Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Analisis Data Penelitian Kesimpulan

31

3.3 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder . Data sekunder adalah data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya Teguh, 2005 : 121. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat time series, yaitu sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa waktu tertentu, misalnya dalam waktu tahunan. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi literatur yaitu penelitian yang dilakukan dengan jalan membaca buku-buku, jurnal dan sumber data lainnya. Pengumpulan data berasal dari laporan keuangan yang tahunan perusahaan yang dimuat di situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id .

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini jenis variabel yang digunakan adalah variabel dependen, variabel moderating dan variabel independen. Untuk variabel dependen adalah Return Saham, variabel moderating adalah Price to Book Value PBV dan variabel independen meliputi Debt to Equity RatioDER dan Dividend Payout Ratio DPR. Sifat data dalam penelitian ini adalah pooled panel yang merupakan gabungan data time series dan cross-section. Data penelitian ini memiliki 3time series 2011-2013 dan 11cross sections perusahaan manufaktur.

3.5 Definisi Operasional

Variabel yang digunakan didalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 32

3.5.1 Variabel Independen

Menurut Sugiyono 2006, variabel independen sering disebut variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen terikat. Adapun variabel independen pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :

3.5.1.1 Debt to Equity Ratio DER

Variabel independen pada penelitian ini yaitu pengaruh Debt to Equity Ratio DER. Debt to Equity Ratio merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan dalam menutup kewajibannya. Debt to Equity Ratio DER suatu perusahaan diukur dengan cara membandingkan total kewajiban perusahaan, baik itu kewajiban lancar maupun kewajiban jangka panjang terhadap total ekuitas suatu perusahaan. DER dengan angka dibawah 1.00, mengindakasikan bahwa perusahaan memiliki hutang yang lebih kecil dari ekuitas yang dimilikinya. Investor harus jeli dalam melihat DER, sebab jika total hutangnya lebih besar dari pada ekuitas, maka harus dlihat lebih lanjut apakah hutang lancar atau hutang jangka panjang yang lebih besar : 1. Jika jumlah hutang lancar lebih besar dari pada hutang jangka panjang, hal ini masih bisa diterima, karena Universitas Sumatera Utara 33 besarnya hutang lancar sering disebabkan oleh hutang operasi yang bersifat jangka pendek. 2. Jika hutang jangka panjang yang lebih besar, maka dikuatirkan perusahaan akan mengalami gangguan likuiditas dimasa yang akan datang. Selain itu laba perusahaan juga semakin tertekan akibat harus membiayai bunga pinjaman tersebut. 3. Beberapa perusahaan yang memiliki DER lebih dari satu, hal ini sangat menganggu pertumbuhan kinerja perusahaanya juga menganggu pertumbuhan harga sahamnya. Karena itu sebagian besar para investor menghindari perusahaan yang memiliki angka DER lebih dari 2. Adapun formula dalam menghitung Debt to Equity Ratio suatu perusahaan adalah sebagai berikut : Debt to Equity Ratio = TotalKewajiban TotalEkuitas

3.5.1.2 Dividend Payout Ratio

Selain Debt to Equity Ratio, pengaruh Dividend Payout Ratio juga merupakan variabel independen dalam penelitian ini. Dividend Payout Ratio suatu perusahaan dapat dihitung dengan cara membandingkan dividen yang dibayar suatu perusahaan dalam satu tahun buku terhadap keuntungan bersih perusahaan net income pada tahun buku tersebut. Universitas Sumatera Utara 34 Adapun formula untuk menghitung Dividend Payout Ratio suatu perusahaan adalah sebagai berikut : Dividend Payout Ratio = Dividen per lembar saham Laba bersih per lembar saham

