Stakeholders JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN (TERDIRI DARI BEBERAPA JURNAL) TAHUN 18, NO 2, DES 2008

Program-program bidang sosial antara lain: pelayanan dan kampanye kesehatan, beasiswa pendidikan, pembangunan dan renovasi sarana sekolah, sumbangan sosial untuk bencana alam, sekolah binaan serta pendidikan dan pelatihan teknologi informasi. Program-program CSR yang dijalankan perusahaan dalam bidang ekonomi antara lain: pemebrdayaan dan pembinaan UKM dan pengusaha, kemitraan dalam penyediaan kebutuhan dan bahan baku produksi, kredit pembiayaan dan bantuan modal untuk pengembangan usaha, pengembangan agrobisnis, serta pemberdayaan dan pengembangan tenaga kerja lokal. Sedangkan program CSR dalam bidang lingkungan adalah pembinaan dan kampanye lingkungan hidup, pengelolaan fisik agar lebih asri, pengelolaan limbah, pembangunan sarana air bersih, penanaman pohon atau penghijauan dan pertanian anorganik. Program-program CSR ini biasanya dijalankan dalam waktu yang berbeda-beda sesuai dengan perusahaann masing-masing: kurang dari 1 tahun, 1-2 tahun, 3--5 tahun, 6-7 tahun, 8--10 tahun serta lebih daari 11 tahun. Menurut Gurvy Kavei dalam SWA edisi 26XXI19 Desember – 11 Januari 2006, CSR dipraktekkan dalam tiga wilayah atau area antara lain: di tempat kerja, seperti aspek keselamatan kerja, pengembangan skill karyawan dan kepemilikan saham. Di komunitas, antara lain dengan memberikan beasiswa dan pemberdayaan ekonomi terhadap lingkungan, antara lain pelestarian lingkungan dan pross produksi yang ramah lingkungan. Pelaksanaan proram-program CSR dapat dilakukan perusahaan dengan cara bekerja sama dengan pihak lain, yayasan yang bekerjasama dengan pihak ketiga, yayasan milik perusahaan, pihak ketiga dan dilakukan oleh perusahaan itu sendiri.

