Pengaruh Teknik Membaca Cepat Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Materi Memahami Isi Cerpen Siswa Kelas X Smk (Studi Kasus Di Smk Ymj Ciputat)

(1)

(Studi Kasus di SMK YMJ CIPUTAT)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh: Dewi Handayani

107013000981

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Pengaruh Teknik Membaca Cepat terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Materi Memahami Isi Cerpen Siswa Kelas X SMK, Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh teknik membaca cepat terhadap hasil belajar bahasa Indonesia pada materi memahami isi cerpen siswa kelas X SMK. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian hanya menggunakan postest. Populasinya adalah seluruh siswa SMK YMJ CIPUTAT. Dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Sampel yang terpilih yaitu kelas X-Pariwisata sebagai kelas eksperimen (yang dalam pembelajaran menggunakan teknik membaca cepat) dan kelas X-BM sebagai kelas kontrol (yang pembelajarannya menggunakan teknik membaca konvensional). Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar Bahasa Indonesia berbentuk pilihan ganda sebanyak 18 soal. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t, dan berdasarkan perhitungan uji-t diperoleh thitung 2,16 dan ttabel 1,65 pada taraf signifikansi 5% yang berarti thitung > ttabel (2,16 > 1,65). Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan teknik membaca cepat terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt atas limpahan rahmat serta karunia yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup penulis berupa cahaya Islam.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga atas bimbingan dan dukungan serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada :

1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mempermudah dan memperlancar penyelesaian skripsi ini.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd dan Dra. Hindun,M.Pd selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bimbingan serta bantuan kepada penulis selama ini.

3. Dr. Nuryani, M.A selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing penulis dalam membuat skripsi ini.

4. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. H. Syarief Mukhsin, SE.,M.Pd selaku Kepala Sekolah SMK YMJ CIPUTAT, serta segenap guru dan karyawan sekolah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

6. Paling istimewa untuk ayahanda Hana Rohana dan Ibunda tercinta (Alm) Dede Amanah, S.Pd, yang nuraninya mengalir indah dalam darahku, yang


(7)

telah tulus merawat, membesarkan, mendidik, dan mencurahkan kasih sayang serta tak bosan-bosannya memberikan dukungan, semangat dan doa untuk penulis.

7. Suami tercinta Doddy Supriyadi, yang selalu mengisi hari-hari saya dengan keindahan.

8. Kakak tercinta M. Handi Hidayat, S.Sos.i, yang selalu memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.

9. M. Dofir, S.Pd., selaku guru di SMK YMJ, terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabat seperjuangan mahasiswa satu angkatan 2007, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Anung Adhi Nugroho, Putry Agustina, terima kasih untuk semua dukungan dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

11.Adik – adik mahasiswa PBSI angkatan 2010 ; Sri Wahyuningsi, Dessy Husnul Qotimah, dan Nur Amalina, terima kasih atas semua bantuan dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap dan berdoa kepada Allah swt, agar seluruh pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis, akan mendapatkan balasan yang setimpal,

jazakumullah akhsanal jaza.

Jakarta, Juli 2014

Dewi Handayani


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

SURAT KETERANGAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Tujuan Penelitian ... 5

BAB II ACUAN TEORITIK A. Hakikat Membaca ... 7

1. Pengertian Membaca ... 7

2. Tujuan Membaca ... 9

3. Jenis-jenis Membaca ... 12

4. Hasil Belajar ... 20

5. Hakikat Cerpen atau Cerita Pendek ... 33

6. Penelitian relevan ... 41


(9)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 43

B. Metode dan Desain Penelitian ... 43

C. Variabel Penelitian ... 44

D. Populasi dan Sampel ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Analisis Data... 48

G. Perumusan Hipotesis Statistik ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah ... 53

B. Deskripsi Data ... 54

C. Pengujian Prasyarat Analisis ... 59

D. Pengujian Hipotesis ... 61

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

F. Keterbatasan Penelitian ... 64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 65

B. Saran ... 65


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Desain Penelitian ... 44

Tabel 2 Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen ... 55

Tabel 3 Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelompok Kontrol ... 57

Tabel 4 Perbandingan Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 59

Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol .... 60

Tabel 6 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol 61 Tabel 7 Hasil Uji Perbedaan dengan Statistik Uji t ... 62


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol . Lampiran 2 Langkah – langkah dan Perhitungan Validitas Item Uji Coba

Instrumen

Lampiran 3 Langkah – langkah dan Perhitungan Reliabilitas Item Uji Coba Instrumen

Lampiran 4 Langkah-Langkah Perhitungan Indeks Kesukaran Tes Berbentuk Pilihan Ganda

Lampiran 5 Langkah-Langkah Perhitungan Daya Beda Tes Berbentuk Pilihan Ganda

Lampiran 6 Hasil Perhitungan Validitas, Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Tes Soal Postes

Lampiran 7 Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol dan Eksperimen Lampiran 8 Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kontrol

Lampiran 9 Perhitungan Uji Homogenitas Lampiran 10 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah suatu hal yang sangat penting bagi seseorang sebagai anggota masyarakat. Bahasa digunakan oleh seseorang untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Tanpa adanya bahasa, seseorang tidak mungkin bisa komunikasi dengan orang lain di sekitarnya. Oleh karena itu, keterampilan berbahasa sangat diperlukan bagi semua orang, serta dikembangkan sejak dini agar seseorang dapat berkomunikasi dan berinteraksi di masyarakat dengan baik.

Bahasa sangat penting sebagai alat komunikasi, maka di dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat pembelajaran berbahasa dengan baik serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan orang lain. Adapun tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dimaksudkan agar siswa lebih mahir dalam menggunakan keterampilan berbahasa dengan baik, sehingga ketika siswa sudah menamatkan jenjang pendidikan di sekolah, mereka akan lebih terampil menggunakan bahasa secara lisan maupun tulisan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan adanya sistim pendidikan dan proses belajar mengajar dengan baik. Sehubungan dengan itu, dalam proses kegiatan belajar mengajar, khususnya seorang guru dituntut untuk mengajar dengan baik.Hal yang harus dilakukan seorang guru agar mengajar dengan baik yaitu merencanakan program pembelajaran, menguasai materi yang akan disampaikan, mampu mengelola kelas, mampu memilih serta menggunakan


(13)

media, dan memilih pendekatan yang tepat. Semua itu bertujuan untuk membuat siswa aktif dalam belajar.

Standar Kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia mempunyai empat keterampilan yaitu berbicara, membaca, menulis, dan menyimak. Keempat keterampilan berbahasa tersebut dalam pembelajaran saling berkaitan erat satu sama lain. Di antaranya pengajaran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis saling erat kaitannya. Segala usaha untuk meningkatkan salah satu segi bahasa tersebut jelas akan berpengaruh kepada ketiga segi lainnya.

Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dikembangkan di tiap sekolah yakni keterampilan membaca cepat. Siswa SMK YMJ termasuk fase remaja yang mempunyai masalah dalam membaca cepat, dengan usianya membuat mereka malas untuk membaca di dalam atau di luar kelas. Selain faktor di atas, kurangnya pengetahuan konsep membaca cepat yang benar menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada pemahaman siswa dalam memahami suatu bacaan atau teks dalam hal ini cerpen.

Keterampilan membaca sebagai keterampilan berbahasa yang dipelajari oleh manusia sebelum keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis, akan tetapi dalam kenyataannya sebagian besar siswa kurang berminat pada keterampilan membaca di sekolah.

Persoalan membaca tidak terlepas dari pengaruh keyakinan seseorang dalam membaca, bahwa dengan membaca seseorang mampu mendapatkan perbendaharaan kata dari bahan wacana yang telah dibacanya. Pengalaman


(14)

belajar membaca dan kegiatan membaca di sekolah maupun keluarga, sangat berpengaruh dalam membentuk kebiasaan membaca. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu membuat siswa agar gemar membaca, khususnya membaca cepat.

Suatu hal yang tidak dapat diabaikan dalam membaca cepat pada pembelajaran bahasa Indonesia adalah terjadinya salah pengertian dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan oleh kurang membudayanya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Membudayakan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebaiknya dimulai dari kalangan pelajar dengan jalan meningkatkan kemampuan membaca cepat agar dapat memahami semua materi pembelajaran dengan cepat, khususnya pelajaran bahasa Indonesia. Kondisi yang seperti inilah yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya, khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti memilih judul penelitian Pengaruh Teknik Membaca Cepat Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia pada Materi Memahami Isi Cerpen Siswa Kelas X SMK Yayasan Miftahul Jannah (YMJ), Ciputat Tahun Pelajaran 20013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut :


(15)

1. Membaca cepat masih sangat sulit dilakukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini dilihat dari rendahnya minat membaca di kalangan siswa.

2. Beberapa siswa mengatakan bahwa membaca buku sangat menyita waktu. Untuk itu, sangatlah perlu siswa menguasai cara membaca buku dengan cepat tanpa mengabaikan makna yang tersirat dari isi buku yang dibaca.

