Keterlibatan Keluarga JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN (TERDIRI DARI BEBERAPA JURNAL) TAHUN 18, NO 2, DES 2008

melibatkan pihak lain. Hasilnya, sebagian berhasil tidak meneruskan ke tingkat perceraian dan sebagian lagi justru gagal. Dari paparan data sebelumnya dapat diketahui bahwa langkah- langkah yang ditempuh oleh pasutri di Malang dalam memproses perceraian sangat beragam. Sebagian diantara mereka bisa melibatkan pihak keluarga masing-masing secara penuh, sebagian lagi hanya melibatkan salah satu keluarga saja. Ada juga yang berkonsultasi ke KUA. Namun dari responden yang dihubungi hampir tidak ada yang melibatkan lembaga BP4 yang sengaja dibentuk oleh pemerintah untuk memberikan solusi terhadap pasutri yang sedang mengalami problem keluarga.

1. Keterlibatan Keluarga

Sudah menjadi kelaziman bahwa anggota keluarga adalah bagian tak terpisahkan dari sepasang suami istri. Keluargalah yang biasa memberikan suport kepada pasutri apabila mengalami problem keluarga yang sulit diatasi. Dalam konteks perceraian, keterlibatan keluarga pun tidak bisa dihindari. Mereka selalu terlibat dalam hal ini. Namun, keterlibatan mereka dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni keluarga yang secara penuh dilibatkan dan sebagian lagi tidak penuh. Pasutri yang melibatkan pihak keluarga secara penuh biasanya adalah pasutri yang memulai proses pernikahan dengan cara yang wajar dan mendapatkan restu dari keluarga kedua belah pihak. Hal ini sangat wajar, sebab pihak keluarga merasa dilibatkan dalam proses perkawinan, sehingga mereka juga merasa perlu membantu pasutri yang sedang mempunyai persoalan rumah tangga dan membutuhkan bantuan penyelesaian. Sementara itu dari pihak pasutri sendiri juga tidak merasa sungkan dan terbebani jika meminta bantuan kepada keluarga, sebab perkawinan mereka juga atas restu keluarga. Meskipun demikian pihak keluarga biasanya juga mengetahui kapan mereka bisa terlibat dan kapan tidak. Tidak semua persoalan harus diselesaikan oleh pihak keluarga. Karena bagimanpun pasutri adalah pihak-pihak yang paling mengetahui persoalan yang dialami, keberadaan keuarga tak lebih hanya sekedar membantu memecahkan persoalan yang dialami. Bantuan penyelesaian persoalan adalah sesuatu yang penting, mengingat ketika pasutri mengalami pertengkaran, yang mengemuka adalah aspek emosi, sehingga aspek nalar tidak bisa berfungsi secara maksimal. Berbeda dengan pelibatan sebelumnya, sebagian pasutri tidak memanfaatkan peran senioritas keluarga. Banyak faktor yang menjadi penyebab mereka melakukan ha lni. Adapun faktor yang mngemuka adalah tidak direstuinya hubungan perkawinan mereka oleh kedua belah pihak, kalaupun direstui hal itu disebabkan adanya ‖kecelakaan‖ sebelumnya dari pihak istri. Pasutri yang menempuh langkah ini biasanya didasari oleh perasaan minder dan takut. Ketakutan terutama diarahkan kepada orang tua dan mertua, karena proses pernikahan yang mereka jalani pada awalnya tidak ‖direstui‖ oleh orang tua, baik keduanya atau salah satunya. Pasutri ini merasa bahwa mereka telah berbuat tidak baik kepada orang tua dan pihak keuarga. Karena pertimbangan inilah mereka lebih memilih menyelesaikan persoalan keluarganya tanpa campur tangan keluarga terlebih dahulu. Apabila mereka telah merasa tidak mampu barulah melibatkan orang tua atau mertua.

2. Keterlibatan BP4