3.5.2 Variabel Moderating

Variabel moderating merupakan variabel perantara antara variabel bebas dan variabel terikatnya. Variabel moderating sendiri memiliki pengaruh baik itu memperkuat maupun memperlemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Yang menjadi variabel moderating pada penelitian ini yaitu : 3.5.2.1 Price to Book Value Price to Book Value merupakan perbandingan antara harga per lembar saham dengan nilai buku ekuitas per lembar saham. Harga per lembar saham yang digunakan dalam perhitungan adalah harga penutupan saham closing price untuk suatu periode yang diteliti. Nilai buku ekuitas per lembar saham book value per share dihitung berdasarkan nilai ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar yang tercatat dalam laporan keuangan perusahaan. Nilai PBV yang rendah mengindikasikan bahwa saham suatu perusahaan undervalued, yang artinya sangat baik untuk memutuskan investasi jangka panjang. Nilai PBV yang rendah disebabkan oleh turunnya harga saham sehingga harga saham berada di bawah nilai bukunya. Namun rendahnya nilai PBV ini Universitas Sumatera Utara 35 juga dapat mengindikasikan menurunnya kualitas dan kinerja suatu perusahaan. Oleh karena itu, PBV harus dibandingkan dengan PBV sektor sejenis untuk melihat apakah perbedaan nilai PBV terlalu jauh atau tidak. Nilai PBV yang tinggi mengindikasikan persepsi pasar yang berlebihan terhadap nilai perusahaan. Formula untuk menghitung PBV suatu perusahaan adalah sebagai berikut : Price to Book Value = Harga per lembar saham Nilai buku ekuitas per lembar saham

3.5.3 Variabel Dependen

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel konsekuen, variabel kriteria, variabel pengaruh, variabel terikat ataupun variabel output. Variabel dependen disebut variabel terikat karena setiap variabel independen akan mempengaruhi independen. Yang menjadi variabel dependen pada penelitian ini adalah :

3.5.3.1 Return Saham

Return saham menurut Jogiyanto 2000:107 merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi maupun return ekspektasi yang belum terjadi namun diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return ini penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan juga Universitas Sumatera Utara 36 berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan resiko di masa datang. Secara ringkas, definisi opetasional dari variabel-variabel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Penelitian No. Variabel Pengertian Pengukuran 1. Debt to Equity Ratio DER Debt to Equity Ratio merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan dalam menutup kewajibannya. TotalKewajiban TotalEkuitas 2. Dividend Payout Ratio DPR Dividend payout ratio merupakan perbandingan antara dividend per share dengan earning per share pada periode yang bersangkutan Di dalam komponen dividend per share terkandung unsur dividen, sehingga jika semakin besar. dividend yang dibagikan maka semakin besar pula dividend payout ratio nya Dividenlembar saham Laba bersihlembar saham 3. Price to Book Value PBV Price to Book Value merupakan perbandingan antara harga per lembar saham dengan nilai buku ekuitas per lembar saham. Harga per lembar saham yang digunakan dalam perhitungan adalah harga penutupan saham closing price untuk suatu periode yang diteliti. Nilai buku ekuitas per lembar saham book value per share dihitung berdasarkan nilai ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar yang tercatat dalam laporan keuangan perusahaan. Hargalembar saham Nilai buku ekuitaslembar saham Universitas Sumatera Utara 37 4. Return Saham Return saham merupakan tingkat pengembalian yang akan didapat para investor dari aktivitas investasi yang dilakukan. Pt − Pt − 1 + Dt Pt − 1

3.6 Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data pada penelitian ini, peneliti menggunakan program SPSS Statistical Packagefor Social Science versi 21.0. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis statistik dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan terlebih dahulu melakukan pengujian asumsi klasik.

3.6.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square OLS. Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dapat dipergunakan pada analisis regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional. Uji asumsi klasik juga tidak perlu dilakukan untuk analisis regresi linear yang bertujuan untuk menghitung nilai pada variabel tertentu. Misalnya nilai return saham yang dihitung dengan market model, atau market adjusted model. Perhitungan nilai return yang diharapkan dilakukan dengan persamaan regresi, tetapi tidak perlu diuji asumsi klasik. Universitas Sumatera Utara 38

3.6.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen memiliki distribusi normal atau tidak Kuncoro, 2001. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabeldependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Modelregresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normalmendekati normal. Pengujian normalitas ini dapat dilakukan melalui analisis grafik dan analisis statistik.

1. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihatgrafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yangmendekati normal. Namun demikian, hanya dengan melihat histogram, hal ini dapatmembingungkan, khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang dapatdigunakan adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkandistribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari analisisnormal probability plot adalah sebagai berikut: a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalmenunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsinormalitas. Universitas Sumatera Utara 39 b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garisdiagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidakmemenuhi asumsi normalitas.

2. Analisis Statistik

Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan pula melalui analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui Shapiro Wilk . Uji Shapiro Wilk diperuntukkan untuk penelitian yang memiliki jumlah sampel yang kurang dari 50 sampel dan dilakukan dengan membuat hipotesis: H = Data residual terdistribusi normal Ha = Data residual tidak terdistribusi normal Dasar pengambilan keputusan dalam uji Saphiro Wilk adalah sebagai berikut: a. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka H ditolak, yang berarti data terdistibusi tidak normal. b. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan statistik maka H diterima, yang berarti data terdistibusi normal.

3.6.1.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain Ghozali, 2006 : 105. Cara Universitas Sumatera Utara 40 memprediksi ada tidaknya heteroskedastis pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut. Adapun dasar analisisnya adalah sebagai berikut : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6.1.3 Uji Autokorelasi

Menurut Imam Ghozali 2009 uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin Watson DW dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jika d dL maka terdapat autokorelasi positif, 2. Jika d dU maka tidakterdapat autokorelasi positif Universitas Sumatera Utara 41 3. Jika dL d dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat disimpulkan.

3.6.1.4 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang sempurna mendekati sempurna antara beberapa atau semua variabel bebas Kuncoro, 2001. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi yang ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas Ghozali, 2001. Cara mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan mengamati nilai Variance Inflation Factor VIF dan tolerance. Batas VIF adalah 10 dan nilai dari tolerance adalah 0,1. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai tolerance kurang dari 0,1 maka terjadi multikolinearitas. Bila ada variabel independen yang terkena multikolinearitas maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari model penelitian Ghozali, 2001.

3.6.2 Analisis Regresi

Teknik analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi untuk mendapat gambaran yangmenyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain.Variabel dependen analisis ini adalah returnsaham dan variabelindependennyaDebt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio, dengan Price to Book Value sebagai variabel moderatingnya. Universitas Sumatera Utara 42 Menurut Ghozali 2006 ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of fitnya secara statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis daerah dimana H ditolak. Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah H diterima. Data yang telah di kumpulkan akan di analisis menggunakan alat bantu analisis statistik yaitu : 1. Debt to Equity Ratio a. Analisis regresi linier sederhana. Y = α + b 1 X 1 + ei b. Model Persamaan Moderated Regression Analysis MRA. Y = α + b 1 X 1 + b 2 Z+b 3 X 1 .Z + ei , dimana : Y = Return saham α = Konstansta b 1 -b 3 = Koefisien regresi X 1 = Debt to Equity Ratio Z = Price to Book Value X 1 Z = Interaksi antara Debt to Equity Ratio dengan Price to Book Value ei = Error Term , yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian Universitas Sumatera Utara 43 2. Dividend Payout Ratio a. Analisis regresi linier sederhana. Y = α + b 1 X 2 + ei b. Model Persamaan Moderated Regression Analysis MRA. Y = α + b 1 X 2 + b 2 Z+b 3 X 2 .Z + ei , dimana : Y = Return saham α = Konstanta b 1 -b 3 = Koefisien regresi X 2 = Dividend Payout Ratio Z = Price to Book Value X 2 Z = Interaksi antara Dividend Payout Ratio dengan Price to Book Value ei = Error Term , yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian Uji Interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis MRA merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear di mana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi perkalian dua atau lebih variabel independen Ghozali, 2006 Jogiyanto 2010 menyatakan pengujian terhadap efek moderasi dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut : a. Efek Moderasi dilihat dari kenaikan R 2 persamaan regresi yang berisi dengan efek-efek utama dan efek moderasi dari persamaan regresi yang hanya berisi dengan efek utama saja. Universitas Sumatera Utara 44 b. Efek moderasi juga dapat dilihat dari signifikansi koefisien b3 dari interaksi VIVMO. Arsintadiani dan Harsono 2002 dalam penelitiannya menyatakan bahwa hasil interaksi variabel independen VI dan variabel dependen VD dengan memasukkan variabel Moderating VMO. Nilai efek-efek utama dan efek moderasi VIVMO jika mengalami peningkatan nilai R square dari efek utama, peningkatan R square tidak signifikan karena tingkat signifikansi b3 VIVMO 0.05 Los = 5 dan dikatakan signifikan jika tingkat signifikansi b3 VIVMO 0.05 Los = 5 .

