4 Analisis
Analisis merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagaian-bagian yang menjadi dasar unsur pokok. Untuk analisis,
siswa diminta untuk menganalisis hubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-konsep dasar.
5 Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru. Dalam sintesis, siswa diminta
untuk melakukan generalisasi. 6
Evaluasi Evaluasi merupakan kemampuan meniliai isi pelajaran untuk
suatu maksud atau tujuan tertentu. Dalam evaluasi siswa diminta untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah
dimiliki untuk menilai suatu kasus
12
b. Segi Afektif
Segi afektif dapat diuraikan menjadi lima taraf, yaitu: 1
Memperhatikan Receivingattending Taraf pertama ini berkaitan dengan kepekaan pelajar terhadap
rangsangan fenomena yang datang dari luar. Taraf ini dibagi lagi ke dalam tiga kategori, yaitu kesadaran akan fenomena, kesedian
12
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran , Jakarta: Rineka Cipta, 2006 , Cet. Ketiga, h. 203-205
menerima fenomena, dan perhatian yang terkontrol atau terseleksi terhadap fenomena.
2 Merespons Responding
Pada taraf ini pelajar tidak lagi sekedar memperhatikan fenomena. Ia sudah memiliki motivasi yang yang cukup,
sehingga tidak saja mau memperhatikan, tetapi juga bereaksi terhadap rangsangan. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi,
perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
3 Menghayati nilai Valuing
Pada taraf ini tampak bahwa pelajar sudah menghayati dan menerima nilai. Perilakunya dalam situasi tertentu sudah cukup
konsisten, sehingga sudah dipandang sebagai orang yang sudah mengahayati nilai.
4 Mengorganisasikan
Pada taraf ini pelajar mengembangkan nilai-nilai ke dalam satu sistem organisasi, dan menentukan hubungan satu nilai dengan
nilai yang lain, sehingga menjadi satu sistem nilai. Termasuk dalam proses organisasi ini adalah memantapkan dan
memprioritaskan nilai-nilai yang telah dimilikinya. Nilai itu terdapat dalam berbagai situasi dan pelajaran, terutama sejarah
dan agama. 5
Menginternalisasikan nilai
Pada taksonomi afektif tertinggi ini, nilai-nilai yang dimiliki pelajar telah mendarah daging serta memengaruhi pola
kepribadian dan tingkah laku. Dengan demikian, ia sudah dapat digolongkan sebagai orang yang memegang nilai.
c. Segi Psikomotorik
Segi psikomotorik dapat diuraikan ke dalam taraf-taraf di bawah ini:
1
Persepsi
Taraf pertama dalam melakukan kegiatan yang bersifat motorik ialah menyadri objek, sifat, atau hubungan melalui alat indra.
Taraf ini mencakup kemampuan menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan, dan mendiskriminasikan rangsangan. Taraf
ini merupakan bagian utama dalam rangkaian situasi yang
menimbulkan kegiatan motorik.
2
Kesiapan set
Pada taraf ini terdapat kesiapan untuk melakukan tindakan atau untuk beraksi terhadap sesuatu kejadian menurut cara tertentu.
Kesiapan mencakup tiga aspek, yaitu intelektual, fisis, dan emosional. Karena pada taraf ini terlihat tindakan seseorang
bahwa ia sedang berkonsentrasi dan menyiapkan diri secara fisis maupun mental.
3
Gerakan terbimbing respon terbimbing
Taraf ini merupakan permulaan pengembangan keterampilan motorik. Yang ditekankan ialah kemampuan yang merupakan
bagian dari keterampilan yang lebih kompleks. Respon terbimbing adalah perbuatan individu yang dapat diamati, yang
terjadi dengan bimbingan individu lain yang memberi contoh. 4
Gerakan terbiasa respon mekanistis Pada taraf ini pelajar sudah yakin akan kemampuannya dan
sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan. Di dalamnya sudah terbentuk kebiasaan untuk memberi respon
sesuai dengan jenis-jenis perangsang dan situasi yang dihadapi. Jadi pelajar sudah berpegang pada pola.
5 Gerakan respon kompleks
Pada taraf ini pelajar dapat melakukan perbuatan motorik yang kompleks, karena pola gerakan yang dituntut memang sudah
kompleks. Perbuatan itu dapat dilakukan secara lancar, luwes, supel, gesit, atau lincah, dengan menggunakan tenaga dan waktu
yang sedikit. Taraf yang disebut terakhir ini masih bias dikembangkan dengan
keterampilan menyesuaikan diri dan bervariasi. Lebih tinggi dari itu
muncul kreativitas untuk berinisiatif dan mencipatakan sesuatu yang baru.