3. Dalam pelaksanaan membaca cepat ada beberapa faktor yang dapat menghambat. Banyak siswa yang mengalami kendala dalam menerapkan cara membaca dengan cepat. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor eksternal maupun faktor internal dari siswa. 4. Siswa mampu untuk membaca dengan cepat, tetapi sering kali pesan

atau ilmu yang terdapat dalam buku tersebut tidak dapat tersampaikan dengan sebagaimana mestinya.

C. Pembatasan Masalah

Setelah mengidentifikasi masalah, peneliti memfokuskan masalah penelitian pada :

a. Aspek kemampuan membaca cepat siswa b. Mengetahui tingkat pemahamannya

c. Pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa pada bidang studi bahasa Indonesia.


(16)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “ Bagaimanakah PengaruhTeknik Membaca Cepat Terhadap Hasil

Belajar Bahasa Indonesia pada Materi Memahami Isi Cerpen Siswa Kelas X SMK Yayasan Miftahul Jannah (YMJ), Ciputat Tahun Pelajaran 2013/2014?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan ada atau tidaknya pengaruh teknik membaca cepat terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia pada materi memahami isi cerpen siswa kelas X SMK Yayasan Miftahul Jannah (YMJ), Ciputat Tahun Pelajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu secara teoretis dan praktis.

1. Manfaat Teoretis

Dari segi teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan pengetahuan tentang pengaruh kecepatan membaca terhadap prestasi belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak. Bagi guru, penelitian ini berguna sebagai bahan pertimbangan dalam menggunakan atau memilih teknik pembelajaran yang tepat untuk


(17)

mengatasi kesulitan dalam pengajaran materi membaca cepat. Sedangkan bagi siswa, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan dalam meningkatkan hasil belajar dengan membiasakan membaca cepat. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini maka teori yang diperoleh dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat menambah pengalaman peneliti terkait pembelajaran membaca. Bagi sekolah, adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya peningkatan kualitas guru dan siswa, sehingga mutu pendidikan di sekolah dapat meningkat kearah yang lebih baik dan maju.


(18)

BAB II

ACUAN TEORETIS

A. Hakikat Membaca

1. Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.1Selain itu, membaca juga merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari teks (bahasa tulis) yang dibaca. Kegiatan membaca akan menambah pengetahuan, ilmu, pengalaman, dan peka terhadap informasi yang ada. Oleh karena itu, dengan memperbanyak membaca maka dapat memperluas wawasan si pembaca.

Membaca merupakan proses merekonstruksi makna dari bahan-bahan cetak.2 Definisi ini memberikan kita pemahaman bahwa membaca bukan sekedar dilafalkan saja bunyinya, namun harus dipahami makna yang terkandung di dalamnya. Sedangkan komunikasi antara pembaca dan penulis akan semakin baik jika pembaca mempuyai kemampuan yang lebih baik dalam memahami teksnya. Hal itu dapat menunjukkan bahwa membaca bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan suatu proses yang tergabung ke dalam suatu sikap, yaitu sikap pembaca aktif dan interaktif.

1

Henry Guntur Tarigan, Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:

Angkasa, 2008), h.7

2

Mulyati dkk, Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h.45


(19)

Membaca merupakan proses yang kompleks.3 Maksudnya membaca merupakan suatu kemampuan yang kompleks dan memerlukan suatu latihan agar berhasil dalam membaca secara maksimal. Selanjutnya pengertian tentang membaca yang dipaparkan oleh Sri Hartati, yaitu membaca berguna untuk mendapatkan informasi, sehingga perlu pemahaman terhadap isi bacaan.4 Maka dari itu, seseorang yang membaca harus berusaha memahami teks bacaan agar informasi yang ada di dalam teks bacaan tersebut dapat dipahami.

Membaca adalah suatu aktivitas yang rumit atau komplek karena bergantung pada keterampilan berbahasa siswa berikut tingkat pembelajarannya.5 Di dalam membaca, seseorang harus menyesuaikan bahan bacaannya terlebih dahulu sebelum memulai proses membaca.

Dari pendapat tokoh-tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang sangat kompleks menuntut kemampuan pemahaman pembacanya secara aktif dan interaktif, dan berlatih secara terus-menerus agar mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Tujuan Membaca

Setiap yang kita lakukan, pada dasarnya mengandung tujuan. Dengan adanya tujuan, maka kita tidak salah melangkah atau tersesat dalam melaksanakan kegiatan. Begitu juga dengan kegiatan keterampilan membaca. Apabila dalam kegiatan membaca kita mengetahui tujuan yang pasti, maka kita tidak akan salah memilih metode untuk membaca secara baik dan benar.

3

Mohamad Yunus dkk, Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka,2007), h.120

4

Sri Hartati, Bahasa Indonesia untuk SMP/MTS. (Solo:CV Dino Mandiri,2011), h.27

5

Subana dan sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia),


(20)

Berkaitan dengan tujuan membaca yaitu :

a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh seorang tokoh, apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details of facts).

b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian dibuat dramatisasi. Membaca ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita (reading for sequence or organization).

d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperhatikan oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal.


(21)

Membaca ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca referensi (reading for inference).

1) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak bisa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Membaca ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).

2) Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang dibuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Membaca ini disebut membaca untuk menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).

3) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Membaca ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).

Tujuan membaca yang dipaparkan oleh Tarigan di atas adalah untuk memperoleh informasi dari teks cerita yang dibaca. Dalam memaparkan tujuan membaca tersebut, Tarigan mengelompokkan tujuan-tujuan membaca berdasarkan beberapa kegiatan yang dilakukan pembacanya, sehingga tujuannya berbeda-beda antara kegiatan yang satu dengan membaca lainnya tergantung pada konteksnya. Dalam kegiatan pembelajaran membaca, siswa


(22)

harus dilatih secara bertahap, sehingga siswa bisa menguasai keterampilan khusus dalam membaca secara baik.

Tujuan orang membaca ialah :6

1.Untuk mengerti atau memahami isi/pesan yang terkandungdalam satu bacaan seefisien mungkin.

2.Morrow dalam Subyakto dan Nababan mengatakan bahwa tujuan membaca ialah untuk mencari informasi yang :

a. Kognitif dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk menambah keilmiahannya sendiri;

b. Referensial dan faktual, yakni yang digunakan seseorang untuk mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini; dan

c. Afektif dan emosional, yakni yang digunaan seseorang untuk mencari kenikmatan dalam membaca.

Pendapat selanjutnya mengenai tujuan membaca setiap individu dalam kelompok ditentukan oleh pengalaman, kecerdasan, pengetahuan bahasa, minat, serta kebutuhan bahasa.7

Dari beberapa tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca memiliki tujuan yang sangat penting bagi semua pembaca. Tujuan membaca tersebut antara lain untuk mencari informasi tentang suatu hal, mengetahui secara menyeluruh isi bacaan, serta menilai kebenaran suatu gagasan isi bacaan yang ditulis oleh pengarang dalam bentuk teks.

6

Subyakto dan Nababan, Metodologi Pengajaran Bahasa, (Jakarta: Pustaka Utama,1993), h.164

7


(23)

3. Jenis –jenis Membaca

Tarigan membagi jenis membaca menjadi :

Membaca nyaring

Membaca membaca survei Membaca ekstensif membaca sekilas Membaca dangkal membaca dalam hati Membaca intensif

Membaca telaah isi Membaca telaah bahasa

Membaca teliti Membaca pemahaman Membaca kritis

1. Membaca Nyaring

Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang pengarang.

2. Membaca dalam Hati

Membaca dalam hati hanya mempergunakan ingatan visual (visual

memory), yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan membaca

dalam hati adalah secara umum untuk memperoleh informasi. Secara garis besar membaca dalam hati terbagi atas membaca intensif dan membaca ekstensif.


(24)

A. Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Tujuan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi bacaan dengan cepat. Membaca ekstensif ini meliputi :

1) Membaca Survei

Sebelum membaca biasanya kita meneliti terlebih dahulu apa yang hendak kita telaah. Bahkan kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari. 2) Membaca Sekilas

Membaca sekilas atau skimming adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat, melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mendapatkan informasi

3) Membaca Dangkal

Membaca dangkal atau superficial reading bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal dan tidak bersifat mendalaminya pada suatu bacaan.

B. Membaca Intensif

Membaca intensif adalah intensive reading adalah membaca dengan penu kesungguhan agar memperoleh pemahaman pada suatu bacaan. Membaca intensif mempunyai beberapa kelompok, diantaranya :

(a) Membaca telaah isi

Membaca telaah isi merupakan kegiatan pemahaman yang dilakukan setelah mendapatkan bahan bacaan yang menarik. Membaca telaah isi juga menuntut


(25)

ketelitian, pemahaman, kekritisan berpikir, serta keterampilan menangkap suatu ide pada bahan bacaan tersebut. Membaca telaah isi meliputi :

a. Membaca teliti

Membaca teliti membutuhkan keterampilan seperti : survey yang tepat untuk memperhatikan organisasi atau pendekatan umum, membaca secara seksama dan membaca ulang paragraf-paragraf untuk menemukan kalimat-kalimat judul dan perincian-perincian penting, membantu ingatan, mencatat fakta atau ide yang penting dapat menanamkan kesan yang mendalam pada ingatan kita. b. Membaca pemahaman

Membaca pemahaman adalah jenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar atau norma kesusastraan, resensi, kritik, drama tulis, dan pola fiksi. Membaca pemahaman merupakan memahami bacaan secara tepat dan cepat. Kemampuan membaca pemahaman merupakan dasar dari membaca kritis. c. Membaca kritis

Membaca kritis atau interpretative reading bertujuan : memahami maksud penulis, memahami organisasi dasar penulisan, menilai penyajian penulis atau pengarang, menerapkan prinsip kritis pada bacaan sehari-hari, meningkatkan minat baca, kemampuan baca dan berpikir kritis, mengetahui prinsip pemilihan bahan bacaan.

