikosteroid, I.N.H,
obat anti konvulsan difenilhidantoin, fenobarbital dan trimetandion, tetrasiklin, dan vitamin B
12
.
2.1.4. Patogenesis Akne Vulgaris