13
4.6. Faktor yang Memengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Belajar sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada yang diproses masukan atau input dan hasil dari pemrosesan keluaran atau
output. Jadi dalam hal ini kita dapat menganalisis kegiatan belajar itu dengan pendekatan analisis system. Dengan pendekatan sistem ini
sekaligus kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Dengan pendekatan sistem,
kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah raw input merupakan bahan baku yang perlu diolah, dalam hal ini diberi pengalaman
belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar teaching-learning process.
13
Munzier Suparta dan Hery Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Opcit, h. 52.
TEACHING – LEARNING
PROCESS INSTRUMENTAL INPUT
ENVIRONMENTAL INPUT OUTPUT
RAW INPUT
Di dalam proses belajar-mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan environmental input, dan berfungsi sejumlah faktor
yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan instrumental input guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki output. Berbagai
faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu.
Di dalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan mentah atau raw input adalah siswa, sebagai raw input siswa
memiliki karakteristik tertentu, baik fisiolgis maupun psikologis. Mengenai faktor fisiologis ialah bagaimana kondisi fisik, panca indera, dan
sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah: minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif, dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan adalah; kurikulum atau bahan
pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam
keseluruhan sistem, maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting pula dan paling menentukan dalam pencapaian hasil atau
output yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajar-mengajar itu akan terjadi di dalam
dan diri si pelajar.
14
14
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya, 2010, Cet. Keduapuluh Empat, h. 106.
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni; faktor internal faktor dari dalam
siswa, faktor eksternal faktor dari luar siswa, dan faktor pendekatan belajar approach to learning.
a. Faktor internal siswa Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendri meliputi dua aspek,
yakni: 1 aspek fisiologis yang bersifat jasmaniah; 2 aspek psikologis yang bersifat rahaniah
Pertama, Aspek fisiologis. Aspek fisiologis meliputi Kondisi umum jasmani dan tonus tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-
organ tubuh dan sendi-sendi, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kedua, Aspek psikologis. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan
pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa pada umumnya dipandang esensial itu adalah sebagai berikut; tingkat
kecerdasan atau intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa. b
Faktor Eksternal Siswa Seperti faktor internal siswa, fator eksternal siswa juga terdiri atas dua
macam yakni faktor lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Faktor lingkungan sosial meliputi para guru, para staf administrasi,
teman-teman sekelas, masyarakat dan tetangga, serta teman-teman
sepermainan. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
Faktor lingkungan nonsosial meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar,
keadaan cuaca dan waktu belajar yanag digunakan siswa. c
Faktor pendekatan belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi
yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efesiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti
seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikan rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.
15
Sedangkan menurut Wasty Soemanto, banyak sekali faktor yang mempengaruhi belajar. Namun, dari sekian banyak faktor yang
mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu, faktor stimulasi belajar, faktor metode belajar, dan faktor-faktor individual.
Pertama, faktor stimulasi belajar. Yang dimaksud dengan stimulasi belajar di sini yaitu segala hal di luar individu yang merangsang individu
itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Yang termasuk faktor- faktor stimulasi belajar yaitu panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan
pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungan eksternal.
15
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2007 , h. 144
Kedua, faktor metode belajar. Metode mengajar yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi metode balajar yang dipakai oleh si pelajar.
Dengan perkataan lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor metode belajar
menyangkut hal berikut: kegiatan berlatih atau praktik, overlearning dan drill, resitasi selama belajar, pengenalan tentang hasil belajar, belajar
dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan modalitas indra, bimbingan dalam belajar, dan kondisi insentif.
Ketiga, Faktor individual. Faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun yang termasuk faktor individual yaitu:
kematangan, faktor usia kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani,
kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.
16
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau
kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan,
pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang
merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya.
17
16
Wasty Soemanto. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta, 2006 Cet. Kelima. h. 108- 115
17
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan… h.102
Menurut Howard Kingsley seperti yang dikutip oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang berjudul penilaian hasil proses belajar mengajar membagi tiga
macam hasil belajar, yakni a keterampilan dan kebiasaan, b pengetahuan dan pengertian, c sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi
dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni a informasi verbal, b
keterampilan intelektual, c strategi kognitif, d sikap, e keterampilan motoris.
