Pada kutipan cerpen dengan kode teks C67VII D-05Posttest tersebut, urutan peristiwa yang disajikan kurang runtut, kurang logis dan kurang
mudah dipahami. Pengenalan cerita tidak terbentuk dengan baik dan konflik yang dihadirkan kurang jelas.
c. Aspek Kosakata
Aspek kosakata berisi penilaian terhadap kemampuan siswa dalam hal pengetahuan kosakata, penguasaan kata, pemilihan kata, dan penggunaan
ungkapan. Teks cerpen yang baik hendaknya menggunakan kosakata dan ungkapan yang mudah dipahami sehingga pembaca akan mudah memahami
teks cerpen yang dibuat. Berikut ini disajikan penggalan teks cerpen kelompok eksperimen yang memperlihatkan aspek kosakata dengan baik.
C103VII E-09 Posttest
Pada penggalan teks cerpen dengan judul Jangan Pernah Menyesal tersebut dapat terlihat bahwa siswa sudah memilih dan menggunakan kata-
kata yang benar dalam teks cerpen yang ditulis. berkisah tentang anak seorang petani yang memiliki sebuah cita-cita. Pada teks cerpen tersebut
untuk mendukung suasana pedesaan dan ladang, siswa memilih kata-kata yang dekat dengan kedua hal tersebut. Misalnya saja penggunaan kata-kata
sepertiubi, jagung, kupu-kupu, ekosistem, dan lainnya. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pemilihan kata-kata dalam teks cerpen tersebut tepat.
Pada kelompok kontrol, terdapat beberapa teks cerpen yang penguasaan katanya terbatas, sering terjadi kesalahan bentuk, dan makna membingungkan
atau tidak jelas. Hal tersebut terlihat pada kutipan cerpen berikut.
C82VII D-20 Posttest
Pada kutipan cerpen dengan kode teks C82VII D-20Posttest tersebut, terlihat penguasaan kata yang terbatas dan siswa kurang dapat memilih kata.
Pada kutipan teks cerpen tersebut juga terdapat kesalahan bentuk yang menjadikan makna tidak jelas dan justru membingungkan pembaca. Misalnya
saja penggunaan kata ketawa, plinplan, narik, bener, bla bla bla, dan lainnya. Penggunaan kata-kata tersebut di dalam teks cerpen menjadi mengaburkan
makna dan membingungkan pembaca.
d. Aspek Bahasa
Aspek bahasa berisi penilaian terhadap kemampuan siswa dalam hal penggunaan bahasa, penggunaan gaya bahasa, dan konstruksi kalimat. Teks
cerpen yang baik hendaknya tidak banyak terjadi kesalahan konstruksi, penggunaan bahasa yang tepat, dan makna kalimat yang tidak
membingungkan pembaca. Berikut terdapat penggalan teks cerpen siswa kelompok eksperimen yang telah memenuhi kriteria tersebut.
Ujian nasional SMP telah usai, undangan pengumuman hasil ujian telah disebar. Siang ini aku akan memberitahukannya pada budheku, tetapi
mengapa di rumah ada banyak orang? Lalu aku masuk. Kenapa budheku dikelilingi banyak orang? Ada apa ini? Lalu ada tetanggaku berkata,
“Sabarlah Nak, budhemu ini telah tiada”. Apa? Budhe meninggal? Tidak mungkin Ternyata keadaan budhe semakin memburuk akhir-akhir ini, budhe
telah dimakamkan. Rasa kesedihanku memuncak, budhe adalah ibu kedua bagiku.
Seperti pesan budheku, aku disuruh melanjutkan bisnis laundrynya. Kehidupanku berjalan seperti biasa. Tetapi tanpa budhe yang selalu merawat,
menghibur, dan menasihatiku. C123VII E-29
Posttest
Teks cerpen tersebut menggunakan bahasa yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula dengan contoh teks cerpen
kelompok eksperimen yang lain pada berikut ini.
Suatu hari aku sedang membuat bunga-bunga kertas di kamar. Setelah membuatnya aku selalu menempelnya di dinding kamar, sehingga tampak
lebih cantik dan rapi di kamarku. Ibuku sempat memarahiku karena terlalu sering membuat bunga kertas dan aku menjadi lupa mengerjakan tugas
sekolah. Ibuku pernah melarangku untuk tidak membuat bunga kertas lagi. Aku selalu berkata, “Ma, jangan marah lagi, aku janji bila membuat bunga
kertas tidak akan lupa waktu”. “Janji ya,” kata ibu. “Iya janji.” Kataku. C112VII E-18
Posttest
Sama seperti penggalan teks cerpen sebelumnya, teks cerpen tersebut juga menggunakan bahasa yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang dekat dengan keseharian pengarang usia SMP. Dengan kata lain, bahasa yang digunakan disesuaikan
dengan psikologi pengarang. Kedua teks cerpen kelompok eksperimen juga tidak banyak terjadi kesalahan konstruksi, kemudian kedua teks cerpen
tersebut juga menggunakan bahasa yang tepat, dan makna kalimat yang tidak membingungkan pembaca. Sehingga kedua teks cerpen tersebut dapat
dipahami oleh pembaca. Hal tersebut juga terjadi pada tulisan teks cerpen pada kelompok kontrol.
Teks cerpen kelompok kontrol dilihat dari aspek bahasa sangat beragam. Pada teks cerpen kelompok kontrol, tidak banyak terjadi kesalahan konstruksi,
penggunaan bahasanya juga tepat, dan makna kalimat tidak membingungkan pembaca. Namun terdapat satu teks cerpen kelompok kontrol yang
penggunaan bahasanya tidak tepat dan makna kalimat yang membingungkan pembaca.
C74VII D-12 Posttest
Teks cerpen tersebut penggunaan bahasanya tidak tepat, serta banyak kalimat yang membingungkan pembaca. Misalnya saja penggunaan bahasa
slang seperti, jones, btw, bro, au ah, dan lainnya. Bahasa slang tersebut kurang dimengerti oleh pembaca yang belum mengetahui arti sesungguhnya
dari bahasa slang tersebut. Dapat dikatakan teks cerpen tersebut penggunaan bahasanya tidak tepat. Agar pembaca mudah memahami isi teks cerpen,
seharusnya penggunaan bahasa sangat diperhatikan, jangan sampai pembaca tidak memahami isi teks cerpen karena penggunaan bahasa dan
pengungkapan makna yang tidak tepat.
Dilihat dari aspek bahasa, teks cerpen yang dibuat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen jarang sekali menggunakan sarana retorika.
Retorika merupakan suatu cara untuk memperoleh efek estetis. Unsur retorika meliputi bentuk-bentuk yang berupa pemajasan dan pencitraan. Kedua
kelompok sangat jarang menggunakan sarana retorika dalam teks cerpen yang dibuat.
e. Aspek Mekanik