3.6.3 Pengujian Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur darigoodness of fit nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik F, nilai statistik t, dan nilai koefisien determinansi R 2 . Perhitungan statistik disebut signifikansecara statistik, apabila uji nilai statistiknya berada dalam daerah kritis daerah dimanaH ditolak. Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji nilai statistiknya berada dalam daerah dimana H diterima.

3.6.3.1 Uji F-Statistik

Uji statistik F digunakan untuk menguji apabila variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak signifikan dengan variabel terikat. Langkah-langkah pengujian statistik F adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 45 a. Membuat formula hipotesis 1. H : βi = 0 hipotesis nihil berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas secara simultan dengan variabel terikat. 2. H : βi ≠ 0 hipotesis alternatif berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas secara simultan dengan variabel terikat. b. Menentukan nilai F-tabel yang menggunakan level of significant sebesar 5. Uji signifikansi secara simultan menggunakan uji F dapat dirumuskan dengan : F = R ² k 1 − R² n – k − 1 , dimana : R 2 = koefisien determinasi K = jumlah variabel N = banyak data c. Pengambilan keputusan 1. Jika P- value α = 0,05 maka H ditolak dan H 1 diterima. Hal ini berarti variabel bebas secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan dengan variabel terikat. 2. Jika P- value α = 0,05 maka H diterima dan H 1 ditolak. Hal ini berarti variabel bebas secara Universitas Sumatera Utara 46 simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dengan variabel terikat.

3.6.3.2 Uji t-Statistik

Pengujian secara parsial menggunakan uji t pengujian signifikansi secara parsial. Pengujian secara parsial ini dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen Gujarati, 1999. Langkah–langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut Gujarati, 1999: a. Merumuskan hipotesis Ha Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabelindependen terhadap variabel dependen secara parsial. b. Menentukan tingkat signifikansi α sebesar 0,05 c. Membandingkan thitung dengan ttabel,. Jika thitung lebih besar dari tabel maka Ha diterima. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus Gujarati, 1999: t hitung = Koefisien Regresi Standar Deviasi 1. Bila –ttabel -thitung dan thitung ttabel, variabel independen secaraindividu tak berpengaruh terhadap variabel dependen. Universitas Sumatera Utara 47 2. Bila thitung ttabel dan –t hitung -t tabel, variabel independen secaraindividu berpengaruh terhadap variabel dependen. d. Berdasarkan probabilitas Ha akan diterima jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 α e. Menentukan variabel independen mana yang mempunyai pengaruh palingdominan terhadap variabel dependen

3.6.3.3 Uji R

2 Koefisien determinasi R² pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu 0 R² 1. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. KD = R² x 100 , dimana : KD = Koefisien Determinasi R = Koefisien Korelasi Universitas Sumatera Utara 48 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda.Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007, kemudian dilakukan pengujian asumsi klasik dan hipotesis regresi linear berganda. Informasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id berupa data keuangan sampel perusahaan manufaktur. Pengujuan asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 21.0. Prosedur ini dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh 11 perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yang diamati selama periode 2011- 2013 sehingga total sampel penelitian ini berjumlah 33.