18
Dengan mengetahui prestasi belajar anak, kita dapat mengetahui kedudukan anak di dalam kelas, apakah anak tersebut termasuk kelompok anak
pandai, sedang atau kurang. Hasil belajar ini dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun symbol dan pada tiap-tiap periode tertentu, misalnya tiap catur
wulan atau semester, hasil belajar anak dinyatakan dalam buku rapot.
19
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai sebagai usaha belajar selama di sekolah pada setiap individu dalam periode
tertentu. Dengan mengetahui hasil belajar anak di dalam kelas, apakah anak tersebut termasuk kelompok anak pandai, sedang atau kurang, maka siswa yang
berminat maka akan mencapai hasil belajar yang maksimal pula. Ada beberapa faktor yang menghambat hasil belajar, diantarany
a “
a. Faktor internal, yaitu hambatan-hambatan terhadap seseorang yang berasal
dari dalam dirinya sendiri seperti keadaan fisik kesehatan, kondisi alat indera,
18
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Me ngajar… h.22
19
Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya… h.43
dsb. Keadaan psikis seperti intelegensi, minat, motivasi, kognitif, dan sebagainya.
b. Faktor eksternal, yaitu hambatan-hambatan yang datang dari luar dan
biasanya berkaitan dengan latar belakang seseorang seperti, keadaan sosial latar belakang keluarga, masyarakat, teman-teman pergaulan dan sebagainya,
keadaan nonsosial suhu udara, pencahayaan, penggunaan teknologi, dsb.
C. Hakikat Cerpen atau Cerita Pendek
a. Pengertian Cerita Pendek
Bahasa merupakan sarana untuk menciptakan sebuah karya sastra. Pemilihan kata yang terdapat dalam karya sastra memberikan nilai tersendiri
terhadap karya yang dihasilkan. Oleh karena itu, kata dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan kata yang bermakna. Contohnya dalam
membaca cerpen baik di majalah ataupun buku kumpulan cerpen, setelah kita membaca cerpen, biasanya kita akan mendapatkan pesan tersirat dalam cerpen
tersebut. Dalam cerpen itu pula kita dapat menemukan unsur-unsur cerpen intrinsik dan ekstrinsik
20
. Pengertian cerita pendek cerpen adalah cerita yang membatasi diri
dalam membahas salah satu unsur fiksi dalam aspeknya yang terkecil. Kependekan sebuah cerita pendek bukan karena bentuknya yang jauh lebih
pendek dari novel, tetapi karena aspek masalahnya yang sangat dibatasi. Dengan pembatasan ini maka sebuah masalah akan tergambar jauh lebih jelas
dan jauh lebih mengesankan bagi pembaca. Kesan yang ditinggalkan oleh
20
Siswasih dan Kanen M. Ridwan. Bahasa dan Sastra Indonesia,Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega,2009,h. 6-8.
sebuah cerita pendek harus tajam dan dalam, sehingga sekali membacanya kita tidak akan mudah lupa
21
. Euis Honiarti mengatakan, cerita pendek cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen dikisahkan
sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan memiliki kesan yang tidak mudah
dilupakan
22
. Sedangkan menurut Satyagraha Hoerip dalam Atar Semi mendefinisikan bahwa cerpen adalah”sebuah karakter yang dijabarkan lewat
rentetan kejadian daripada kejadian-kejadian itu sendiri satu persatu. Apa yang “terjadi” didalamnya lazim merupakan suatu pengalamanatau penjelajahan”
23
. Oleh karena itu, cerpen adalah sebuah gambaran tentang kehidupan tokoh yang
menceritakan berbagai macam peristiwa yang menggambarkan tentang watak seorang tokoh sehingga dapat menimbulkan efek perasaan pada pembacanya.
5.2. Ciri – ciri Cerita Pendek
Cerpen adalah cerita pendek yang alur ceritanya simple dan padat, dengan tokoh-tokoh yang cukup terbatas dan dapat dibaca hanya sekali duduk.
Cerita pendek tidak boleh dipenuhi dengan hal-hal yang tidak perlu. Maka
darisinilah penulis mengambarkan ciri-ciri cerita pendek.