(b) Membaca telaah bahasa

Membaca telaah bahasa merupakan kegiatan membaca yang menuntut adanya suatu pemahaman yang sangat mendalam pada bahasa yang membangun bacaan yang terdiri dari isi dan bahasa. Membaca telaah bahasa terdiri dari


(26)

membaca bahasa (foreigen language reading) dan membaca sastra (literaty

reading). Tujuan utama telaah bahasa adalah untuk memperbesar daya kata dan

mengembangkan koosakata serta memahami isi dan keindahannya.

Ciri-ciri pembaca yang baik meliputi :

a. Tahu mengapa ia membaca b. Memahami apa yang dibaca

c. Mengenal media cetak, bentuk-bentuk kontemporer media cetak seperti paperback media grafika, majalah, dan surat kabar

d. Menguasai kecepatan membaca dan beberapa hal seperti membaca sekilas, memetik secara kasar tiga atau empat hal dalam satu halaman untuk memperoleh gambaran umum bagian sebagai satu keseluruhan.

A. Pengertian Membaca Cepat

Soedarso dalam Yasrul Effendi mengatakan bahwa metode speed reading merupakan semacam latihan untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi. Seseorang akan dituntut untuk membedakan informasi yang diperlukan atau tidak. Informasi itu kemudian disimpan dalam otak. Sedangkan Nurhadi menyatakan bahwa membaca cepat dan efektif ialah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaannya. Muchlisoh mengatakan bahwa membaca cepat bukan berarti jenis membaca yang ingin memperoleh jumlah bacaan atau halaman yang banyak dalam waktu yang singkat. Jenis membaca ini dilaksanakan tanpa suara. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan dengan menggunakan gerakan mata dan dilakukan tanpa suara yang bertujuan untuk memperoleh informasi secara tepat dan cermat dalam waktu singkat.


(27)

Jadi, membaca cepat adalah membaca yang dilakukan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Biasanya dengan membaca kalimat demi kalimat dan paragraf tetapi tidak membaca kata demi kata. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi, gagasan utama, dan penjelasan dari suatu bacaan dalam waktu yang singkat. Speed reading juga merupakan keterampilan yang harus dipelajari agar mampu membaca lebih cepat. Tidak ada orang yang dapat membaca cepat karena bakat.

Menurut Soedarso, dalam membaca cepat terkandung pemahaman yang cepat pula, pemahaman menjadi pangkal tolak pembahasan, bukan kecepatan. Pembaca yang baik akan mengatur kecepatannya dan memilih jalan terbaik untuk mencapai tujuannya.8 Menurut Harry Shefter dalam bukunya dari Newyork University dalam bukunya Faster Reading Selftaught, pada umumnya orang dapat mencapai kecepatan 350-500 kata per menit (kpm).9

B. Tujuan Membaca Cepat

1. Memperoleh kesan umum dari suatu buku, artikel, atau tulisan singkat. 2. Menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan.

3. Menemukan/menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan C. Manfaat Membaca Cepat

1. Untuk mencari informasi yang kita perlukan dari sebuah bacaan secara cepat dan efektif.

2. Dalam waktu yang singkat dapat menelusuri bahan halaman buku atau bacaan.

8

Soedarso, Speed Reading System Membaca Cepat dan Efektif, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002),h. xiv

9


(28)

3. Tidak banyak waktu yang terbuang karena tidak perlu memperhatikan atau membaca bagian yang tidak kita perlukan

D. Teknik Membaca Cepat

Tidak semua orang akan langsung mahir untuk membaca cepat. Keterampilan ini membutuhkan latihan yang mungkin bisa sampai berulang-ulang agar seseorang dapat menguasai teknik-teknik yang tepat dalam membaca cepat. Latihan-latihan ini dipandang penting untuk dilakukan karena biasanya seseorang yang baru pertama kali belajar membaca cepat akan menemui beberapa masalah yang bisa menjadi penghambat dalam membaca cepat. Syarat utama untuk dapat membaca cepat adalah mengetahui dengan persis bahan apa yang sedang dicari. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan pemindaian secara cepat. Hanya mencari bagian-bagian yang dibutuhkan.

Untuk bisa membaca cepat memang perlu teknik tertentu. Secara umum ada dua teknik membaca yaitu:

1. Teknik Scanning

Teknik membaca scanning adalah membaca suatu informasi dimana bacaan tersebut dibaca secara loncat-loncat dengan melibatkan asosiasi dan imajinasi, sehingga dalam memahami bacaan tersebut seseorang dapat menghubungkan kalimat yang satu dengan kata-kata sendiri. Jadi dalam teknik ini tidak seluruh kata/kalimat dibaca. Biasanya kata-kata kunci yang menjadi perhatian pembaca. Misalnya membaca koran, mencari judul-judul atau topik berita yang dianggap menarik. Bagian-bagian yanag dapat dilompati antara lain

a. Bagian yang telah diketahui dari buku lain

b. Bagian yang berisi informasi yang tidak memenuhi tujuan membaca c. Bagian yang hanya merupakan contoh atau ilustrasi

d. Bagian yang merupakan ringkasan bab sebelumnya. 2. Teknik Skimming


(29)

Teknik membaca Skimming adalah membaca secara garis besar (sekilas) untuk mendapatkan gambaran umum isi buku. Setelah itu melacak informasi yang ingin diketahui secara mendalam. Untuk memperlancar proses skimming maka lakukanlah terlebih dahulu membaca daftar isi, kata pengantar, pendahuluan, judul atau sub judul, serta kesimpulan. Dari bagian-bagian buku ini minimal kita bisa menafsirkan apa inti dari isi buku yang akan kita baca tersebut. Teknik ini biasanya dilakukan ketika kita mencari sesuatu yang khusus dalam teks. Fungsi skimming adalah

a. Untuk mengenali topik bacaan

b. Untuk mengetahui pendapat/opini orang

c. Untuk mendapatkan bagian penting yang kita butuhkan

d. Untuk mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok, dan cara berpikir penulis.

e. Untuk penyegaran apa yang pernah dibaca.

E.Langkah-langkah membaca cepat

Sebelum melatih membaca cepat, kita perlu paham beberapa langkah membaca cepat, yaitu:

1. Persiapan

Tahap persiapan ini dimulai dengan membaca judul. Judul ini ditafsirkan sesuai dengan asosiasi dan imajinasi serta pengalaman yang telah dialami. seseorang bisa menafsirkan isi bacaan dari judul yang dibaca. Hubungkan pengalaman/wawasan yang dimiliki dengan judul bahan bacaan yang akan dibaca. Kemudian perhatikan gambar dan keterangan gambar dari materi yang akan dibaca. Biasanya gambar atau ilustrasi dalam buku mengilustrasikan isi bacaan. Oleh karena itu simbol visual ini dapat membantu kita memahami isi bacaan. Selanjutnya kita perlu memperhatikan huruf cetak tebal/huruf miring. Huruf yang dicetak berbeda ini


(30)

melambangkan kata/kalimat penting dalam isi bacaan. Langkah selanjutnya adalah membaca alinea awal dan akhir. Alinea awal mengantarkan pembaca pada isi bacaan, sedangkan alinea akhir biasanya berupa pokok pikiran dari isi bacaan. Melalui aliena awal dan akhir ini dapat membantu kita menafsirkan keseluruhan isi bacaan. Kemudian kita perlu baca juga rangkuman bacaan.

2. Pelaksanaan

Jika telah melaksanakan tahap persiapan tadi, kita sudah bisa membayangkan gambaran umum isi bacaan dalam buku yang akan dibaca. Selanjutnya kita dapat memulai membaca cepat dengan menggunakan dua teknik tadi yaitu scaning dan skimming. Di sini kita bisa mencari kata-kata kunci yang ada dalam kalimat, selanjutnya dihubungkan melalui asosiasi dan imajinasi sehinga bisa dengan cepat mengambil inti sari isi bacaan tampa harus membaca seluruh isi buku.

Untuk menguasai keterampilan membaca cepat, kita perlu latihan. Latihan ini meliputi latihan otot mata, pheriperial mata, dan latihan pernapasan.

a. Melatih otot mata

Melatih otot mata dapat dilakukan dengan cara gerakan bola mata dalam keadaan terpejam ke atas ke bawah, lalu samping kiri dan kanan. Latihan ini harus dilakukan secara continue minimal selama 14 hari, masing-masing selama lima menit tanpa harus putus. Apabila satu hari saja tidak latihan, maka otot mata akan kembali ke keadaan sebelum latihan.

b. Melatih Pheriperal Mata

Melatih pheriperal mata dapat dilakukan dengan cara pandangan mata mengikuti gerakan telunjuk di depan mata. Tujuannya agar mata kita dapat menjangkau seluruh bacaan tanpa menggeleng-gelengkan kepala, karena menggelengkan kepala itu menghambat membaca cepat.