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Data penelitian dikumpulkan untuk diolah, kemudian akan dianalisis untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang timbul dalam penelitian ini. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan analisis statistik yang menggunakan regresi berganda dengan terlebih dahulu menganalisis deskripsi data. Universitas Sumatera Utara 49 4.2.1 Pengujian Asumsi Klasik 4.2.1.1 Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan untuk menilai apakah nilai residual apakah nilai residual dari penelitian yang dilakukan memliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan dua cara yaitu analisis grafik dan uji statistik yang dapat dilihat melalui Saphiro Wilk untuk sampel dibawah 50 buah. Keputusan rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Saphiro Wilk dapat dilihat dari: 1. Nilai signifikan atau probabilitas 0.05, maka distribusi data adalah tidak normal 2. Nilai signifikan atau probabilitas 0.05, maka distribusi data adalah normal Berikut adalah tabel hasil uji normalitas pada penelitian ini : Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Sapiro Wilk Sumber : Data sekunder yang diolah, tahun 2016 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. DER .144 33 .079 .941 33 .071 DPR .166 33 .022 .937 33 .056 PBV .150 33 .056 .943 33 .083 Yield .095 33 .200 .947 33 .108 . This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction Universitas Sumatera Utara 50 Gambar 4.1 Normal Q-Q Plot of DER, DPR, PBV and Yield B Sumber : Data sekunder yang diolah, tahun 2016 Berdasarkan hasil analisis statistik Shapiro Wilk di atas dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, dimana dibuktikan oleh nilai signifikansi DER, DPR,PBV dan Yield lebih besar dari 0.05. Selain itu juga dapat dilihat hasil analisis grafik Shapiro Wilk, dimana data svariabel DER, DPR, PBV dan Yield menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang menunjukkan pola distribusi normal dan model regresi memenuhi asumsinormalitas. Universitas Sumatera Utara 51

4.2.1.2 Uji Heteroskedasitas

Untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dapat dilakukan dengan cara uji scatterplot. Apabila scatterplot menunjukkan adanya suatu pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedasitas. Namun jika tidak ada pola yang jelas maka mengindikasikan tidak terjadinya heteroskedasitas. Hasil uji heteroskedasitas dengan menggunakan uji scatterplot dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 4.2 Gambar Scatterplot Sumber : Data sekunder yang diolah, tahun 2016 Dari diagram scatterplot di atas terlihat jelas bahwa titik- titik tidak membentuk suatu pola dan menyebar di atas maupun di Universitas Sumatera Utara 52 bawah titik 0 sumbu Y. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasitas yang artinya model persamaan ini baik untuk meramalkan variabel independen.

4.2.1.3 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tersebut dengan periode sebelumnya. Adapun metode yang digunakan adalah metode Durbin-Watson dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika nilai 0 d dL, tolak H0, artinya ada korelasi yang positif 2. Jika nilai dL d dU, tidak dapat diambil kesimpulan 3. Jika dU d 4-dU, jangan tolak H0, artinya tidak ada korelasi positif maupun negatif 4. Jika 4-dU d 4-dL, tidak dapat diambil kesimpulan 5. Jika 4-dL d 4, tolak H0, artinya ada korelasi negatif Berikut adalah hasil uji autokorelasi dengan metode Durbin-Watson : Tabel 4.2 Hasil Uji Autokorelasi Sumber : Data sekunder yang diolah, tahun 2016 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .780 a .609 .568 .72469 2.231 a. Predictors: Constant, PBV, DPR, DER b. Dependent Variable: Yield Universitas Sumatera Utara 53 Berdasarkan hasil uji autokorelasi di atas, didapat nilai DW yaitu sebesar 2,231. Nilai ini kemudian akan dibandingkan dengan nilai tabel signifikansi 5 dengan jumlah sampel 33 dan jumlah variabel independen sebanyak 3, maka berdasarkan tabel Durbin- Watson didapatkan nilai dU sebesar 1,651. Nilai DW 2,231 lebih besar dari batas atas dU yaitu 1,651 dan kurang dari 4-dU yaitu 2,349 4-1,651 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif.

