Program-program  bidang  sosial  antara  lain:  pelayanan  dan  kampanye kesehatan,  beasiswa  pendidikan,  pembangunan  dan  renovasi  sarana
sekolah,  sumbangan  sosial  untuk  bencana  alam,  sekolah  binaan  serta pendidikan dan pelatihan teknologi informasi.
Program-program CSR  yang dijalankan perusahaan dalam bidang ekonomi  antara  lain:  pemebrdayaan  dan  pembinaan  UKM  dan
pengusaha,  kemitraan  dalam  penyediaan  kebutuhan  dan  bahan  baku produksi,  kredit  pembiayaan  dan  bantuan  modal  untuk  pengembangan
usaha, pengembangan
agrobisnis, serta
pemberdayaan dan
pengembangan  tenaga  kerja  lokal.  Sedangkan  program  CSR  dalam bidang  lingkungan  adalah  pembinaan  dan  kampanye  lingkungan  hidup,
pengelolaan  fisik  agar  lebih  asri,  pengelolaan  limbah,  pembangunan sarana  air  bersih,  penanaman  pohon  atau  penghijauan  dan  pertanian
anorganik. Program-program CSR ini biasanya dijalankan dalam waktu yang  berbeda-beda  sesuai  dengan  perusahaann  masing-masing:  kurang
dari  1  tahun,  1-2  tahun,  3--5  tahun,  6-7  tahun,  8--10  tahun  serta  lebih daari 11 tahun.
Menurut  Gurvy  Kavei  dalam  SWA  edisi  26XXI19  Desember –
11 Januari 2006, CSR dipraktekkan dalam tiga wilayah atau area antara lain:  di  tempat  kerja,  seperti  aspek  keselamatan  kerja,  pengembangan
skill
karyawan dan kepemilikan saham. Di komunitas, antara lain dengan memberikan beasiswa dan pemberdayaan ekonomi terhadap lingkungan,
antara  lain  pelestarian  lingkungan  dan  pross  produksi  yang  ramah lingkungan.
Pelaksanaan  proram-program  CSR  dapat  dilakukan  perusahaan dengan cara bekerja sama dengan pihak lain, yayasan yang bekerjasama
dengan  pihak  ketiga,  yayasan  milik  perusahaan,  pihak  ketiga  dan dilakukan oleh perusahaan itu sendiri.
4. Stakeholders
Dalam  prinsip
responsibility,
penekanan  yang  signifikan diberikan pada kepentingan
stakeholders
perusahaan. Di sini perusahaan diharuskan memperhatikan kepentingan
stakeholders,
menciptakan nilai tambah
value added
dari produk, dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya. Menurut Sita Soepomo
2004,
stakeholders
perusahaan dapat didefinisikan sebagai pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah karyawan,
konsumen,  pemasok,  masyarakat,  lingkungan  sekitar,  dan  pemerintah sebagai  regulator.  CSR  sebagai  sebuah  gagasan,  perusahaan  tidak  lagi
dihadapkan  pada tanggung jawab  yang  berpedoman  pada
single  bottom line
,  yaitu  nilai  perusahaan
corporate  value
yang  direfleksikan  dalam kondisi keuangannya
financial
saja. Tetapi tanggung jawab perusahaan harus  berpedoman  pada
triple  bottom  lines
.  Di  sini
bottom  lines
selain finansial adalah soal dan lingkungan.
Menurut  J.  Sudarsono  2002,  lingkungan  yang  berpengaruh langsung  terhadap  perusahaan  adalah  pihak  yang  berkepentingan
stakeholders
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Eksternal stakeholder
Pihak yang berkepentingan eksternal antara lain: a
Pelanggan,  menukarkan  sumber  daya  dengan  barang  atau  jasa yang  dihasilkan  oleh  dunia  usaha,  pelanggan  bisa  perorangan
maupun lembaga. b
Pemasok, dengan adanya faktor-faktor produksi memungkinkan dunia usaha melakukan kegiatan produksi.
c Pemerintah, bertindak untuk membantu dan melindungi industri
dengan peraturan dan undang-undang. d
Kelompok  khusus,  misalnya  pecinta alam  yang  peduli  terhadap kelestarian alam dan lingkungan.
e Lembaga  konsumen,  dengan  memperhatikan  dan  membela  hak
konsumen, contoh: lembaga perlindungan konsumen. f
Serikat pekerja, berkenaan dengan penentuan upah kondisi kerja dan sebagainya.
g Lembaga  keuangan,  misalnya,  bank,  lembaga  sewa  guna  yang
dapat membantu dalam pemenuhan modal.
2. Internal
stakeholder
Pihak yang berkepentingan internal atau
stakeholder
, terdiri dari: a
Karyawan,  dengan  keterampilan  dan  pendidikan  yang  memadai akan  sangat  membantu  dunia  usaha  dalam  menjalankan
usahanya. b
Pemegang  saham  dan  dewan  direksi,  struktur  yang  mengatur perusahaan publik yang memungkinkan pemegang saham untuk
mempengaruhi  suatu  perusahaan  dengan  menggunakan  hak suara.