(31)

Melatih pernapasan dapat dilakukan dengan cara tarik napas panjang keluarkan secara perlahan. Kemudian latihan konsentrasi yang berhubungan dengan sikap duduk, tegak, libatkan asosiasi dan imajinasi. Di sini usahakan seolah-olah sedang berkomunikasi dengan sang penulis.

Kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki seseorang dalam membaca pun secara tidak sadar bisa menjadi penghambat untuk bisa membaca dengan cepat. Kebiasaan-kebiasaan yang biasanya sudah dimiliki selama bertahun-tahun ini di antaranya:

a. vokalisasi atau bergumam ketika membaca;

b. membaca dengan menggerakkan bibir namun tidak bersuara (komat-kamit);

c. kepala yang bergerak searah dengan arah tulisan yang dibaca; d. jari-jari tangan yang selalu menunjuk tulisan yang dibaca;

e. gerakan mata yang selalu kembali ke kata-kata sebelumnya atau mengulang membaca kalimat dari depan;

f. membaca di dalam hati.

Untuk mengatasi masalah-masalah ini, usahakan untuk mencegah bibir, jari-jari tangan, dan kepala untuk bergerak pada saat membaca. Cara pencegahannya bisa dengan mengatupkan bibir, memasukkan tangan ke dalam saku atau memegangi kepala pada waktu membaca. Sedangkan untuk menghindari supaya tidak bersuara pada waktu membaca adalah dengan merasakan getaran suara di leher. Dengan meletakkan tangan di leher, akan diketahui apakah kita bersuara atau tidak. Membaca dalam hati memang tidak bisa dicegah, tetapi usahakan supaya tidak memerhatikan pelafalannya.

Berikut ini ada beberapa langkah yang bisa digunakan untuk membantu mengatasi masalah-masalah dalam membaca cepat.

1. Miliki kosakata yang luas. Jika saat ini masih memiliki kosakata yang terbatas, ada cara-cara yang bisa ditempuh untuk mengatasinya, yaitu


(32)

dengan menyiapkan catatan kata-kata baru yang belum diketahui. Setelah itu, carilah artinya di dalam kamus. Perbendaharaan kata yang banyak sangat membantu dalam memahami suatu bacaan.

2. Sikap tubuh membaca cepat memang memerlukan konsentrasi yang tinggi. Tidak jarang pembaca justru berada dalam posisi tegang. Kondisi yang seperti ini justru menjadi penghambat. Untuk itu, ambilah posisi santai saat membaca.

3. Membaca sepintas lalu dengan membaca sepintas lalu, dapat mengantisipasi hal-hal yang mungkin akan terjadi.

4. Konsentrasi. Konsentrasi yang penuh menghindarkan dari melamun atau pikiran yang melayang-layang. Kesulitan dalam berkonsentrasi menunjukkan kecepatan membaca yang rendah. Untuk itu, usahakan agar selalu berkonsentrasi ketika membaca cepat.

5. Retensi/mengingat kembali informasi dari bacaaan. Mengingat kembali informasi yang baru saja dibaca bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, diskusi, maupun menulis kembali informasi yang sudah diterima.

6. Tujuan dari membaca itu sendiri. Dengan menentukan tujuan dari membaca, akan mengetahui apakah bacaan tersebut sesuai dengan kebutuhan atau seperti yang diinginkan.

7. Motivasi. Motivasi yang jelas dalam membaca akan memengaruhi tingkat pemahaman bacaan. Jika sudah memiliki motivasi yang jelas dalam membaca suatu bacaan, akan lebih mudah menyerap informasi dalam bacaan tersebut. Untuk itu, tumbuhkanlah motivasi dalam membaca.

F. Cara mengukur kecepatan membaca

Mengukur jumlah kata dalam bacaan dapat dilakukan dengan jalan menghitung kata perbaris rata-rata dikalikan jumlah baris yang dibaca. Untuk


(33)

menghitung kata perbaris rata-rata, hitung jumlah kata dalam lima baris sesudah itu dibagi lima hasilnya adalah kata perbaris kata-kata. Contoh :

Jumlah kata perbaris rata-rata : 11

Jumlah baris yang dibaca : 60

Jumlah kata yang dibaca : 11 x 60 = 660

Jika kita membaca 2 menit 10 detik, atau 130 detik maka kecepatan membaca kita adalah 660 kata/ 130 detik = 346 kata permenit.

4. HASIL BELAJAR

A. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar” . pengertian hasil (product) menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkannya berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw material) menjadi barang jadi (finished good). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegaiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar, peserta didik berubah perilakunya disbanding sebelumnya. Hubungan itu digambarkan oleh Grounlound sebagai berikut:


(34)

Belajar adalah proses dalam individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Perubahan ini diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.

Belajar merupakan proses yang unik dan kompleks. Keunikan tersebut disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain dan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda. Perbedaan penampilan itu disebabkan karena setiap individu mempunyai karakteristik individual yang khas, seperti minat, intelegensi, perhatian, bakat, dan sebagainya.

Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat peserta didik belajar. Proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran (goal directed). Dalam konteks demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar peserta didik sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being attained).10

B. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar

Dalam sejarah pengukuran dan penilaian pendidikan tercatat, bahwa pada kurun waktu tahun empat puluhan, beberapa orang pakar pendidikan di Amerika Serikat yaitu Benjamin S. Bloom, M. D. Englehart, E. Furst, W. H. Hill, Daniel R. Kratwohl dan didukung pula oleh Ralph A. Tylor,

10

Ahmad Qurtubi, Pengantar teori evaluasi pendidikan, (Tanggerang: Bintang Harapan


(35)

mengembangkan suatu metode pengklasifikasian tujuan pendidikan yang disebut taxonomy. Ide untuk membuat taksonomi itu muncul setelah lebih kurang lima tahun mereka berkumpul dan mendiskusikan pengelompokan tujuan pendidikan, yang pada akhirnya melahirkan sebuah karya Bloom dan kawan-kawannya itu, dengan judul Taxonomy of educational objectives.

Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu pada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik yaitu; ranah proses berfikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap

(affective domain), dan ranah keterampilan (psychomotor domain).11

Mengingat ranah-ranah yang terkandung dalam suatu tujuan pendidikan merupakan sasaran evaluasi hasil belajar, maka kita perlu mengenal secara terperinci. Pengenalan terhadap ranah tersebut akan sangat membantu pada saat memilih dan menyusun instrumen evaluasi hasil belajar. Adapun ranah-ranah tersebut sebagai berikut:

a. Segi Kognitif

Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembanagan keterampilan intelektual (Jaralinek dan Foster). Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan adanya 6 (enam) kelas atau tingkat yaitu:

11

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2009), h.


(36)

1) Pengetahuan (knowledge)

Merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari. Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih salah satu dari dua atau lebih jawaban.

2) Pemahaman (comprehension)

Merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkan dengan isi pelajaran lainnya. Dalam pemahaman siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.

3) Penerapan (aplikasi)

Penerapan merupakan kemamapuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkret atau situasi baru. Dalam penerapan, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menyeleksi generalisasi atau abstraksi tertentu (konsep, dalil, hukum, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar.


(37)

4) Analisis

Analisis merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagaian-bagian yang menjadi dasar unsur pokok. Untuk analisis, siswa diminta untuk menganalisis hubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-konsep dasar.

5) Sintesis

Sintesis merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru. Dalam sintesis, siswa diminta untuk melakukan generalisasi.

6) Evaluasi

Evaluasi merupakan kemampuan meniliai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu. Dalam evaluasi siswa diminta untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus 12

b. Segi Afektif

Segi afektif dapat diuraikan menjadi lima taraf, yaitu: 1) Memperhatikan (Receiving/attending)

Taraf pertama ini berkaitan dengan kepekaan pelajar terhadap rangsangan fenomena yang datang dari luar. Taraf ini dibagi lagi ke dalam tiga kategori, yaitu kesadaran akan fenomena, kesedian

12

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran , (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) , Cet.


(38)

menerima fenomena, dan perhatian yang terkontrol atau terseleksi terhadap fenomena.

2) Merespons (Responding)

Pada taraf ini pelajar tidak lagi sekedar memperhatikan fenomena. Ia sudah memiliki motivasi yang yang cukup, sehingga tidak saja mau memperhatikan, tetapi juga bereaksi terhadap rangsangan. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

3) Menghayati nilai (Valuing)

Pada taraf ini tampak bahwa pelajar sudah menghayati dan menerima nilai. Perilakunya dalam situasi tertentu sudah cukup konsisten, sehingga sudah dipandang sebagai orang yang sudah mengahayati nilai.

4) Mengorganisasikan

Pada taraf ini pelajar mengembangkan nilai-nilai ke dalam satu sistem organisasi, dan menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, sehingga menjadi satu sistem nilai. Termasuk dalam proses organisasi ini adalah memantapkan dan memprioritaskan nilai-nilai yang telah dimilikinya. Nilai itu terdapat dalam berbagai situasi dan pelajaran, terutama sejarah dan agama.