4.2.1.4 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Model regresi yang baik adalah tidak adanya korelasi antar variabel bebas. Adapan kriteria pengujian multikolinearitas adalah sebagai berikut : 1. Jika nilai Tolerance 0.1 dan nilai VIF 10, maka tidak terjadi multikolinearitas 2. Jika nilai Tolerance 0.1 dan nilai VIF 10, maka terjadi multikolinearitas. Universitas Sumatera Utara 54 Berikut adalah tabel hasil pengujian multikolinearitas : Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas B e r d a s a Sumber : Data sekunder yang diolah, tahun 2016 Berdasarkan hasil uji multikolinearitas di atas, maka dapat dilihat nilai Tolerance dan VIF serta kesimpulan untuk masing- masing variabel adalah sebagai berikut : 1. Nilai Tolerance variabel DER 0,931 0.1 dan nilai VIF variabel DER 1,074 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas. 2. Nilai Tolerance variabel DPR 0,945 0.1 dan nilai VIF variabel DPR 1,058 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas. 3. Nilai Tolerance variabel PBV 0,882 0.1 dan nilai VIF variabel PBV 1,134 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas. Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleranc e VIF 1 Constant .851 .385 2.209 .035 DER .323 .176 .221 1.835 .077 .931 1.074 DPR .053 .008 .745 6.237 .000 .945 1.058 PBV -.229 .065 -.437 -3.534 .001 .882 1.134 a. Dependent Variable: Yield Universitas Sumatera Utara 55

4.2.3 Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi klasik, maka variabel-variabel tersebutdapat dianalisis dengan model regresi linear sederhana dan berganda. Dengan menggunakan SPSS versi 21.0, didapat hasil uji F- hitung, uji t-hitung, uji determinasi dan persamaan model regresi dengan mengacu pada hasil output berikut : 4.2.3.1 Hipotesis 1 Pengaruh Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio terhadap Return Saham Tabel 4.4 Hasil Uji Determinasi DER dan DPR terhadap Return Saham S Sumber : Data sekunder yang diolah, tahun 2016 Tabel 4.5 Hasil Uji F-Statistik DER dan DPR terhadap Return Saham Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .663 a .440 .403 .85227 a. Predictors: Constant, DPR, DER ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 17.135 2 8.567 11.795 .000 b Residual 21.791 30 .726 Total 38.925 32 a. Dependent Variable: Yield b. Predictors: Constant, DPR, DER Sumber : Data sekunder yang diolah, tahun 2016 Universitas Sumatera Utara 56 Tabel 4.6 Hasil t-hitung DER dan DPR terhadap Return Saham Pada tabel 4.5, nilai signifikan F-hitung sebesar 0,00 0,05 yang artinya secara simultan variabel DER dan DPR berpengaruh signifikan terhadap return saham. Namun nilai signifikan uji t-hitung untuk variabel DER sebesar 0,423 0,05 dan DPR sebesar 0,00 0,05yang artinya variabel DER tidak berpengaruh signifikan dan DPR berpengaruh signifikan terhadap return saham. Dari tabel 4.6 maka didapat persamaan regresi yaitu : Y = 0,506 + 0,163DER + 0,046DPR Persamaan regresi berganda di atas dapat di interpretasikan sebagai berikut : a. Konstanta sebesar 0,506 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratioatau pada saat Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratiosama dengan 0 atau konstan maka Return Saham adalah sebesar 0,506. b. Koefisien nilai Debt to Equity Ratiosebesar 0,163. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan variabel Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant .506 .438 1.154 .258 DER .163 .200 .111 .812 .423 DPR .046 .010 .648 4.741 .000 a. Dependent Variable: Yield Sumber : Data sekunder yang diolah, tahun 2016 Universitas Sumatera Utara 57 tenure audit sebesar 1, maka akan menaikkan Return Saham sebesar 0,163. b. Koefisien nilai Dividend Payout Ratiosebesar 0,046. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan variabel umur listing sebesar 1, maka akan menaikkan Return Saham sebesar 0,046.

