melibatkan  pihak  lain.  Hasilnya,  sebagian  berhasil  tidak  meneruskan  ke tingkat perceraian dan sebagian lagi justru gagal.
Dari  paparan  data  sebelumnya  dapat  diketahui  bahwa  langkah- langkah  yang  ditempuh  oleh  pasutri  di  Malang  dalam  memproses
perceraian  sangat  beragam.  Sebagian  diantara  mereka  bisa  melibatkan pihak  keluarga  masing-masing  secara  penuh,  sebagian  lagi  hanya
melibatkan  salah  satu  keluarga  saja.  Ada  juga  yang  berkonsultasi  ke KUA.  Namun  dari  responden  yang  dihubungi  hampir  tidak  ada  yang
melibatkan  lembaga  BP4  yang  sengaja  dibentuk  oleh  pemerintah  untuk memberikan  solusi  terhadap  pasutri  yang  sedang  mengalami  problem
keluarga.
1. Keterlibatan Keluarga
Sudah  menjadi  kelaziman  bahwa  anggota  keluarga  adalah  bagian tak  terpisahkan  dari  sepasang  suami  istri.  Keluargalah  yang  biasa
memberikan suport kepada pasutri apabila mengalami problem keluarga yang sulit diatasi.
Dalam  konteks  perceraian,  keterlibatan  keluarga  pun  tidak  bisa dihindari.  Mereka  selalu  terlibat  dalam  hal  ini.  Namun,  keterlibatan
mereka dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni keluarga yang secara penuh dilibatkan dan sebagian lagi tidak penuh.
Pasutri  yang  melibatkan  pihak  keluarga  secara  penuh  biasanya adalah pasutri yang memulai proses pernikahan dengan cara yang wajar
dan  mendapatkan  restu  dari  keluarga  kedua  belah  pihak.  Hal  ini  sangat wajar, sebab pihak keluarga merasa dilibatkan dalam proses perkawinan,
sehingga  mereka  juga  merasa  perlu  membantu  pasutri  yang  sedang mempunyai  persoalan  rumah  tangga  dan  membutuhkan  bantuan
penyelesaian. Sementara itu dari pihak pasutri sendiri juga tidak merasa sungkan  dan  terbebani  jika  meminta  bantuan  kepada  keluarga,  sebab
perkawinan  mereka  juga  atas  restu  keluarga.  Meskipun  demikian  pihak keluarga biasanya juga mengetahui kapan mereka bisa terlibat dan kapan
tidak.  Tidak  semua  persoalan  harus  diselesaikan  oleh  pihak  keluarga. Karena bagimanpun pasutri adalah pihak-pihak  yang  paling  mengetahui
persoalan  yang  dialami,  keberadaan  keuarga  tak  lebih  hanya  sekedar membantu  memecahkan  persoalan  yang  dialami.  Bantuan  penyelesaian
persoalan  adalah  sesuatu  yang  penting,  mengingat  ketika  pasutri mengalami  pertengkaran,  yang  mengemuka  adalah  aspek  emosi,
sehingga aspek nalar tidak bisa berfungsi secara maksimal. Berbeda  dengan  pelibatan  sebelumnya,  sebagian  pasutri  tidak
memanfaatkan  peran  senioritas  keluarga.  Banyak  faktor  yang  menjadi penyebab  mereka  melakukan  ha  lni.  Adapun  faktor  yang  mngemuka
adalah tidak direstuinya hubungan perkawinan mereka oleh kedua belah pihak,  kalaupun  direstui  hal  itu  disebabkan  adanya  ‖kecelakaan‖
sebelumnya dari pihak istri. Pasutri  yang  menempuh  langkah  ini  biasanya  didasari  oleh
perasaan minder dan takut. Ketakutan terutama diarahkan  kepada orang tua  dan  mertua,  karena  proses  pernikahan  yang  mereka  jalani  pada
awalnya  tidak  ‖direstui‖  oleh  orang  tua,  baik  keduanya  atau  salah satunya.  Pasutri  ini  merasa  bahwa  mereka  telah  berbuat  tidak  baik
kepada orang tua dan pihak keuarga. Karena pertimbangan inilah mereka lebih  memilih  menyelesaikan  persoalan  keluarganya  tanpa  campur
tangan  keluarga  terlebih  dahulu.  Apabila  mereka  telah  merasa  tidak mampu barulah melibatkan orang tua atau mertua.
2.  Keterlibatan BP4