(39)

Pada taksonomi afektif tertinggi ini, nilai-nilai yang dimiliki pelajar telah mendarah daging serta memengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku. Dengan demikian, ia sudah dapat digolongkan sebagai orang yang memegang nilai.

c. Segi Psikomotorik

Segi psikomotorik dapat diuraikan ke dalam taraf-taraf di bawah ini:

1) Persepsi

Taraf pertama dalam melakukan kegiatan yang bersifat motorik ialah menyadri objek, sifat, atau hubungan melalui alat indra. Taraf ini mencakup kemampuan menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan, dan mendiskriminasikan rangsangan. Taraf ini merupakan bagian utama dalam rangkaian situasi yang menimbulkan kegiatan motorik.

2) Kesiapan (set)

Pada taraf ini terdapat kesiapan untuk melakukan tindakan atau untuk beraksi terhadap sesuatu kejadian menurut cara tertentu. Kesiapan mencakup tiga aspek, yaitu intelektual, fisis, dan emosional. Karena pada taraf ini terlihat tindakan seseorang bahwa ia sedang berkonsentrasi dan menyiapkan diri secara fisis maupun mental.


(40)

3) Gerakan terbimbing (respon terbimbing)

Taraf ini merupakan permulaan pengembangan keterampilan motorik. Yang ditekankan ialah kemampuan yang merupakan bagian dari keterampilan yang lebih kompleks. Respon terbimbing adalah perbuatan individu yang dapat diamati, yang terjadi dengan bimbingan individu lain yang memberi contoh. 4) Gerakan terbiasa (respon mekanistis)

Pada taraf ini pelajar sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan. Di dalamnya sudah terbentuk kebiasaan untuk memberi respon sesuai dengan jenis-jenis perangsang dan situasi yang dihadapi. Jadi pelajar sudah berpegang pada pola.

5) Gerakan (respon) kompleks

Pada taraf ini pelajar dapat melakukan perbuatan motorik yang kompleks, karena pola gerakan yang dituntut memang sudah kompleks. Perbuatan itu dapat dilakukan secara lancar, luwes, supel, gesit, atau lincah, dengan menggunakan tenaga dan waktu yang sedikit.

Taraf yang disebut terakhir ini masih bias dikembangkan dengan keterampilan menyesuaikan diri dan bervariasi. Lebih tinggi dari itu


(41)

muncul kreativitas untuk berinisiatif dan mencipatakan sesuatu yang baru.13

4.6. Faktor yang Memengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Belajar sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada yang diproses (masukan atau input) dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau output). Jadi dalam hal ini kita dapat menganalisis kegiatan belajar itu dengan pendekatan analisis system. Dengan pendekatan sistem ini sekaligus kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Dengan pendekatan sistem, kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu diolah, dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar (teaching-learning process).

13

Munzier Suparta dan Hery Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Opcit, h. 52.

TEACHING – LEARNING PROCESS

INSTRUMENTAL INPUT

ENVIRONMENTAL INPUT

OUTPUT RAW INPUT


(42)

Di dalam proses belajar-mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan (environmental input), dan berfungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output). Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu.

Di dalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan mentah atau raw input adalah siswa, sebagai raw input siswa memiliki karakteristik tertentu, baik fisiolgis maupun psikologis. Mengenai faktor fisiologis ialah bagaimana kondisi fisik, panca indera, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah: minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif, dan sebagainya.

Sedangkan yang termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan adalah; kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam keseluruhan sistem, maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting pula dan paling menentukan dalam pencapaian hasil atau output yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajar-mengajar itu akan terjadi di dalam dan diri si pelajar.14

14

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung: Rosda Karya, 2010), Cet.


(43)

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni; faktor internal (faktor dari dalam siswa), faktor eksternal (faktor dari luar siswa), dan faktor pendekatan belajar (approach to learning).

a). Faktor internal siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendri meliputi dua aspek, yakni: 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); 2) aspek psikologis (yang bersifat rahaniah)

Pertama, Aspek fisiologis. Aspek fisiologis meliputi Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendi, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

Kedua, Aspek psikologis. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa pada umumnya dipandang esensial itu adalah sebagai berikut; tingkat kecerdasan atau intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.

b) Faktor Eksternal Siswa

Seperti faktor internal siswa, fator eksternal siswa juga terdiri atas dua macam yakni faktor lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial.

Faktor lingkungan sosial meliputi para guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas, masyarakat dan tetangga, serta teman-teman


(44)

sepermainan. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.

Faktor lingkungan nonsosial meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yanag digunakan siswa.

c) Faktor pendekatan belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efesiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikan rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. 15

Sedangkan menurut Wasty Soemanto, banyak sekali faktor yang mempengaruhi belajar. Namun, dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu, faktor stimulasi belajar, faktor metode belajar, dan faktor-faktor individual. Pertama, faktor stimulasi belajar. Yang dimaksud dengan stimulasi belajar di sini yaitu segala hal di luar individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Yang termasuk faktor-faktor stimulasi belajar yaitu panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungan eksternal.

15


(45)

Kedua, faktor metode belajar. Metode mengajar yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi metode balajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan perkataan lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor metode belajar menyangkut hal berikut: kegiatan berlatih atau praktik, overlearning dan drill, resitasi selama belajar, pengenalan tentang hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan modalitas indra, bimbingan dalam belajar, dan kondisi insentif.

Ketiga, Faktor individual. Faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun yang termasuk faktor individual yaitu: kematangan, faktor usia kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.16

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya.17

16

Wasty Soemanto. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rieneka Cipta, 2006) Cet. Kelima. h. 108-

115

17


(46)

Menurut Howard Kingsley seperti yang dikutip oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang berjudul penilaian hasil proses belajar mengajar membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, (e) keterampilan motoris.18

Dengan mengetahui prestasi belajar anak, kita dapat mengetahui kedudukan anak di dalam kelas, apakah anak tersebut termasuk kelompok anak pandai, sedang atau kurang. Hasil belajar ini dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun symbol dan pada tiap-tiap periode tertentu, misalnya tiap catur wulan atau semester, hasil belajar anak dinyatakan dalam buku rapot.19

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai sebagai usaha belajar selama di sekolah pada setiap individu dalam periode tertentu. Dengan mengetahui hasil belajar anak di dalam kelas, apakah anak tersebut termasuk kelompok anak pandai, sedang atau kurang, maka siswa yang berminat maka akan mencapai hasil belajar yang maksimal pula.

Ada beberapa faktor yang menghambat hasil belajar, diantaranya “

a. Faktor internal, yaitu hambatan-hambatan terhadap seseorang yang berasal dari dalam dirinya sendiri seperti keadaan fisik (kesehatan, kondisi alat indera,

18

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar… h.22

19


(47)

dsb). Keadaan psikis seperti intelegensi, minat, motivasi, kognitif, dan sebagainya.

b. Faktor eksternal, yaitu hambatan-hambatan yang datang dari luar dan biasanya berkaitan dengan latar belakang seseorang seperti, keadaan sosial (latar belakang keluarga, masyarakat, teman-teman pergaulan dan sebagainya), keadaan nonsosial (suhu udara, pencahayaan, penggunaan teknologi, dsb). C. Hakikat Cerpen atau Cerita Pendek

a. Pengertian Cerita Pendek

Bahasa merupakan sarana untuk menciptakan sebuah karya sastra. Pemilihan kata yang terdapat dalam karya sastra memberikan nilai tersendiri terhadap karya yang dihasilkan. Oleh karena itu, kata dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan kata yang bermakna. Contohnya dalam membaca cerpen baik di majalah ataupun buku kumpulan cerpen, setelah kita membaca cerpen, biasanya kita akan mendapatkan pesan tersirat dalam cerpen tersebut. Dalam cerpen itu pula kita dapat menemukan unsur-unsur cerpen intrinsik dan ekstrinsik20.

Pengertian cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang membatasi diri dalam membahas salah satu unsur fiksi dalam aspeknya yang terkecil. Kependekan sebuah cerita pendek bukan karena bentuknya yang jauh lebih pendek dari novel, tetapi karena aspek masalahnya yang sangat dibatasi. Dengan pembatasan ini maka sebuah masalah akan tergambar jauh lebih jelas dan jauh lebih mengesankan bagi pembaca. Kesan yang ditinggalkan oleh

20

Siswasih dan Kanen M. Ridwan. Bahasa dan Sastra Indonesia,(Jakarta: PT Galaxy Puspa


(48)

sebuah cerita pendek harus tajam dan dalam, sehingga sekali membacanya kita tidak akan mudah lupa21. Euis Honiarti mengatakan, cerita pendek (cerpen) adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan memiliki kesan yang tidak mudah dilupakan22. Sedangkan menurut Satyagraha Hoerip dalam Atar Semi

mendefinisikan bahwa cerpen adalah”sebuah karakter yang dijabarkan lewat

rentetan kejadian daripada kejadian-kejadian itu sendiri satu persatu. Apa yang

“terjadi” didalamnya lazim merupakan suatu pengalamanatau penjelajahan”23 . Oleh karena itu, cerpen adalah sebuah gambaran tentang kehidupan tokoh yang menceritakan berbagai macam peristiwa yang menggambarkan tentang watak seorang tokoh sehingga dapat menimbulkan efek perasaan pada pembacanya.