4.2.3.2 Hipotesis 2 Pengaruh

Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham dengan Price to Book Value sebagai Variabel Moderating Tabel 4.7 Hasil Uji Determinasi interaksi DER dan PBV terhadap Return Saham Tabel 4.8 Hasil Uji F-hitunginteraksi DER dan PBV terhadap Return Saham Sumber : Data sekunder yang diolah, tahun 2016 Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .343 a .118 .026 1.08832 a. Predictors: Constant, DERxPBV, DER, PBV Sumber : Data sekunder yang diolah, tahun 2016 ANOVA a Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 4.577 3 1.526 1.288 .297 b Residual 34.349 29 1.184 Total 38.925 32 a. Dependent Variable: Yield b. Predictors: Constant, DERxPBV, DER, PBV Universitas Sumatera Utara 58 Tabel 4.9 Hasil Uji t-hitunginteraksi DER dan PBV terhadap Return Saham Nilai signifikan t-hitung untuk DERxPBV sebesar 0,301 dimana memiliki nilai yang lebih besar dari 0,05 yang artinya variabel PBV sebagai variabel moderating tidak dapat memperkuat ataupun memperlemah hubungan antara DER dan return saham. Dari tabel Coefficients maka didapat persamaan regresi yaitu : Y = 1,771 + 0,757DER + 0,047PBV – 0,0129DERxPBV Persamaan regresi berganda di atas dapat di interpretasikan sebagai berikut : a. Koefisien regresi variabel Debt to Equity Ratio DER bertanda positif. Hal ini berarti tindakan Debt to Equity Ratiosangat kuat yang akan menaikan return saham. b. Koefisien regresi variabel moderating Price to Book Value PBV memiliki tanda positif. c. Interaksi dengan Debt to Equity RatioDER dengan Price to Book Value PBV dalam variabel DPRxPBV memiliki arah negatif. Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 1.771 .713 2.483 .019 DER .757 .500 .517 1.515 .141 PBV .047 .198 .089 .235 .816 DERxPBV -.129 .123 -.552 -1.052 .301 a. Dependent Variable: Yield Sumber : Data sekunder yang diolah, tahun 2016 Universitas Sumatera Utara 59

4.2.3.2 Hipotesis 3 Pengaruh

Dividend Payout Ratio terhadap Return Saham dengan Price to Book Value sebagai Variabel Moderating Tabel 4.10 Hasil Uji Determinasi interaksi DPR dan PBV terhadap Return Saham Tabel 4.11 Hasil Uji F-hitunginteraksi DPR dan PBV terhadap Return Saham Tabel 4.12 Hasil Uji t-hitunginteraksi DPR dan PBV terhadap Return Saham Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 1.297 .532 2.436 .021 DPR .049 .016 .685 3.032 .005 PBV -.244 .163 -.466 -1.500 .144 DPRxPBV .001 .005 .122 .309 .760 a. Dependent Variable: Yield Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .751 a .565 .520 .76437 a. Predictors: Constant, DPRxPBV, DPR, PBV Sumber : Data sekunder yang diolah, tahun 2016 ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 21.982 3 7.327 12.541 .000 b Residual 16.943 29 .584 Total 38.925 32 a. Dependent Variable: Yield b. Predictors: Constant, DPRxPBV, DPR, PBV Sumber : Data sekunder yang diolah, tahun 2016 Universitas Sumatera Utara 60 Nilai signifikan uji t-hitung DPRxPBV sebesar 0,760 memiliki nilai yang lebih besar dari 0,05 yang artinya variabel PBV sebagai variabel moderating tidak dapat memperkuat ataupun memperlemah hubungan antara DPR dan return saham. Dari tabel Coefficients maka didapat persamaan regresi yaitu : Y = 1,297 + 0,049 DPR –0,244 PBV + 0,001 DPRxPBV Persamaan regresi berganda di atas dapat di interpretasikan sebagai berikut : a. Koefisien regresi variabel Dividend Payout RatioDPR bertanda positif. Hal ini berarti tindakan Dividend Payout Ratiosangat kuat yang akan menaikan return saham. b. Koefisien regresi variabel moderating Price to Book Value PBV memiliki tanda negatif. c. Interaksi dengan Dividend Payout RatioDPR dengan Price to Book Value PBV dalam variabel DPRxPBV memiliki arah positif. 4.3 Pembahasan 4.3.1 Pengaruh Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratioterhadap Return Saham Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 1 maka didapatkan output yang menjelaskan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham yang ditunjukkan dengan nilai signifikan t-hitung sebesar 0,423 0,05. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Syahib Universitas Sumatera Utara 61 Natarsyah 2000 yang menyatakan bahwa DER berpengaruh positif terhadap return saham, hasil penelitian Liestyowaty 2009 yang menyatakan DER berpengaruh negatif signifikan sebelum dan selama krisis dan hasil penelitian Robertus Jauhari 2003 yang menyatakan DER berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Namun hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Roy Bramantyo 2006 dan Asbi Rachman Faried 2008 yang menyatakan bahwa DER tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Selain itu pada hipotesis 1 juga diperoleh output yang menunjukkan bahwa Dividend Payout Ratio DPR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien DPR sebesar 0,046 dan nilai signifikan 0,00 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Robertus Jauhari 2003 yang menyatakan PBV berpengaruh positif signifikan terhadap return saham, namun bertentangan dengan hasil penelitian Roy Bramantyo 2006 yang menyatakan PBV tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Secara simultan, kedua variabel independen pada penelitian ini yaitu DER dan DPR secara bersama-sama dapat mempengaruhi return saham dibuktikan oleh besarnya nilai signifikan f-hitung sebesar 0,00 0,05. Universitas Sumatera Utara 62

