Modal Sosial Dalam Bidang Pendidikan
26 Gambar 1 . Kerangka Konseptual
Sumber: Siti Irene A. D, 2014: 30
Dinamika dari item di atas dapat digunakan untuk menganalisis kompleksitas dalam proses pembelajaran. Analisis mengenai eksistensi modal yang dimiliki
individu tak dapat dipisahkan dari modal sosial, modal identitas, dan modal manusia yang saling berhubungan. Ketika modal sosial berubah ada kemungkinan
Modal Identitas
Rencana Target
Motivasi Belajar Kenyamanan
Kesehatan Keahlian
Keluarga Konsep
Diri
Perilaku dan Nilai Kepercayaan
Konsep Diri
Rencana Target Kenyamanan
Perilaku dan Nilai Kepercayaan
Keluarga Motivasi Belajar
Kesehatan Keahlian
Teman dan Relasi Pengetahuan
Kualifikasi
Partisipasi Masyarakat
Modal Manusia Modal Sosial
Modal Identitas Modal Identitas
Konsep Diri
Rencana Target
Modal Identitas
Kenyamanan Motivasi Belajar
Konsep Diri
Rencana Target
Modal Identitas
Perilaku dan Nilai Kepercayaan
Kenyamanan Motivasi Belajar
Konsep Diri
Rencana Target
Modal Identitas Modal Identitas
Konsep Diri
Modal Identitas
Rencana Target Konsep
Diri
Modal Identitas Modal Identitas
Motivasi Belajar Rencana Target
Konsep Diri
Modal Identitas
Kesehatan Keahlian
Perilaku dan Nilai Kepercayaan
Kenyamanan Motivasi Belajar
Rencana Target Konsep
Diri
Modal Identitas
Keluarga Pengetahuan
Kesehatan Keahlian
Perilaku dan Nilai Kepercayaan
Kenyamanan Motivasi Belajar
Rencana Target Konsep
Diri
Modal Identitas
Teman dan Relasi
Kualifikasi
Keluarga Pengetahuan
Kesehatan Keahlian
Perilaku dan Nilai Kepercayaan
Kenyamanan Motivasi Belajar
Rencana Target Konsep
Diri
Modal Identitas
Teman dan Relasi
Kualifikasi
Keluarga Pengetahuan
Kesehatan Keahlian
Perilaku dan Nilai Kepercayaan
Kenyamanan Motivasi Belajar
Rencana Target Konsep
Diri
Modal Identitas
Partisipasi Masyarakat Teman dan Relasi
Kualifikasi
Keluarga Pengetahuan
Kesehatan Keahlian
Perilaku dan Nilai Kepercayaan
Kenyamanan Motivasi Belajar
Rencana Target Konsep
Diri
Modal Identitas
Motivasi Belajar Rencana Target
Konsep Diri
Modal Identitas
Kesehatan Kenyamanan
Motivasi Belajar Rencana Target
Konsep Diri
Modal Identitas
Keluarga Keahlian
Perilaku dan Nilai Kepercayaan
Kesehatan Kenyamanan
Motivasi Belajar Rencana Target
Konsep Diri
Modal Identitas
Teman dan Relasi Pengetahuan
Modal Manusia Modal Sosial
Partisipasi Masyarakat
Kualifikasi
Teman dan Relasi Pengetahuan
Keluarga Keahlian
Perilaku dan Nilai Kepercayaan
Kesehatan Kenyamanan
Motivasi Belajar Rencana Target
Konsep Diri
Modal Identitas
27 modal manusia dan modal identitas juga mengalami perubahan. Ketiga modal
serta item – item yang ada pada dinamika proses menjadi aspek penting yang perlu dipertimbangkan untuk menguatkan modal yang dimiliki.
Dalam masyarakat demokrasi pendidikan adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat yang berarti pendidikan bukan milik pemerintah semata. Pendidikan
diharapkan menjadi sarana untuk menumbuhkan sikap demokratis, nasionalisme, dan rasa persatuan yang merupakan kapital sosial bagi sebuah masyarakat. Dalam
hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan suatu masyarakat terjadi apabila terdapat kapital sosial yang besar, tidak hanya memiliki dana yang cukup dan
lembaga yang manajemennya baik. Semakin besar kapital sosial suatu masyarakat akan mempermudah meningkatkan taraf hidup masyarakat tersebut Jenniefer
dalam Siti Irene A. D, 2014:60. Dalam dunia pendidikan, kebijakan pendidikan akan berhasil jika didukung oleh modal sosial yang ada pada masyarakat itu.
Modal sosial dipandang dapat menggerakkan masyarakat untuk merealisasikan kebijakan baru dengan optimal. Perubahan kebijakan penidikan dari sentralistik ke
desentralistik menunjukkan adanya perubahan paradigm lama ke baru yang dapat melahirkan banyak masalah sehingga memerlukan bantuan masyarakat dalam
menemukan solusi yang proaktif Wasitohadi dalam Siti Irene A. D, 2014: 68. Dalam skala yang lebih mikro, sekolah akan mudah melaksanakan
berbagai kebijakan pendidikan – termasuk kebijakan desentralisasi pendidikan- jika ada dukungan sosial yang kuat berupa modal sosial. Dengan modal sosial
akan dimungkinkan proses tindakan yang rasional dalam struktur sekolah dalam mengatasi masalah – masalah terkait kebijakan pendidikan. Penguatan modal
28 sosial dilakukan oleh seluruh warga sekolah dengan cara membangun kesadaran
bersama bahwa modal sosial adalah aspek yang sangat penting dan dibutuhkan untuk perbaikan mutu pendidikan. Perbaikan mutu sekolah dimulai dengan
memanajemen unsur – unsur modal sosial yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang dapat membangun budaya sekolah yang efektif bagi
pengembangan sumber daya pribadi siswa. Bagi sekolah penguatan modal sosial dapat dilakukan dengan berpartisipasi melalui berbagai jaringan sosial untuk
menunjukkan eksistensi sekolah tersebut. Langkah berikutnya adalah dengan memupuk rasa kepercayaan dalam organisasi maupun luar organisasi Siti Irene
A. D, 2014: 70-74. B.
MANAJEMEN SEKOLAH 1.