1. Ceritanya fiktif dan rekaan. Walaupun bukan cerita sebenarnya, isi
ceritanya logis dengan kehidupan. 2.
Pokok cerita berfokus pada suatu aspek cerita, yang menimbulkan efek dan kesan tunggal.
21
Jakob Sumardjo,Memahami KesusastraanBandung: Penerbit Alumni 1984,h.69.
22
Euis Honiarti dan E. Kosasih, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia,Bandung CV Pustaka Setia, cet 1 2003.h. 302.
23
M Atar Semi, Anatomi Sastra,Padang: Angkasa Raya,cet.1,1988, h.34
3. Mengungkapkan masalah yang terbatas pada hal-hal yang penting saja.
4. Menyajikan peristiwa yang cermat dan jelas
24
. Adapun ciri-ciri cerpen berdasarkan pendapat Henry Guntur Tarigan
dalam bukunya Korrie Layun Rampan”Apresiasi Cerpen Indonesia Mutakhir” merumuskan beberapa ciri cerpen yang menunjukan kekhasan sebagai karya
sastra sebagai berikut : a.
Singkat, padu dan intensif. Cerpen hanya ditulis dalam jumlah kata terbatas hingga sekitar 15.000 kata.
b. Hanya menimbulkan satu efek saja dalam pikiran pembaca. Karena itu,
sifat singkat, padu, dan intensif harus diterapkan secara akurat. c.
Memberikan dampak atau kesan tertentu bagi pembaca. d.
Hanya ada satu situasi. Situasi itulah yang dieksplorasi, sehingga mampu meninggalkan kesan agar sukar dilupakan.
e. Memiliki kesan tunggal, tidak berberaian. Dampak yang ditimbulkan
akan bulat dan hanya terjadi satu emosi. Masing-masing elemen cerita mengalir pada suatu kesan, satu dampak, dan pada emosi yang juga
tunggal. f.
Bahasa yang digunakan haruslah tajam, sugestif dan menarik perhatian. Penggunaan bahasa yang secara langsung akan mengenai sasaran. Tidak
bertele-tele, kata-kata dan kalimat yang digunakan juga dapat mensugesti pembaca, sehingga persoalan yang dikemukakan seolah-olah
peristiwa atau kejadian sebenarnya, agar pembaca terbawa ke dalam kisah tersebut.
25
Oleh karena itu, dalam ciri-ciri cerpen lain yang menandai sebuah cerpen adalah tidak adanya pergolakan yang
menyebabkan perubahan nasib para tokohnya. Serta sebagai salah satu
24
Euis Honiarti dan E. Kosasih, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia,Bandung: CV Pustaka Setia, cet 1 2003.h. 302-303
25
Korrie Layun Rampan, Apresiasi Cerpen Indonesia Mutakhir.Jakarta
:
Perpustakaan Nasional cet 1,2009, h. 14-15
bentuk karya fiksi, cerpen merupakan bentuk fiksi yang paling banyak ditulis dan mungkin paling digemari oleh pembaca.
5.3. Unsur-unsur Cerita Pendek A. Unsur-unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik atau unsur dalam adalah unsur sastra yang mempengaruhi terciptanya karya sastra itu dari dalam. Adapun yang termasuk ke dalam unsur-
unsur intrinsik yaitu.
1 Tema
Euis Honiarti menjelaskan tema adalah gagasan atau pesan utama yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu peristiwa mencangkup segala persoalan,
baik berupa masalah kemanusiaan,kekuasaan, kasihsayang dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap
berbagai unsur karangan itu. Bisa saja temanya itu di sisipkan pada unsur penokohan, alur, ataupun pada latar.
26
Tema juga seringkali disamakan dengan pengertian topik, akan tetapi tema merupakan suatu gagasan sentral, tema
sering juga disebut ide atau gagasan yang menduduki tempat utama dalam pikiran pengarang dan sekaligus menduduki tempat utama dalam cerita.
27
Dengan demikian, tema adalah ide pokok atau makna yang terkandung dalam sebuah cerita yang mempunyai maksud tertentu.
2 Penokohan
Penokohan adalah individu yang berperan dalam cerita atau individu rekaaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam bernbagai
26
Euis Honiarti dan E. Kosasi. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia,Bandung CV Pustaka Setia, cet 1 2003,h.304
27
Widjojoko. Teori dan Sejarah Sastra Indonesia ,Bandung: UPI PRESS,Cet 1, 2006,h.46