Metode Socratik sebagai Dasar Pengembangan Model Kajian Psikopedagogis Pembelajaran Eksperiensial

150 n Sentuhan touching Banyak juga latihan kelompok yang melibatkan berbagai bentuk sentuhan. Latihan sentuhan dibahas secara terpisah karena ada beberapa petunjuk yang harus dipertimbangkan saat akan melakukannya, yakni : 1 Sadarilah bahwa beberapa peserta mungkin akan merasa tidak nyaman dengan kontak fisik. Jika suatu latihan melibatkan beberapa bentuk sentuhan, pastikan bahwa peserta memahami apa yang akan terjadi dan mengizinkan siapa saja yang bersedia untuk melakukan latihan ini. 2 Dalam hampir setiap situasi, yng terbaik adalah dengan mencegah penggunaan sentuhan yang memiliki konotasi seksual. Beberapa latihan pijat, bisa saja diinterpretasikan secara seksual jika tidak dilakukan dengan sepantasnya. Contoh Latihan Sentuhan touching : Hand squeeze Trainer : “Dalam latihan kali ini saya ingin kalian membuat lingkaran. Kemudian salah satu dari kalian harus meremas tangan peserta disebelahmu. Latihan ini dilakukan tanpa berbicara, para peserta harus melakukan hal yang sama pada peserta lain, terus mengelilingi lingkaran sampai kembali pada orang yang memulai latihan ini. Baiklah Joni, kamu yang memulai pertama.” Latihan ini berguna sebagai ice breaker dan juga ajang menjalin keakraban antar peserta. Latihan semacam ini juga diharapkan tidak menimbulkan konotasi seksual yang buruk.

D. Deskripsi Model

1. Metode Socratik sebagai Dasar Pengembangan Model

Dalam mengorganisasikan kegiatan bimbingan dan konseling kelompok dapat dilakukan dengan menggunakan Metode Socratic Socratic method. Metode ini terdiri atas empat langkah kegiatan yaitu; a Eksperientasi Experience; b Identifikasi Identify; cAnalisis Analize; dan d Generalisasi Generalize. 151 a. Fase Eksperientasi experience atau disebut juga fase action adalah fase di mana konselor melaksanakan kegiatan konseling do yang diarahkan pada upaya memfasilitasi individu untuk mengekspresikan perasaan-perasaan yang menjadi beban psikologisnya sesuai dengan skenario yang telah ditetapkan sebelumnya. b. Fase Identifikasi identify adalah fase di mana konselor melaksanakan proses identifikasi dan refleksi pengalaman selama proses latihan. Pada fase ini konseli atau anggota kelompok diminta untuk bercermin atau melihat look ke dalam dirinya apa kaitan antara proses permainan dengan keadaan dirinya. Pada tahap ini konseli diajak untuk mengungkapkan pikiran, perasaan yang terkait dengan proses eksperientasi. Pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh konseli merepresentasikan kondisi psikologis dan permasalahan yang dihadapinya. c. Fase analisis analyze adalah fase di mana konseli diajak untuk merefleksikan reflection dan memikirkan think kaitan antara proses konseling dengan kondisi psikologis yang sedang dihadapinya. Sehingga dapat digunakan untuk membuat rencana perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan diri. d. Fase generalisasi generalitation adalah fase di mana konseli diajak untuk membuat rencana plan perbaikan terhadap kelemahan yang dihadapi oleh konseli. Rencana perbaikan dapat diwujudkan pada proses konseling berikutnya. Ringkasan keempat langkah pelaksanaan permainan kelompok dengan menggunakan Socratic Method disajikan melalui gambar berikut. Gambar 4. Skema Pengorganisasian Konseling Kelompok 152

2. Kajian Psikopedagogis Pembelajaran Eksperiensial

Ada tiga jenis pembelajaran, yaitu kognitif, emosional dan fisik. Kebanyakan sesi management-training menggunakan terutama jenis yang pertama kognitif, kadang-kadang jenis kedua emosional dan jarang menggunakan yang ketiga fisik. Dalam jenis pembelajaran emosional dan fisik menambahkan api dan kerikil terhadap ’kekeringan’ dalam suatu latihan intelektual. Akibat dari penggunaan ketiga jenis pembelajaran ini dapat memunculkan suatu perspektif kelompok yang tidak dapat dimunculkan oleh lingkungan kelas itu sendiri. Sesi permainan tali-temali menggunakan ketiga jenis pembelajaran ini terutama jenis pembelajaran emosional. Seiring individu dan tim-nya menemukan tantangan dalam permainan, mereka pun semakin tertarik terhadap ’siapa mereka dan mau jadi apa mereka’. Kesenangan ini menempatkan mereka pada suatu ’altered state’ keadaan yang teralihkan, keadaan ini membolehkan proses pembelajaran pada tingkatan dasar – satu tingkat dibawah bahasa. Pendekatan yang operatif dalam pengalaman permainan tali temali adalah keyakinan bahwa anggota tim telah memiliki seluruh pengetahuan yang harus mereka unggulkan dalam bekerja bersama. Tantangan bagi trainer adalah untuk membawa serta pengetahuan ini sehingga dapat dipahami dan digunakan. Permainan tali temali memberikan kesempatan untuk belajar dari pengalaman tanpa suatu akibat yang berbahaya atau yang harus dibayar mahal. Proses dalam bermain dengan menggunakan tali dapat memunculkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang mirip dengan apa yang dialami di tempat kerja. Dalam permainan ini, merupakan saat bagi peserta untuk melepaskan dan menganalisis pengalaman mereka. Beberapa pertanyaa dibawah ini sering diajukan saat debriefing : apa yang berhasil? Kenapa? Apa yang tak berhasil? Kenapa? Pembelajaran apa yang ingin kau dapatkan? Proses debriefing mengacu pada metode socratis, yang dipraktikkan oleh orang-orang yunani kuno. Dalam metode ini, peserta didik dapat 153 secara aktual mengajar dirinya sendiri dengan cara menjawab pertanyaan yang dipresentasikan oleh mentor. Mentor tidak menguliahi peserta dengan tujuan untuk lebih menanamkan pembelajaran daripada membantu peserta untuk mencapai suatu pemahaman atas suatu pembelajaran melalui self- discovery. Dalam pembelajaran ekspeioensial aspek kognitif, afektif ,konatif dan psikomotior dapat dikembangan sekaligus, Proses eksperientasi akan memberikan pengalaman kognitif yang sangat kuat bukan hanya pada kognisi rendah seperti pengetahuan knowledge dan pemahaman komprehension tetapi juga pada aspek analisis, sintesis dan evaluasi, Sementara aktifitas identifikasi, analisis, dan generalisasi yang juga disebut sebagai langkah refleksi akan memberi pengalaman afeksi, konasi dan psikomotor.

E. ProsedurMetode Pelaksanaan