4.3.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio DER terhadap Return

Saham dengan Price to Book Value PBV sebagai variabel moderating Pada hasil output hipotesis 2, diperoleh nilai signifikan t-hitung variabel DERxPBV sebesar 0,301 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang artinya variabel interaksi DER dan PBV secara bersama-sama tidak dapat digunakan untik memprediksi return saham.

4.3.3 Pengaruh Dividend Payout Ratio DPR terhadap Return

Saham dengan Price to Book Value PBV sebagai variabel moderating Pada hasil output hipotesis 3, diperoleh nilai signifikan t-hitung untuk variabel DPRxPBV menunjukkan nilai sebesar 0,76 0,05 yang artinya variabel interaksi DPR dan PBV secara bersama-sama tidak dapat digunakan untuk memprediksi return saham. Universitas Sumatera Utara 63 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio terhadap Return Saham dengan Price to Book Value sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat dirangkum beberapa kesimpulan yaitu : 1. Secara parsial Debt to Equity Ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini menjelaskan bahwa Debt to Equity Ratio mungkin bisa meningkatkan return saham. Sedangkan Dividend Payout Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap return saham yang artinya Dividend Payout Ratio yang tinggi akan meningkatkan return saham suatu perusahaan. Namun secara simultan, Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio memiliki hubungan yang negatif bertolak belakang terhadap return saham. Hal ini menunjukkan jika Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio tinggi, maka justru akan menurunkan return saham perusahaan tersebut. Oleh karena itu, secara ringkas dapat diambil kesimpulan bahwa Debt to Equity Ratio tidak dapat digunakan untuk memprediksi return saham, sedangkan Dividend Payout Ratio dapat digunakan untuk memprediksi return saham. Secara simultan, Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio mampu mempengaruhi return saham. Universitas Sumatera Utara 64 2. Interaksi antara Debt to Equity Ratio dan Price to Book Value variabel moderating berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini menunjukkan Price to Book Value tidak dapat digunakan sebagai variabel moderating. 4. Interaksi antara Dividend Payout Ratio dan Price to Book Value variabel moderating tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini menunjukkan bahwa Price to Book Value tidak dapat digunakan sebagai variabel moderating

5.2 Keterbatasan penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh Return on Equity, Debt to Equity Ratio dan Price Earnings Ratio Terhadap Price to Book Value Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

30 283 90

Analisis Pengaruh Dividend Payout Ratio Dan Return On Investment Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

5 103 114

Analisis faktor fundamental perusahaan terhadap Price Earning Ratio (PER) sebagai dasar penilaian saham perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013

0 6 168

Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 15 112

Pengaruh Dividend Payout Ratio (DPR), Debt To Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Nilai Perusahaan

0 3 131

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, CURRENT RATIO, RETURN ON ASSET TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 3 20

PENGARUH DIVIDEND PAYOUT RATIO, RETURN ON EQUITY, EARNING GROWTH DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP PRICE EARNINGS RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 30

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO (DER), RETURN ON EQUITY (ROE), DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) DAN PRICE TO EARNINGS RATIO (PER) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 2 79

Pengaruh Price Earning Ratio, Debt To Equity Ratio, Price To Book Value Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 13

Pengaruh price earning ratio, book to market ratio dan debt equity ratio terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 12