5.2. Ciri – ciri Cerita Pendek

Cerpen adalah cerita pendek yang alur ceritanya simple dan padat, dengan tokoh-tokoh yang cukup terbatas dan dapat dibaca hanya sekali duduk. Cerita pendek tidak boleh dipenuhi dengan hal-hal yang tidak perlu. Maka darisinilah penulis mengambarkan ciri-ciri cerita pendek.

1. Ceritanya fiktif dan rekaan. Walaupun bukan cerita sebenarnya, isi ceritanya logis dengan kehidupan.

2. Pokok cerita berfokus pada suatu aspek cerita, yang menimbulkan efek dan kesan tunggal.

21

Jakob Sumardjo,Memahami Kesusastraan(Bandung: Penerbit Alumni 1984),h.69.

22

Euis Honiarti dan E. Kosasih, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia,(Bandung CV Pustaka

Setia, cet 1 2003).h. 302.

23


(49)

3. Mengungkapkan masalah yang terbatas pada hal-hal yang penting saja. 4. Menyajikan peristiwa yang cermat dan jelas24.

Adapun ciri-ciri cerpen berdasarkan pendapat Henry Guntur Tarigan

dalam bukunya Korrie Layun Rampan”Apresiasi Cerpen Indonesia Mutakhir”

merumuskan beberapa ciri cerpen yang menunjukan kekhasan sebagai karya sastra sebagai berikut :

a. Singkat, padu dan intensif. Cerpen hanya ditulis dalam jumlah kata terbatas ( hingga sekitar 15.000 kata).

b. Hanya menimbulkan satu efek saja dalam pikiran pembaca. Karena itu, sifat singkat, padu, dan intensif harus diterapkan secara akurat.

c. Memberikan dampak atau kesan tertentu bagi pembaca.

d. Hanya ada satu situasi. Situasi itulah yang dieksplorasi, sehingga mampu meninggalkan kesan agar sukar dilupakan.

e. Memiliki kesan tunggal, tidak berberaian. Dampak yang ditimbulkan akan bulat dan hanya terjadi satu emosi. Masing-masing elemen cerita mengalir pada suatu kesan, satu dampak, dan pada emosi yang juga tunggal.

f. Bahasa yang digunakan haruslah tajam, sugestif dan menarik perhatian. Penggunaan bahasa yang secara langsung akan mengenai sasaran. Tidak bertele-tele, kata-kata dan kalimat yang digunakan juga dapat mensugesti pembaca, sehingga persoalan yang dikemukakan seolah-olah peristiwa atau kejadian sebenarnya, agar pembaca terbawa ke dalam kisah tersebut.25 Oleh karena itu, dalam ciri-ciri cerpen lain yang menandai sebuah cerpen adalah tidak adanya pergolakan yang menyebabkan perubahan nasib para tokohnya. Serta sebagai salah satu

24

Euis Honiarti dan E. Kosasih, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia,(Bandung: CV Pustaka

Setia, cet 1 2003).h. 302-303

25

Korrie Layun Rampan, Apresiasi Cerpen Indonesia Mutakhir.(Jakarta: Perpustakaan Nasional


(50)

bentuk karya fiksi, cerpen merupakan bentuk fiksi yang paling banyak ditulis dan mungkin paling digemari oleh pembaca.

5.3. Unsur-unsur Cerita Pendek A. Unsur-unsur Intrinsik

Unsur Intrinsik atau unsur dalam adalah unsur sastra yang mempengaruhi terciptanya karya sastra itu dari dalam. Adapun yang termasuk ke dalam unsur-unsur intrinsik yaitu.

1) Tema

Euis Honiarti menjelaskan tema adalah gagasan atau pesan utama yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu peristiwa mencangkup segala persoalan, baik berupa masalah kemanusiaan,kekuasaan, kasihsayang dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu. Bisa saja temanya itu di sisipkan pada unsur penokohan, alur, ataupun pada latar.26 Tema juga seringkali disamakan dengan pengertian topik, akan tetapi tema merupakan suatu gagasan sentral, tema sering juga disebut ide atau gagasan yang menduduki tempat utama dalam pikiran pengarang dan sekaligus menduduki tempat utama dalam cerita.27 Dengan demikian, tema adalah ide pokok atau makna yang terkandung dalam sebuah cerita yang mempunyai maksud tertentu.

2) Penokohan

Penokohan adalah individu yang berperan dalam cerita atau individu rekaaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam bernbagai

26

Euis Honiarti dan E. Kosasi. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia,(Bandung CV Pustaka

Setia, cet 1 2003),h.304

27


(51)

peristiwa dalam cerita. Dalam karya sastra khususnya fiksi penulis menciptakan tokoh-tokoh dengan berbagaai watak penciptaan yang disebut penokohan. Untuk memberikan gaambaran mengenai tokoh-tokoh dalam sebuah karya fiksi, tokoh dibedakan dalam beberapa jenis berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan ,yaitu28.

a) Tokoh rekaan dan sejarah b) Tokoh protagonis dan antagonis c) Tokoh putih dan hitam

d) Tokoh statis dan berkembang atau tokoh sederhana

e) Tokoh kompleks atau tokoh bulat yaitu tokoh yang memiliki banyak karakter dan diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.29

3) Alur

M Atar Semi mengatakan dalam bukunya”Anatomi Sastra”. Alur atau

plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi30. Dengan demikian, alur itu merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita dasar yang amat penting dan alur itu mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain dengan hubungan peristiwa yang semuanya terikat dalam suatu kesatuan waktu. Plot atau alur kadang-kadang

28

Siswasih dan Kanen M. Ridwan. Bahasa dan Sastra Indonesia,(Jakarta: PT Galaxy Puspa

Mega,2009),h. 6-7

29

Burhan Nurgiantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, ( Yogyakarta:

Gadjahmada University Press, 2005),h.224-229

30


(52)

disebut juga jalan cerita, ialah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis. Plot dibangun oleh beberapa peristiwa yang biasa disebut alur. Unsur-unsur alur ialah.

a) Perkenalan b) Pertikaian c) Perumitan d) Klimaks/puncak e) Peleraian

f) Akhir

Unsur-unsur alur ini tidak selalu urutannya seperti itu, tetapi ada yang dari tengah dulu, lalu kembali keperistiwa awal, kemudian berakhir. Karena kedudukan-kedudukan unsur inilah, maka ada yang disebut alur maju, alur mundur dan alur maju mundur. Berdasarkan kualitas hubungan tiap unsur alur, maka ada alur longgar dan alur erat. Alur longgar ialah jika sebagian peristiwanya kita lepas ( tidak dibaca) tidak mengganggu keutuhan ceritanya. Alur erat adalah bila sebagian ceritanya kita tinggalkan akan mengganggu keutuhan cerita.31 Secara garis besar jadi alur itu adalah yang memacu mengiringi pembaca menyelururi cerita secara keseluruhan, tidak ada bagian yang tidak ditinggalkan yang dianggap tidak penting. Dengan demikian, juga dapat disimpulkan bahwa suatu kejadian ada karena adanya sebab. Suatu kejadian merupakan sebuah alur cerita, bila di dalamnya terdapat

31


(53)

perkembangan kejadian dan perkembangan itu dapat terjadi apabila terdapat konflik dalam cerita yang dibuat oleh si pengarang di dalam karya sastranya.

4) Latar

Latar atau setting adalah penggambaran mengenai lingkungan tempat peristiwa terjadi yang termasuk dalam latar ialah tempat, waktu, tahun, hari, bulan, dan lain-lain. Pelukisan latar juga dapat dilakukan dengan cara sejalan dan dapat pula digambarkan secara kontras. Maksudnya penggambaran ini untuk menunjang suasana. Latar dibedakan menjadi tiga yaitu :

a. Latar tempat

Latar tempat adalah lokasi atau bangunan fisik lain yang menjadi tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita.

b. Latar waktu

Latar waktu (masa) tertentu ketika peristiwa dalam cerita itu terjadi yang berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa dalam sebuah karya fiksi.

c. Latar suasana

Latar suasana adalah salah satu unsur intrinsik yang berkaitan dengan keadaan psikologis yang timbul dengan sendirinya bersama dengan jalannya cerita. Cerita menjadi lebih menarik karena berlangsung dalam suasana tertentu. Latar juga dapat dibedakan menjadi latar sosial dan latar material.latar sosial yaitu gambaran kehidupan masyarakat yang berhubungan dengan prilaku kehidupan sosial di suatu tempat dalam kurun waktu dan tempat yang dilukiskan dalam cerita tersebut. Sedangkan latar material yaitu gambaran


(54)

benda-benda yang mendukung cerita32. Oleh karena itu, pada dasarnya latar mutlak dibutuhkan karena masih saling berhubungan denagan tema, plot, supaya menghasilkan sebuah cerita yang brkualitas dimana cerita itu terjadi dan kapan waktu terjadinya itulah yang disebut latar atau setting.

