Tanggapan tentang pendidikan karakter di SMA Pangudi Luhur Van

200 sebagai objek. Para Pendamping berusaha membangun kedekatan dengan siswa dengan cara membangun suasana pembelajaran yang dialogis, demokratis, dan tentu saja bersahabat . Dalam pembelajaran, pendamping bisa melakukan sharing antar siswa, komunikasi lawan jenis, permainan sesuai daerah masing-masing lalu mengadakan refleksi dari permainan yang telah dilakukan, tentu saja semua itu melihat kondisi dan kebutuhan dari para peserta didik Sementara Pamong dalam upaya menanamkan pendidikan karakter di asrama juga berusaha membangun kedekatan dengan peserta didik agar mereka bisa menjalankan multi perannya sahabat, konselor, orang tua, serta Guru yang dapat membantu mereka dalam belajar sehingga proses internalisasi nilai – nilai karakter dapat terwujud. Selain itu Pamong juga harus mampu menyesuaikan kondisi anak yang masih dalam masa labil secara emosi agar memudahkan dalam menanamkan nilai – nilai karakter.

4. Pengintegrasian pendidikan karakter

MS : Pengintegrasian nilai – nilai karakter dimulai melalui kegiatan-kegiatan sejak awal siswa masuk Van Lith. Di awal ada kegiatan yang disebut OASE Orientasi Asrama dan Sekolah untuk mencoba mengenalkan karakter-karakter yang ada di Van Lith kepada siswa barunya selama satu minggu ditambah tiga hari kegiatan LCB Leadership Character Building yang menjadi langkah pertama siswa dari berbagai daerah sebagai rangkaian untuk mengikuti apa yang terjadi di SMA Van Lith. Yang kedua melalui semua Kurikulum Pengembangan yang ada di sekolah ini baik di setiap tahapan Kelas X, Kelas XI, Kelas XII seperti yang telah tertulis di Buku Pedoman Pendidikan untuk memasukkan dan mencapai karakter itu. Jadi urutannya seperti ini, Kelas X lebih mengolah ke dalam diri, Kelas XI sudah mulai mengolah keluar diri, dan Kelas XII sudah keluar lagi dengan lingkup yang jauh lebih luas dengan skala nasional. Keunggulan karakter di Van Lith ini yaitu melalui semua kegiatan dari Kurikulum Pengembangan, dipersiapkan secara bertahap dari Kelas X hingga Kelas XII. WS : Menurut saya penanaman karakter paling efektif melalui keteladanan. Penanaman karakter paling penting itu saat berjumpa dengan para siswa, memanfaatkan setiap perjumpaan misal melalui teguran kalau anak berbuat salah. Hal ini disebabkan tidak ada ruang khusus bagi anak selama di asrama karena waktunya sudah tersita untuk berbagai kegiatan di sekolah, tidak adanya waktu khusus untuk melakukan konseling bagi anak selama di asrama kalau di sekolah masih ada guru Bimbingan Konseling sehingga harus memanfaatkan momen ketika berjumpa dengan para siswa, mengobrol, menanyakan kabar, menanyakan apa ada keluh kesah, menggunakan model dialog. Kesimpulan : Model pengintegrasian nilai – nilai karakter yang dimulai sejak peserta didik masuk di SMA Pangudi Luhur Van Lith dengan berbagai kegiatannya serta melalui segala kegiatan yang terdapat di dalam Kurikulum Pengembangan sesuai dengan tingkatan siswa Kelas X, Kelas XI, dan Kelas XII. Selain itu, keteladanan oleh Pamong, Pendamping serta Kepala Sekolah dapat dilakukan dengan memanfaatkan setiap perjumpaan dengan siswa dalam menanamkan nilai – nilai pendidikan karakter.