4. Stakeholders

Dalam prinsip responsibility, penekanan yang signifikan diberikan pada kepentingan stakeholders perusahaan. Di sini perusahaan diharuskan memperhatikan kepentingan stakeholders, menciptakan nilai tambah value added dari produk, dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya. Menurut Sita Soepomo 2004, stakeholders perusahaan dapat didefinisikan sebagai pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah karyawan, konsumen, pemasok, masyarakat, lingkungan sekitar, dan pemerintah sebagai regulator. CSR sebagai sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpedoman pada single bottom line , yaitu nilai perusahaan corporate value yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya financial saja. Tetapi tanggung jawab perusahaan harus berpedoman pada triple bottom lines . Di sini bottom lines selain finansial adalah soal dan lingkungan. Menurut J. Sudarsono 2002, lingkungan yang berpengaruh langsung terhadap perusahaan adalah pihak yang berkepentingan stakeholders dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Eksternal stakeholder Pihak yang berkepentingan eksternal antara lain: a Pelanggan, menukarkan sumber daya dengan barang atau jasa yang dihasilkan oleh dunia usaha, pelanggan bisa perorangan maupun lembaga. b Pemasok, dengan adanya faktor-faktor produksi memungkinkan dunia usaha melakukan kegiatan produksi. c Pemerintah, bertindak untuk membantu dan melindungi industri dengan peraturan dan undang-undang. d Kelompok khusus, misalnya pecinta alam yang peduli terhadap kelestarian alam dan lingkungan. e Lembaga konsumen, dengan memperhatikan dan membela hak konsumen, contoh: lembaga perlindungan konsumen. f Serikat pekerja, berkenaan dengan penentuan upah kondisi kerja dan sebagainya. g Lembaga keuangan, misalnya, bank, lembaga sewa guna yang dapat membantu dalam pemenuhan modal. 2. Internal stakeholder Pihak yang berkepentingan internal atau stakeholder , terdiri dari: a Karyawan, dengan keterampilan dan pendidikan yang memadai akan sangat membantu dunia usaha dalam menjalankan usahanya. b Pemegang saham dan dewan direksi, struktur yang mengatur perusahaan publik yang memungkinkan pemegang saham untuk mempengaruhi suatu perusahaan dengan menggunakan hak suara. Gambar 2 Model Stakeholder dalam Sebuah Perusahaan Sumber : Pengantar Ekonomi Perusahaan 2002 5. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi SUTET Pembangunan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi SUTET didasarkan pada Pasal 8 UU No. 202002 yang disebutkan bahwa usaha ketenagalistrikan terdiri dari dua kelompok. Pertama, usaha penyediaan tenaga listrik yang meliputi pembangkitan, transmisi, distribusi, penjualan, agen penjualan, pengelola pasar dan pengelola sistem. Kedua, usaha penunjang tenaga listrik yang mencakup jasa penunjang dan industri penunjang. Jasa penunjang antara lain berupa konsultasi, pembangunan, pemasangan, pengujian, pengoperasian, dan pemeliharaan instalasi, serta jasa terkait lainnya. Industri penunjangnya terdiri atas industri peralatan dan industri pemanfaatan tenaga listrik Menurut Rancangan Undang-Undang Tentang Ketenagalistrikan, Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi SUTET adalah transmisi tenaga listrik yang menggunakan konduktor di udara bertegangan nominal 275 kV dan 500 kV yang selanjutnya disebut SUTET. Sedangkan transmisi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari suatu pembangkitan ke suatu sistem distribusi atau kepada konsumen, Perusahaan Pelanggan Komunitas Lokal Konsumen Manajemen Pemasok Karyawan atau penyaluran tenaga listrik antar sistem. Konduktor adalah pilihan kawat yang dipergunakan untuk menyalurkan energi listrik. Secara teoritis, elektron yang membawa arus listrik pada jaringan tegangan tinggi akan bergerak lebih cepat bila perbedaan tegangannya makin tinggi. Elektron yang membawa arus listrik pada jaringan interkoneksi dan juga pada jaringan transmisi, akan menyebabkan timbulnya medan magnet maupun medan listrik. Elektron bebas yang terdapat dalam udara dim sekitar jaringan tegangan tinggi, akan terpengaruh oleh adanya medan magnet dan medan listrik,sehingga gerakannya akan makin cepat dan hal ini dapat menyebabkan timbulnya ionisasi di udara. Ionisasi terjadi karena elektron sebagai partikel yang bermuatan negatif dalam gerakannya bertumbukan dengan molekul-molekul udara sehingga timbul ionisasi berupa ion-ion dan elektron baru. Proses ini akan terus berjalan selama ada arus pada jaringan tegangan tinggi yang mengakibatkan ion dan elektron menjadi berlipat ganda terlebih lagi bila gradien tegangannya cukup tinggi. Udara yang lembab karena adanya pohon di bawah jaringan tegangan tinggi akan lebih mempercepat terbentuknya pelipatan ion dan elektron yang disebut dengan avalanche . Akibat ion yang menggandakan diri dan elektron ini peristiwa avalanche akan menimbulkan korona berupa percikan busur cahaya yang disertai pula dengan suara mendesis dan bau khusus yang disebut dengan bau ozone. Peristiwa avalanche dan timbulnya korona akibat adanya medan magnet dan medan listrik pada jaringan tegangan tinggi inilah yang sering disamakan dengan radiasi gelombang elektromagnet atau radiasi tegangan tinggi. Gambar 3 Grafik Perkembangan Daya Listrik 2 4 6 8 10 12 14 G ig a Wa tt 195869 197374 197879 198384 198889 199394 Tahun Grafik Series1 Amerika Serikat sebagai negara industri yang banyak menggunakan jaringan tegangan tinggi, telah menetapkan batas aman sebesar 0,2 mikro Weberm 2 . Sedangkan Rusia menetapkan batas aman radiasi tegangan tinggi dengan faktor 1000 lebih rendah dari yang telah ditetapkan Amerika Serikat. Adanya perbedaan penetapan batas aman ini disebabkan oleh penelitian mengenai dampak radiasi tegangan tinggi terhadap manusia masih belum selesai dan terus dilakukan.

6. Bahaya Listrik pada Tegangan Ekstra Tinggi