5) Gaya bahasa

Gaya bahasa adalah cara khas seseorang pengarang dalam mengungkapkan ide atau gagasannya melalui cerita. Dengan kata lain, gaya bahasa adalah caara pengarang mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang digunakannya33. Dengan demikian, dalam gaya bahasa pengarang memilih kata-kata yang tepat dan menyusun kalimat dengan menggunakan gaya tertentu sesuai dengan ciri khas kepribadiannya.

6) Sudut pandang

Sudut pandang atau point of view disebut juga pusat pengisahan, sudut pandang adalah posisi pencerita dalam menyampaikan ceritanya atau selaku narator yang dapat menjelaskan tokoh-tokoh dalam cerita yang mempunyai tempat berpijak tertentu dalam hubungannya dengan cerita. Sudut pandang pencerita ada empat macam

a. Sudut pandang maha kuasa

Pengarang menuturkan seluruh cerita seakan-akan dia tahu segalanya. Pengarang menceritakan semua tingkah laku tokoh-tokohnya baik yang dikerjakan, dipikirkan, maupun yang dirasakan para tokoh cerita.

32

Siswasih dan Kanen M. Ridwan. Bahasa dan Sastra Indonesia,(Jakarta: PT Galaxy Puspa )

,h.11

33


(55)

b. Sudut pandang orang pertama

Pengarang menentukan seorang tokoh saja yang mengetahui seluruh cerita. Dalam cara ini tokoh pencerita hanya menceritakan apa yang diketahuinya saja. Dalam hal ini biasanya pengarang menggunakan gaya

penulisan”Aku”

c. Sudut pandang peninjau

Pengarang memilih salah satu tokoh untuk diikuti ceritanya. Dalam hal ini, pengarang terikat dengan cara memandang seluruh cerita lewat watak tertentu tokoh aku lagi tetapi lebih bebas. Misalnya kata dia yang jarang disebut namanya oleh pengarang.

d. Sudut pandang objektif

Dalam hal ini pengarang hanya menceritakan atau melukiskan apa yang dilakukan dan dialami tokoh-tokoh cerita. Dengan kata lain sudut pandang menyangkut cara pengarang menempatkan diri atau mengambil posisi dalam menuturkan cerita. Apakah ia terlibat langsung dalam cerita atau hanya sebagai pengamat yang berdiri di luar cerita.

7) Amanat

Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca/ penonton /pendengar. Pesan ini bisa berupa harapan, nasihat, kritik, dan sebagainya. Ada beberapa cara mengungkapkan amanat/pesan yaitu secara

eksplisit, pengarang mengungkapkan pesannya secara langsung (tertera dalam


(56)

tidak langsung. Dengan demikian, pembaca sendiri yang harus jeli mencari makna yang tersirat dalam sebuah cerita.

6. Penelitian Relevan

Dalam penelitian ini penulis mengambil penelitian yang relevan sebagai acuan. Penelitian relevan yang pertama telah dilakukan oleh Sunarja, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, jurusan PGMI, dengan judul “Pengaruh Membaca Permulaan Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Di Kelas 1 Madrasah

Ibtidaiyah Jamiatul Gulami Cipondoh Kota Tangerang”. Kesimpulan yang

diperoleh dalam penelitian ini adalah di kelas 1 MI Jamiatul Gulami Cipondoh, Kota Tangerang terdapat pengaruh membaca permulaan terhadap hasil belajar Bahasa indonesia yang cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan rumus product moment, skor nilai korelasi r hitung 0,586. Kemudian

{dikonsultasikan} dengan taraf signifikan 0,05 atau 5% dari jumlah 50 orang

dengan menggunakan rumus db= n-2, maka r tabel yaitu 50-2= 48. Jadi k3esimpulannya adalah terdapat pengaruh positif atau sangat tinggi.

Penelitian relevan yang kedua, diambil dari skripsi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jurusan PAI yang berjudul “ Pengaruh Kemampuan Membaca Cepat Terhadap Pemahaman Isi Artikel Pada Siswa SMP Islam Al

Mukhlisin Ciseeng, Bogor”. Dalam penelitian ini terdapat pengaruh yang cukup

tinggi antara kemampuan membaca cepat terhadap pemahaman isi artikel. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti kedua hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, perbedaannya dengan penelitian ini hanya pada variabel Y.

Jika pada penelitian-penelitian sebelumnya meneliti tentang pengaruh membaca cepat terhadap pemahaman isi artikel, di sini penulis meneliti pengaruh teknik membaca cepat terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia pada materi memahami isi cerpen seperti berpengaruh terhadap isi artikel dan pengaruh membaca permulaan terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia, atau


(57)

tidak ada pengaruh sama sekali antara teknik membaca cepat terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah menengah kejuruan yang terletak di daerah Ciputat, yaitu SMK YMJ Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan yaitu pada bulan Februari sampai Juni 2014. Sementara itu, untuk pengambilan data dilakukan mulai tanggal 15 sampai 23 Mei 2014.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen, yaitu penelitian yang tidak memungkinkan peneliti untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali dari variabel-variabel tertentu.Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok pengamatan, yaitu kelompok XE dan kelompok Xp. Kelompok XE adalah kelompok dengan perlakuan pemberian teknik membaca cepat dan kelompok XP adalah kelompok yang diberi perlakuan pembelajaran menggunakan teknik membaca konvensional.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian berbentuk Two Group

Randomized Subject Post test only. Rancangan ini terdiri atas dua kelompok

yang keduanya ditentukan secara acak.

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menggunakan 2 kelompok kelas, yaitu:

1. Kelas eksperimen adalah kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan teknik membaca cepat.


(59)

2. Kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran menggunakan teknik membaca konvensional.

Tabel 1 Desain Penelitian

Kelas Treatment Tes

Eksperimen Teknik membaca cepat Hasil Belajar (Y) Kontrol Konvensional (XP) Hasil Belajar (Y)

Keterangan:

XE : Treatment yang dilakukan di kelas eksperimen. XP : Treatment yang dilakukan pada kelas kontrol. Y : Tes Akhir

C. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah variabel X ( variabel bebas) yaitu penggunaan teknik membaca cepat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan variabel Y (variabel terikat) yaitu hasil belajar Bahasa Indonesia.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMK YMJ Ciputat-Tangerang, sedangkan populasi terjangkau adalah siswa- siswi kelas X SMK YMJ Ciputat-Tangerang yang terdaftar pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

Sampel diambil dari populasi terjangkau dengan teknik Cluster Random

Sampling, yaitu pengambilan dua unit kelas dari tiga kelas yang ada. Dari dua


(60)

kontrol. Adapun yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas X Pariwisata, sedangkan untuk kelas kontrol adalah klelas X Bisnis Manajemen.

E. Instrumen Penelitian

Penulis menggunakan tes sebagai instrumen penelitian dalam pengumpulan data. Tes ini akan menunjukkan proses atau tahapan mengingat siswa yang menjadi variabel terikat yang terdiri atas encoding, storage, dan retrieval. Tes ini merupakan tes tertulis dalam bentuk piihan ganda sebanyak 18 soal. Tes yang diberikan sama kepada kedua kelas yaitu mengenai isi dari sebuah cerpen remaja.Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu instrumen diujicobakan kepada kelas X untuk mengetahui nilai validitas, reliabilitas, daya pembeda soal dan taraf kesukarannya.

a) Uji Validitas

Validitas (kesahihan) adalah kualitas yang menunjukkan hubungan antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah laku.34 Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, yang berarti suatu instrumen dipandang valid apabila telah cocok dengan indikator. Soal dikaitkan dengan aspek-aspek mengingat (C1); menerima kesan (encoding), menyimpan kesan (storage), dan memproduksi kembali kesan-kesan (retrieval) sesuai dengan pokok pembahasan yaitu membaca cepat.

Pengujian validitas instrumen yang berbentuk pilihan ganda dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi point biserial.35

rpbi =

q p SD M M t t p

dengan SDt = 2

2 2 ) ( ) ( N X N

Xtt

 

Keterangan:

34

Ngalim purwanto, Prinsip-Prinsip dan teknik Evaluasi pengajaran, (Jakarta : Remaja

Rosdakarya,2000) Cet.IX,h.137.

35

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008),


(61)

rpbi = Angka indeks korelasi poin biserial.

Mp = Mean (nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai oleh peserta tes (testee) yang menjawab betul, yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

Mt = Mean skor total, yang berhasil dicapai oleh seluruh peserta tes (testee).