Gambar 2 Model
Stakeholder
dalam Sebuah Perusahaan
Sumber : Pengantar Ekonomi Perusahaan 2002 5. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi SUTET
Pembangunan  Saluran  Udara  Tegangan  Ekstra  Tinggi  SUTET didasarkan pada Pasal 8 UU No. 202002 yang disebutkan bahwa usaha
ketenagalistrikan terdiri  dari  dua  kelompok.  Pertama,  usaha  penyediaan tenaga  listrik  yang  meliputi  pembangkitan,  transmisi,  distribusi,
penjualan, agen penjualan, pengelola pasar dan pengelola sistem. Kedua, usaha  penunjang  tenaga  listrik  yang  mencakup  jasa  penunjang  dan
industri  penunjang.  Jasa  penunjang  antara  lain  berupa  konsultasi, pembangunan,
pemasangan, pengujian,
pengoperasian, dan
pemeliharaan  instalasi,  serta  jasa  terkait  lainnya.  Industri  penunjangnya terdiri atas industri peralatan dan industri pemanfaatan tenaga listrik
Menurut  Rancangan  Undang-Undang  Tentang  Ketenagalistrikan, Saluran  Udara  Tegangan  Ekstra  Tinggi  SUTET  adalah  transmisi
tenaga  listrik  yang  menggunakan  konduktor  di  udara  bertegangan nominal  275  kV  dan  500  kV  yang  selanjutnya  disebut  SUTET.
Sedangkan  transmisi tenaga  listrik  adalah penyaluran  tenaga  listrik  dari suatu  pembangkitan  ke  suatu  sistem  distribusi  atau  kepada  konsumen,
Perusahaan Pelanggan
Komunitas Lokal
Konsumen Manajemen
Pemasok Karyawan
atau  penyaluran  tenaga  listrik  antar  sistem.  Konduktor  adalah  pilihan kawat yang dipergunakan untuk menyalurkan energi listrik.
Secara teoritis, elektron yang  membawa arus listrik pada jaringan tegangan  tinggi  akan  bergerak  lebih  cepat  bila  perbedaan  tegangannya
makin  tinggi.  Elektron  yang  membawa  arus  listrik  pada  jaringan interkoneksi  dan  juga  pada  jaringan  transmisi,  akan  menyebabkan
timbulnya  medan  magnet  maupun  medan  listrik.  Elektron  bebas  yang terdapat  dalam  udara  dim  sekitar  jaringan  tegangan  tinggi,  akan
terpengaruh  oleh  adanya  medan  magnet  dan  medan  listrik,sehingga gerakannya akan makin cepat dan hal ini dapat menyebabkan timbulnya
ionisasi di udara.
Ionisasi  terjadi  karena  elektron  sebagai  partikel  yang  bermuatan negatif  dalam  gerakannya  bertumbukan  dengan  molekul-molekul  udara
sehingga  timbul  ionisasi  berupa  ion-ion  dan  elektron  baru.  Proses  ini akan terus berjalan selama ada arus pada jaringan tegangan tinggi yang
mengakibatkan ion dan elektron menjadi berlipat ganda terlebih lagi bila gradien tegangannya cukup tinggi.
Udara  yang  lembab  karena  adanya  pohon  di  bawah  jaringan tegangan tinggi akan lebih mempercepat terbentuknya pelipatan ion dan
elektron  yang  disebut  dengan
avalanche
.  Akibat  ion  yang menggandakan  diri  dan  elektron  ini  peristiwa
avalanche
akan menimbulkan
korona
berupa  percikan  busur  cahaya  yang  disertai  pula dengan suara mendesis dan bau khusus yang disebut dengan bau ozone.
Peristiwa
avalanche
dan timbulnya korona akibat adanya medan magnet dan  medan  listrik  pada  jaringan  tegangan  tinggi  inilah  yang  sering
disamakan  dengan  radiasi  gelombang  elektromagnet  atau  radiasi tegangan tinggi.
Gambar 3 Grafik Perkembangan Daya Listrik
2 4
6 8
10 12
14
G ig
a Wa
tt
195869 197374
197879 198384
198889 199394
Tahun
Grafik
Series1
Amerika Serikat
sebagai negara
industri yang
banyak menggunakan  jaringan  tegangan  tinggi,  telah  menetapkan  batas  aman
sebesar 0,2 mikro Weberm
2
. Sedangkan Rusia menetapkan batas aman radiasi tegangan tinggi dengan faktor 1000 lebih rendah dari yang telah
ditetapkan Amerika Serikat. Adanya perbedaan penetapan batas aman ini disebabkan  oleh  penelitian  mengenai  dampak  radiasi  tegangan  tinggi
terhadap manusia masih belum selesai dan terus dilakukan.
6. Bahaya Listrik pada Tegangan Ekstra Tinggi