Skala Guttman Semantik Defferensial Skala Thurstone Rating Scale

102 Pernyataan positif diberi skor 5,4,3,2, dan 1; sedangkan bentuk pernyataan negatif diberi skor 1,2,3,4 dan 5. Bentuk jawaban skala Likert terdiri atas sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Contoh: No PERNYATAAN SS S RR TS STS 1 Banyaknya kasus penyimpangan pajak yang di- lakukan oknum tertentu tidak boleh menyurutkan kesadaran kita untuk membayar pajak dengan benar dan jujur. 2 Untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat tidak perlu melibatkan anggota masyarakat sebab negara telah memiliki tentara dan polisi. 3 Perilaku buruk dalam berlalu lintas sebagian ang- gota masyarakat kita tidak boleh dibiarkan sebab akan merusak citra Indonesia di mata dunia sebagai bangsa yang tidak berkeadaban. 4 Kecintaan kepada tanah air Indonesia tidak boleh luntur oleh hujan dan lekang oleh panas di mana pun dan sampai kapan pun Indonesia adalah tumpah darah. 5 Pahlawan hanya muncul pada saat perang ke- merdekaan, pada saat sekarang di era pemban- gunan nasional dirasakan tidak relevan lagi. Keterangan: SS = Sangat Setuju; S = Setuju; RR = ragu-ragu; TS = Tidak Setuju; STS = Sangat Tidak Setuju

5. Skala Guttman

Skala Guttman, yaitu skala yang menginginkan jawaban tegas seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah – tidak pernah. Untuk jawaban positif seperti setuju, benar, pernah dan semacamnya diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban negatif seperti tidak setuju, salah, tidak, tidak pernah, dan semacamnya diberi skor 0. 103 Contoh: No PERNYATAAN YA TIDAK 1 Melaksanakan ibadah agama atas dasar keimanan dan tanpa paksaan siapa pun. 2 Menghormati orang tua melebihi rasa hormat kepada orang lain. 3 Gemar membaca melebihi kegemaran menonton film maupun mendengarkan musik. 4 Tidak memilih-milih teman untuk berkawan. 5 Menghormati dosen layaknya menghormati orang tua sendiri.

6. Semantik Defferensial

Skala defferensial, yaitu skala untuk mengukur sikap dan lainnya, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda atau checklist tetapi tersusun dalam satu garis kontinum. Sebagai contoh skala semantik defferensial mengukur gaya kepemimpinan seorang pimpinan. Contoh: Gaya Kepemimpinan Demokrasi 7 6 5 4 3 2 1 Otoriter Bertanggung jawab 7 6 5 4 3 2 1 Tidak bertanggung jawab Memberi Kepercayaan 7 6 5 4 3 2 1 Mendominasi Menghargai bawahan 7 6 5 4 3 2 1 Tidak menghargai bawahan Keputusan diambil bersama 7 6 5 4 3 2 1 Keputusan diambil sendiri

7. Skala Thurstone

Skala Thurstone merupakan skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap skor memiliki kunci skor dan jika diurut kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama. 104 Contoh: No PERNYATAAN SKALA 1 Kemampuan mengendalikan diri. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2 Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 3 Samanya perkataan, perasaan, dan perbuatan. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 4 Berpikir jernih, berhati mulia, berperilaku setia. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

8. Rating Scale

Dalam rating scale data kuantitatif ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala rating scale, responsden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang disediakan. Contoh: No PERNYATAAN INTERVAL JAWABAN 1 Keputusan diambil bersama. 5 4 3 2 1 2 Belajar keras untuk berhasil lulus dalam ujian na- sional. 5 4 3 2 1 3 Mencintai tanah air sebagai tanah tumpah darah. 5 4 3 2 1 4 Menggunakan produksi dalam negeri. 5 4 3 2 1 105

BAB III MODEL PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Tujuan

Pembangunan karakter merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara. Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah bertekad untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai bagian penting dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa tahun 2010-2025. Menyadari bahwa pendidikan karakter merupakan bagian yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2010- 2025 telah menetapkan pendidikan karakter sebagai misi pertama dari delapan misi guna mewujudkan visi pembangunan nasional. Kebijakan pemerintah dalam menetapkan pendidikan karakter sebagai misi pertama dari delapan misi pembangunan jangka Panjang Nasional Tahun 2010-2025 perlu didukung dan implementasikan oleh berbagai komponen masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing, termasuk di dalamnya oleh kalangan pendidikan. Menurut Sunaryo 2010: 43 pendidikan karakter dalam bidang pendidikan harus dikembangkan dalam bingkai utuh sistem pendidikan nasional, bingkai utuh sistem pendidikan nasional dalam pendidikan karakter, menurut Sunaryo dirumuskan dalam sembilan ayat kerangka pikir, yakni sebagai berikut. Pertama, karakter bangsa bukan agregasi perorangan karena karakter bangsa harus terwujud dalam rasa kebangsaan yang kuat dalam konteks kultur yang beragam. Karakter bangsa mengandung perekat kultural, yang harus terwujud dalam kesadaran kultural cultural awareness dan kecerdasan kultural cultural intelegence setiap warga negara. Karakter menyangkut perilaku yang amat luas karena di dalamnya terkandung nilai-