SDt =Deviasi standar total (Deviasi Standar dari skor total).

p =Proporsi peserta tes yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan. q = 1 – p

b) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas tes bentuk pilihan ganda dengan rumus KR-20:36

r11 =               2 2 1 S pq S k k Keterangan:

r11 = reliabilitas menggunakan persamaan KR-20 p = proporsi peserta tes menjawab benar

q = proporsi peserta tes menjawab salah (q = 1 – p)

pq = jumlah perkalian antara p dan q

k = banyaknya soal yang valid

S = standar deviasi atau simpangan baku merupakan akar

varian yang dapat dicari dengan persamaan: S = N

x2

36


(62)

N = jumlah peserta tes

x2 = jumlah deviasi dari rerata kuadrat

c) Tingkat Kesukaran Soal

Indeks kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus:37

P = JS

B

Keterangan:

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh peserta tes

P = Indeks kesukaran

Menurut klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan adalah:38

IK = 0,00 : (soal terlalu sukar) 0,00 < IK  0,30 : (soal sukar) 0,30 < IK  0,70 : (soal sedang) 0,70 < IK  1,00 : (soal mudah) IK =1,00 : (soal terlalu mudah)

d) Daya Pembeda Soal

Daya pembeda tiap butir-butir soal ditentukan dengan rumus:39

DP =

JB BB JA

BA

37

Suharsimi arikunto, Dasar-dasar Evaluasi…, h. 208.

38

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta,1999), Cet.I,h.182.

39


(1)

12. Ketajaman/Kurtosis

l

s

ar

*.

-

*-\'i " -

ti!/ \'-1: '('/

-{

j

I

--hql6

r 8.or r)

34'

tlo|tn

218t2.29

I i 0818,27

= 0,196

Karena nilai kurtosisnya kurang dari 3, maka distribusinya adalah distribusi platikurtik atau bentuk kurvanya mendatar.


(2)

xt fi fk fi.xi xi2 fi.xi2 z zt f(z) s(z) f(z)-s(z) I f(z)-s(z

44 2 2 88 1936 3872 -2.21.832 0.4864 0.0136 0.058824 -0.04s2235 o.0452

55 5 7 275 3025 15125

-tj.462

o.3729 0.1271 0.205882 -0.0787824 0.078

51 7 1.4 427 3721 26047 -0.5614 o.2123 0.2877 0.4Lt765 -0.1,244647 o.1240

66 8 22 528 4356 34848 -0.007407 0.004 0.496 0.647059 -0.1510588 0.1510 77 7 29 539 s929 41503 0.998051 0.3389 0.8389 0.852941 -o.0L40412 0.0140

83 5 34 41.5 6889 34445 1,.582846 0.4429 0.9429 1 -0.0571 0.057

x

-x

cr

r)

Tabel

Uji

Normalitas Kelompok Eksperimen

_

44

-

66,76 10,26

:

-2,21832

Z1:

0.4864 (lihat tabel Z)

F(Z)

:

Jika

Z;<

0 maka: 0,5

-

Ztabel Jika

Zi>

0 maka: 0,5 + Z tabel

fk2

s(z):

!_=

_

n34

:

0,00588

Lo:0,0452

0.886

U: - -

, (lihat tabel harga kritis

Uji

Lilifors untuk n

:32

dan

a:0,05)

1n

0.886

: t_

:0.152

^134

Karena

Lo <

Lt

(0,0452 < 0,157) maka dapat disimpulkan bahwa sarnpel kelas


(3)

Tabel

Uji

Normalitas l(elompok

kontrol

a x,-I

s

_

38

-

61,25 12,96

:

-

1,79398

Zt:0,4633

(lihat tabel Z)

F(Z):

JikaZi<

0 maka: 0,5

-Ztabel

JikaZ, > 0 maka: 0,5 + Ztabel

fk3

n32

:0,0938

Lo:

0,057

0-886

Lt: -F,

(lihat tabel harga kritis

Uji

Lilifors untuk n

:32

dan u

:

0,05)

tl n

0.886

:-:-:0,157

Karena Lo < Lt (0,057 < 0,157)

berdistribusi normal.

xt fi fk fi.xi xi2 fi.xi2 z zl f(z) s (z) f(z)-s(zi I f(z)-s(z) |

38 3 3 11.4 1.444 4332 -1.79398 0.4633 o.0357 0.09375 -0.05705 0.057 44 2

)

88 1936 3872 -1.33102 0.4082 0.0918 0.1562s -0.05445 0.464

50 3

I

150 2500 7500 -0.86806 0.3078 o.1922 0.25 -0.0578 0.058

55 6 14 330 3025 18150 -0.48225 o.1,844 0.3 156 0.4375 -o.1219 0.L22

61 8 22 488 3721 29768 -0.01929 0.004 0.496 0.5785 -0.0825 0.L02

66 2 24

t32

4356 871,2 0.366512 0.1406 0.6406 0.75 -0.1094 0.078

72 4 28 288 5184 20736 0.82947s o.2967 0.7967 0.875 -0.0783 0.047

77 2 30 1.54 5929 11858 1.215278 0.3888 0.8888 0.9375 -0.0487 0.017

83 2 37 166 6889 1.3778 L.678241 0.4535 0.9535 1 -0.0465 0.047


(4)

/;

Perhitungan

Uji

Homogenitas

Uji

homogenitas

antare kelompok

eksperimen

dengan

kelompok kontrol dilakukan dengan uji Fisher, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

Ho : Data memilikivarians homogen Hu : Data tidak mei,nilikivarians homogen

1.

Jumlah sampel

ne= 34

nt=

32

2.

Derajat kebebasan

Db1 (pembilang)

=

re-1 = 34- 1 = 33

Db2 (PenYebut)

=

flk-L= 32 -

1=31

Fht,ns=

#.rrffi= {

ounr.

^r'="Zu..A;!\u)

3.

Ilenentukan kriteria pengujian:

Jika F 6nrn,

(

Ftaber inaka terima ho

Jika F;;1rnr> F 1.s"1 rilaka terirna h,

4.

MenentukaB F tub"r

Daritabel distribusi F diperoleh nilai F1o,os,:r,z\= !,82

a.

Uji homogenitas nilai test akhir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen Diketahui

:

Varians

Eksperimen

: L34,2O

Varians

Kontrol

: 168,1 168.1

F i'it'nBl

,,4r.,=

1'25

F hftung

=

1,25

F

tabet

= 1,82

Karena Fnr,rne

(

F1s61g (L,25 < 1,82 ), maka Ho diterima. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa nilai tes akhir kelompok kontrol dan eksperimen memilikivarians


(5)

Perhitungan Pengujian Hi potesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a.

Perumusan hipotesis

Ho: Frs pz

Hu: Pr > Pz

Keterangan:

lrr

=

Rata-rata hasil belajar Bahasa lndonesia siswa yang

diajar

menggunakan teknik

membaca cePat

[z

=

Rata-rata hasil belajar Bahasa lndonesiasiswa yang diajar dengan teknik membaca konvensional.

b.

Menentukan kriteria pengujian

Terima Ho, Jika th,,,ns

(

t,u6"1, dalam hal lainnya H, ditolak'

c.

Menentukan uji statistik

Stotul

:\6

M

:,lnsJ3

:

I 1,65

i,

-i,

,.6s.tr=

'

\lr+

32

5,51

=__-__

11,65{0,06 5,51 ? 55


(6)

r:

I

I

ta

:2116

Nilai t6;,un* = 2,16

Untuk menentukan tu6.1 , dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut,

trrbel - r.(t{)(db).

Dengan db

=(nr

+

n2-

2):(34+32-2)=64

dan taraf

signifikanb=

0,05, didapat

(l

*(0'05))

:

0,95. Jadi t

"6.1 =

t1s.e:Xoly adalah 1,65'

Maka t1u5"1= 1,65

d.

Pengambilan kesimPulan

Karena thitrne

)

t1.64 (2,16 > 1,65), maka Ho ditolak atau H. diterima. Kesimpulan yang diambil adalah

terdapat pengaruh yang signifikan nilai tes akhir antara siswa yang diajar dengan teknik membaca cepat dan siswa yang diajar dengan pembelajaran teknik membaca konvensional'

t

I

'1


Dokumen yang terkait

Disiplin belajar siswa SMP YMJ Ciputat dan Hubungannya dengan prestasi belajar

1 6 82

Persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK al-Hidayah Ciputat

12 221 98

Hubungan hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei Ciputat ( Studi Kasus pada kelas XI Tata Niaga SMK Dua Mei Ciputat )

0 3 71

Minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Islamiyah Ciputat: studi kasus pada siswa Kelas VII MTs Islamiyah Ciputat

2 99 121

Pengaruh Metode Membaca Cepat Terhadap Kemampuan Memahami Isi Teks Bacaan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDI Al Ihsan Jakarta Barat

3 23 148

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MEMAHAMI BAHAN BANGUNAN PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 2 MEDAN.

0 11 32

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN UNPLUGGED DALAM KONSEP DASAR TIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMK KELAS X : Studi Kasus Pada Siswa Kelas X Jurusan Komputer dan Teknik Jaringan di SMK Pasundan 1 Cimahi.

26 68 59

Pengaruh Kemampuan Membaca Gambar Teknik Terhadap Hasil Belajar Prakerin Siswa Kelas III Program Keahlian Teknik Permesinan di SMK N 5 Semarang.

0 0 1

PENGARUH METODE EDUTAINMENT TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TEKNIK-TEKNIK DASAR MEMASAK DI SMK NEGERI 2 GODEAN.

0 0 158

SIKAP SISWA KELAS X AK I SMK BAKTI PURWOKERTO TERHADAP BAHASA INDONESIA (STUDI KASUS PADA SISWA SMK BAKTI PURWOKERTO) - repository perpustakaan

0 0 9