Proses Penanganan Kasus Hak Kuasa Asuh di KPAID-SU

4.5 Proses Penanganan Kasus Hak Kuasa Asuh di KPAID-SU

Ada beberapa tahapan-tahapan atau proses yang akan dilakukan ketika menangani kasus hak kuasa asuh di KPAID-SU yaitu: 1. Pengaduan Proses pengaduan ini merupakan langkah awal ketika seseorang, instansi, atau kelompok yang datang mengadukan suatu kasus yang terkait dengan permasalahan anak. Biasanya seseorang atau kelompok yang datang mengadu disebut dengan pelapor, dimana orang yang pertama kali mengetahui secara lengkap kronologis akan peristiwa tersebut. Pelapor akan memberikan informasi yang falid dengan apa yang menjadi masalah terhadap anak tersebut, sehingga lembaga ini akan merekam dan mencatat kronologis terbut untuk dijadikan sebagai bukti penerimaan pengaduan. Adapun syarat yang akan dipenuhi ketika pelapor datang dan memberikan pengaduannya kepada KPAID-SU seperti memberikan data diri pelapor, indentitas korban, dan menceritakan kronologis kejadian secara benar. Jika semuanya terpenuhi maka tahapan selanjutnya pelapor dan terlapor akan diundang untuk menghadiri proses mediasi baik secara via telfon atau melalui pos. 2. Mediasi Proses mediasi merupakan proses dimana merespon pengaduan pelapor yang datang. Keinginan pelapor akan dilakukannya mediasi karena tidak mendapatkan hasil yang maksimal dari putusan Pengadilan sehingga diharapkan kepada lembaga ini untuk dapat membantu dalam menemukan jalan tengah dari permasalahan tersebut. Dalam mediasi ini juga para pihak pelapor dan terlapor akan dipertemukan dan duduk bersama dalam satu Universitas Sumatera Utara ruangan, ini dilakukan agar masing-masing pihak dapat saling mendengar dan menyimak secara seksama dengan apa yang diingankan dari pelapor. Proses mediasi ini dilakukan sebanyak 3 kali pemanggilan kepada pihak terlapor, apabila dalam setiap undangan pihak terlapor tidak menghadiri proses mediasi maka akan dinyatakan tidak berhasil dalam menempuh hasil bersama yang telah dibuat oleh pihak KPAID-SU, maka terlapor akan dinyatakan sebagai klien yang tidak kooperatif. Ini bisa saja akan menjadi momentum yang berat terhadap terlapor, jika suatu saat pelapor memberikan informasi akan ketidakhadirannya saat dilakukannya mediasi selanjutnya di Pengadilan. Catatan itu dapat dijadikan sebagai pertimbangan Hakim di Pengadilan saat dilakukannya sidang terkait dengan hak kuasa asuh. Hasil yang didapat dari proses mediasi ini adalah adanya kesepakatan tertulis terkait dengan keinginan dari masing-masing pihak. 3. Pemantauan atau rekam aduan Pemantauan atau rekam aduan ini dimaksudkan untuk memantau dan memonitoringkan anak dan pengasuh dengan apa yang sudah disepakati lewat proses mediasi yang pernah dilakukan. Pemantauan ini bisa dilakukan dengan cara berkounikasi dengan pelapor atau melakukan tindak lanjut ke tempat kediaman pengasuh ataupun terlapor. Rekam aduan dapat dijadikan sebagai bukti bahwasanya dari pihak pelapor dan terlapor diketahui melanggar atau tidak memenuhi segala kesepakatan yang sudah diketahui oleh lembaga. Maka jika hal ini terjadi, dipastikan salah satu pihak akan dikenakan sanksi karena melanggar surat kesepakatan yang sudah diketahui oleh beberapa pihak. Universitas Sumatera Utara BAB V ANALISIS DATA Pada bab ini akan membahas mengenai data-data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di lapangan melalui wawancara dengan informan. Informan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 7 orang. Dengan komposisi 1 orang sebagai informan pangkal, 3 informan kunci, dan 3 informan tambahan. Dalam hal ini, data yang diperoleh langsung dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara KPAID-SU. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: 1. Penelitian dilakukan atau diawali dengan mengumpulkan beberapa dokumen dari KPAID-SU mengenai anak-anak korban perceraian yang pernah mereka damping. Pengumpulan data tersebut berupa case record yang meliputi pengumpulan data anak korban perceraian yang berupa hak kuasa asuh, kronologis kasus, dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan anak korban perceraian yang pernah didampingi oleh KPAID-SU. Universitas Sumatera Utara 2. Melakukan diskusi terbuka dengan staff KPAID-SU khususnya Pokja Pengaduan dan Fasilitasi dalam proses penentuan informan dan kronologis kasus hak kuasa asuh yang dialami oleh anak korban perceraian. Dari penelitian yang telah dilakukan di lapangan, diperoleh berbagai data-data melalui observasi dan wawancara mendalam dengan informan. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka penulis mencoba menguraikan petikan wawancara dengan informan serta narasi penulis tentang data-data tersebut diteliti, ditelaah, maka selanjutnya adalah mengadakan kategorisasi dan perbandingan-perbandingan sebelum akhirnya menarik kesirnpulan.

5.1 Informan I