sesudah bekerja adalah 82 denyut per menit. Rata-rata kenaikan frekuensi denyut nadi sebesar 9,39 denyut per menit. Pengukuran dilakukan kepada 25 pekerja
pertenunan ulos dan 19 pekerja pertenunan sarung. Frekuensi denyut nadi sebelum bekerja diukur pada pagi hari pukul 07.00 WIB dan 08.00 WIB jam
masuk kerja berbeda, tergantung kesepakatan dengan pemilik pertenunan dan frekuensi denyut nadi sesudah bekerja diukur pada sore hari pukul 17.00 WIB.
Rata-rata frekuensi denyut nadi pekerja pertenunan masih dalam kategori normal. Frekuensi denyut nadi normal menurut Depkes adalah 60-100 denyut per
menit. Walaupun secara umum frekuensi denyut nadi pekerja pertenunan masih dalam kondisi normal, tetapi yang perlu diketahui dalam penelitian ini adalah
pengaruh kebisingan terhadap peningkatan frekuensi denyut nadi.
5.4 Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Bekerja dan Sesudah Bekerja
Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata tekanan darah sistolik sebelum bekerja 108,41 mmHg, sesudah bekerja 115,45. Rata-rata tekanan darah
diastolik sebelum bekerja 79,32, sesudah bekerja 88,86. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja pertenunan mengalami kenaikan tekanan darah
sesudah bekerja Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan tekanan darah sistolik
sebelum dan sesudah bekerja p = 0,001 dan terdapat perbedaan tekanan diastolik sebelum dan sesudah bekerja p = 0,001. Adanya perbedaan tekanan darah
sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah bekerja menunjukkan adanya pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah pekerja pertenunan di Kecamatan
Balige.
Universitas Sumatera Utara
Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan manusia berupa peningkatan sensitifitas tubuh seperti peningkatan sistem kardiovaskuler dalam bentuk
kenaikan tekanan darah dan denyut jantung Chandra, 2007. Sobel 1995 dalam bukunya menyatakan suara bising yang didengar oleh
telinga akan menimbulkan perangsangan simpatis pada syaraf. Impuls simpatis dikirim ke medula adrenalin bersamaan dengan pengiriman ke semua pembuluh
darah, impuls ini menyebabkan medula mensekresikan norepinefrin dan epinefrin ke dalam sirkulasi darah. Kedua hormon ini dibawa di dalam aliran darah ke
semua bagian tubuh tempat mereka langsung bekerja pada pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Perangsangan simpatis juga akan meningkatan aktifitas saraf ginjal sehingga sel jukstaglomerulus mensekresikan renin ke dalam darah. Renin sendiri
merupakan suatu enzim yang memecahkan komponen utama salah satu protein plasma yang disebut substrat rennin untuk melepaskan dekapeptida angiotensi I.
Dalam beberapa detik setelah pembentukan angiotensin I, 2 asam amino tambahan dipecah darinya membentuk oktapeptida angiotensin II yang dikatalis
oleh enzim ‘converting enzyme’. Selama menetap di dalam darah angiotensin II mempunyai efek yang dapat meningkatan tekanan darah. Salah satu efek ini
terjadi dengan sangat cepat yaitu vasokontriksi pada arteriol. Kontriksi arteriol meningkatkan tahanan perifer dan dengan demikian meningkatkan tekanan arteri.
Efek angiotensin lainnya terutama berhubungan dengan volume cairan tubuh : 1.
Angiotensin mempunyai efek langsung terhadap ginjal untuk menyebabkan penurunan ekskresi garam dan air.
Universitas Sumatera Utara
2. Angiotensin merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal dan
hormone ini sebaliknya juga bekerja pada ginjal menyebabkan penurunan ekskresi garam dan air.
Kedua efek ini cenderung meningkatkan volume darah yang merupakan factor penting dalam pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Oleh karena adanya paparan kebisingan, pusat vasomotor mengirim impuls eksitasi melalui serabut saraf simpatis ke jantung untuk meningkatkan
aktivitas jantung kontraktilitas jantung, meningkatkan frekuensi jantung melalui reseptor beta
– 1 sehingga memperbesar curah jantung. Meningkatkan curah jantung dan tahanan perifer total akan meningkatkan kenaikan tekanan darah.
5.5 Hubungan Tingkat Kebisingan dengan Tekanan Darah