Definisi Manajemen Sekolah
Me-manage atau mengelola sekolah artinya mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah
Muchlas Samani, dkk, 2009: 3. Manajemen sekolah juga dapat diartikan sebagai pelaksanaan fungsi- fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
pengawasan, dan evaluasidan atau fungsi manajemen lainnya terhadap seluruh komponen pendidikan di sekolah Hari Suderadjat, 2005: 59. Manajemen sekolah
secara teori dikenal juga istilah Manajemen Berbasis Sekolah MBS yang dilaksanakan oleh beberapa Negara dimana prakteknya seluruh kegiatan
manajemen dilakukan di sekolah sebagai satuan pendidikan. Hal tersebut pada intinya sama dengan manajemen sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah MBS
berasal dari tiga kata yaitu manajemen, berbasis dan sekolah. Manajemen adalah
29 proses menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan. Berbasis
memiliki arti dasar atau asas. Sekolah adalah lembaga tempat berlangsungnya proses pendidikan dan belajar mengajar. Berdasarkan uraian tersebut MBS dapat
diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang berasaskan pada sekolah tertentu pada proses pembelajaran dan pengajaran Nurkolis, 2006: 1. Syamsudin dalam
Engkoswara dan Aan Komariah 2010: 293 menjelaskan bahwa MBS merupakan salah satu alternatif pengelolaan sekolah dalam kerangka desentralisasi dalam
bidang pendidikan yang memungkinkan adanya otonomi yang luas di tingkat sekolah untuk melibatkan partisipasi masyarakat yang tinggi agar dapat lebih baik
dalam mengelola sekolah sehingga mampu mengalokasikan output sesuai dengan prioritas, kebutuhan, dan potensi daerah tersebut. Tim peningkatan mutu
pendidikan SMP Depdiknas dalam Engkoswara dan Aan Komariah 2010: 293 juga mengungkapkan bahwa MBS merupakan model pengelolaan sekolah yang
berdasar pada kekhasan, kebolehan, kemampuan dan kebutuhan sekolah yang tetap dibatasi oleh kebijakan nasional. Masih pada buku Engkoswara dan Aan
Komariah 2010: 293 Deemer dan Davis juga menjelaskan bahwa MBS atau dalam bahasa lain dikenal juga dengan School Based Management SBM
merupakan suatu model desentralisasi dan kolaborasi dalam pengambilan keputusan pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Penjelasan pengertian MBS juga dapat ditilik dari cakupannya dimana ada definisi yang dipandang secara luas maupun sempit. MBS menurut Wohlstetter
dan Mohrman dalam Nurkolis 2006: 2 MBS diartikan secara luas sebagai ara pendekatan politis untuk mendesain ulang organisasi sekolah dengan memberikan
30 kewenangan dan kekuasaan pada partisipan sekolah guna memajukaan sekolah
tersebut. Mendukurng teori sebelumnya, MBS diartikan sebagai bentuk manajemen atau pengelolaan sekolah yang sepenuhnya diserahkan kepada pihak
sekolah untuk mencapai tujuan – tujuan pendidikan di sekolah yang sesuai dengan perundang – undangan yang berlaku Ikbal barlian, 2013: 2. Dalam arti lebih
sempit MBS hanya mengarah pada perubahan tanggung jawab dari pemerintah pusat ke kepala sekolah yang selain bertanggungjawab juga memiliki hal kontrol
proses pendidikan kepada kepala sekolah, guru, siswa , dan orangtua Nurkolis, 2006: 13. Dari beberapa pengertian yang sudah disebutkan makan MBS atau
SBM dapat diartikan dengan suatu model pengelolaan sekolah yang otonom yang merupakan dampak dari desentralisasi pendidikan yang melibatkan banyak
partisipasi dari berbagai pihak yang dapat bermanfaat dalam pencapaian tujuan pendidikan sekolah tersebut.
Penjelasan mengenai manajemen sekolah maupun manajemen berbasis sekolah pada intinya memiliki kesamaan makna. Keduanya sama- sama memiliki
kewenangan untuk mengelola sekolahnya sendiri dengan maksimal dalam mencapai tujuan satuan pendidikan serta tujuan pendidikan nasional.
Dikemukakan oleh Hill, dkk dalam Sudarwan Danim 2010: 38-39, pemerintah dengan berbagai persuasi telah memutuskan untuk berinisiatif dalam merintis
perubahan pola pengambilan kebijakan yang lebih berbasis satuan pendidikan namun masih dalam bingkai kebijakan dan pedoman nasional yang cukup detil.
Dengan adanya kebijakan semacam ini, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta diberi kesempatan yang sama untuk tampil bermutu guna mencerdaskan
31 bangsa Sudarwan Danim, 2010: 44. Dengan kesepakatan yang ada, sekolah
tidak lagi dapat dipersepsi sebagai unit administratif dan kepala sekolah bukanlah jabatan administratif, namun sekolah telah menjadi institusi akademik yang khas
dan kepala sekolah harus menjadi pemimpin institusi akademik yang ulung Sudarwan Danim, 2010: 44. Keadaan ini mengharuskan kepala sekolah untuk
mengatur agar guru dan staf lain bekerja secara optimal, dengan mendayagunakan saranaprasarana yang dimiliki serta potensi masyarakat demi mendukung
ketercapaian tujuan sekolah.