Dampak Perceraian Terhadap Anak

Sifat kebapak-ibuan ini biasanya di temukan pada salah satu wali yang mendapat kepercayaan untuk mengasuh anak dan biasanya ini anak-anak berada di Yayasan atau Panti Asuhan yang memiliki Ibu atau kakak pengasuh. Sifat ini akan membantu si anak dalam proses perkembangan psikologis dan sosial daripada sianak Shochib, 2003:17-18.

2.3.4 Dampak Perceraian Terhadap Anak

Apapun alasannya, tidak ada perceraian yang ideal dialami oleh pasangan suami isteri. Begitu juga dengan harapan anak yang tidak menginginkan adanya perpisahan antara kedua orangtuanya. Jika saja orang tua bersedia mencari penasihat sebelum bercerai, bukannya setelah bercerai sebagian masalah tentang anak-anak praktis akan tertangani. Anak-anak tidak mempunyai pikiran bahwa orang tuanya akan bercerai, walaupun mereka sering menyaksikan pertengkaran. Mereka akan terkejut, marah, merasa bersalah dan bingung jika diberitahukan bahwa orang tuanya akan bercerai Balson, 1999:18. Perceraian pasti membawa dampak negatif yang dapat mengganggu psikologis pada tumbuh kembang anak. Perceraian tak hanya mengakibatkan penurunan prestasi belajar anak melainkan juga menyebabkan anak mengalami kesulitan beradaptasi terhadap lingkungan yang baru sehingga menimbulkan pemberontakan dalam skala kecil dan besar yang diwujudkan dalam perilaku anak dalam lingkungan sekolah maupun rumah. Adapun dampak perceraian terhadap anak dilihat dari perspektif Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak : a. Anak akan merasa terbuang dan tidak diperhatikan Jika Ibu dan Ayah berpisah atau bersiap-siap untuk berpisah, maka biasanya anak akan disergap rasa takut kehilangan salah satu dari orangtuanya. Anak akan berpikir bahwa ia akan menjadi seorang yang sendiri di dunia ini. b. Anak akan merasa kehilangan kasih sayang Universitas Sumatera Utara Tak hanya dari orangtuanya tapi juga dari keluarga besar lainnya yang membuat sianak akan merasa kurang diperhatikan dari sebelum kedua orangtuanya berpisah. Sebab dalam pikiran anak akan terbentuk pola pikir yang mengarah bahwa jika kedua orangtuanya bercerai maka ia juga akan kehilangan sebahagian dari keluarga besar lainnya. c. Merasa bersalah Banyak anak korban perceraian yang menganggap bahwa salah satu penyebab perceraian orangtuanya adalah karena kesalahannya. Misalnya, karena sianak malas belajar, nakal, dan suka berbohong jadi ayah dan ibu bercerai. d. Anak akan berubah menjadi tidak kooperatif Biasanya ditandai dengan kenakalan-kenakalan yang tidak wajar seperti merusak barang, anak menjadi pemberang dan mudah tersinggung. Anak-anak yang menjadi korban perceraian dari orangtuanya, dapat juga menimbulkan anak tidak peduli dengan keadaan sekelilingnya, karena ia merasa cemburu dengan teman-teman sebaya atau anak-anak yang lainnya yang masih mempunyai keluarga lengkap. e. Anak terlihat depresi dan selalu menyendiri Tanda yang paling terlihat dari dampak ini adalah anak jadi sulit makan, sering membicarakan hal-hal yang menyedihkan bahkan cenderung melakukan hal-hal yang membahayakan dan selalu memikirkan orangtuanya yang bercerai. f. Pemberontakan terhadap ajaran agama Pemberontakan disini dimaksudkan bahwa anak akan melakukan perlawanan terhadap ajaran agama yang ia yakini, sekan-akan Tuhan tidak melindungi keluarganya dari malapetaka tersebut sehingga anak mengalami penurunan terhadap kegiatan kerohaniannya. Universitas Sumatera Utara Saat ini baik di Indonesia maupun di negara-negara lain sering kita lihat, dengar dan baca dari media elektronik dan media cetak anak-anak yang dianiaya, ditelantarkan bahkan dibunuh hak-haknya oleh orangtuanya sendiri maupun oleh kerasnya kehidupan. Hak asasi mereka seakan-akan tidak ada lagi dan tercabut begitu saja oleh orang-orang yang kurang bertanggungjawab. Sebagaimana halnya dengan orang dewasa, anak-anak juga memiliki hak. Hak-hak untuk anak-anak ini diakui dalam Konvensi Hak Anak yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1989. Menurut konvensi tersebut, semua anak tanpa membedakan ras, suku bangsa, agama, jenis kelamin, asal-usul keturunan maupun bahasa memiliki 4 hak dasar yaitu : a. Hak Atas Kelangsungan Hidup Termasuk di dalamnya adalah hak atas tingkat kehidupan yang layak, dan pelayanan kesehatan. Artinya anak-anak berhak mendapatkan gizi yang baik, tempat tinggal yang layak dan perawatan kesehatan yang baik bila anak jatuh sakit. b. Hak Untuk Berkembang Termasuk di dalamnya adalah hak untuk mendapatkan pendidikan, informasi, waktu luang, berkreasi seni dan budaya, juga hak asasi untuk anak-anak cacat, dimana mereka berhak mendapatkan perlakuan dan pendidikan khusus. c. Hak Partisipasi Termasuk di dalamnya adalah hak kebebasan menyatakan pendapat, berserikat dan berkumpul serta ikut serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut dirinya. Jadi, seharusnya orang-orang dewasa khususnya orangtua tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada anak karena bisa jadi pemaksaan kehendak dapat mengakibatkan beban psikologis terhadap diri anak. Universitas Sumatera Utara d. Hak Perlindungan Termasuk di dalamnya adalah perlindungan dari segala bentuk eksploitasi, perlakuan kejam dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana maupun dalam hal lainnya. Contoh eksploitasi yang paling sering kita lihat adalah mempekerjakan anak-anak di bawah umur.Untuk itu ada baiknya para orangtua, lembaga-lembaga pendidikan maupun lembaga lain yang terkait dengan anak mengevaluasi kembali, apakah semua hak-hak asasi anak telah dipenuhiterpenuhi. Dari hak-hak anak tersebut di atas, saat ini sudah banyak anak-anak yang tidak terpenuhi haknya, dan anak-anak tersebut kehilangan masa-masa yang mana dapat menunjang tumbuh kembang anak.

2.4 Kesejahteraan Anak