PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DAN NUMBERED HEADS TOGETHER PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 4 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009 201
commit to user
GROUP INVESTIGATION
DAN
NUMBERED HEADS
TOGETHER
PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU
DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
SISWA
KELAS VIIIG SMP NEGERI 4 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh :ANNISA RAHMA FILARD K 7406043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
(2)
commit to user
ii
GROUP INVESTIGATION
DAN
NUMBERED HEADS
TOGETHER
PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU
DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
SISWA
KELAS VIIIG SMP NEGERI 4 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh :
ANNISA RAHMA FILARD K 7406043
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Tata Niaga Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
(3)
commit to user
iii
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 02 September 2010 Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Soemarsono, M.Pd Dra. Dewi Kusuma W, M.Si
(4)
commit to user
iv
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang tanda tangan
Ketua : Sudarno, S.Pd, M.Pd ……….. Sekretaris : Fery Setyowibowo, SE, MM ……….
Anggota I : Drs. Soemarsono, M.Pd ……….
Anggota II : Dra. Dewi Kusuma Wardani, M.Si ………
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 1960 07 27 1987 02 1 001
(5)
commit to user
v
Annisa Rahma Filard. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DAN NUMBERED HEADS
TOGETHER PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 4 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, September 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dan Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIIIG SMP Negeri 4 Sukoharjo.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIG SMP Negeri 4 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010, sejumlah 32 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui kegiatan berupa: (a) wawancara; (b) observasi; (c) tes prestasi belajar; (d) dokumentasi. Prosedur pelaksanaan tindakan meliputi: (a) perencanaan tindakan; (b) pelaksanaan tindakan; (c) observasi; (d) refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dan Numbered Heads Together (NHT) pada materi pokok Sistem Perekonomian Indonesia serta Pembentukan Harga Pasar dapat meningkatkan prestasi belajar mapel IPS Terpadu siswa. Prestasi belajar tersebut dinyatakan tuntas karena secara umum pencapaian prestasi belajar siswa berada di atas standar batas tuntas nilai IPS Terpadu yaitu
6,5. Sebelum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI) dan Numbered Heads Together (NHT) nilai rata-rata kelas siswa adalah 61,75 tetapi setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dan Numbered Heads Together (NHT) nilai rata-rata kelas siswa menjadi 75,94 pada siklus I dan 78,22 pada siklus II. Pada siklus I terjadi peningkatan rata-rata kelas sebesar 14,19 point dibandingkan dengan sebelum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif GI dan NHT, serta semua siswa berhasil mencapai KKM, dengan prosentase 34,375% mendapat nilai tepat pada batas KKM, yaitu 65.
Pada siklus II rata-rata siswa menjadi 78,22 atau naik sebesar 2,28 dari siklus I. Semua siswa mencapai KKM dari 75% target yang direncanakan, walaupun masih ada siswa yang mendapat nilat tepat pada batas KKM yaitu 31,25% dari seluruh siswa kelas VIIIG.
(6)
commit to user
vi
Annisa Rahma Filard. THE APPLICATION OF GROUP
INVESTIGATION AND NUMBERED HEADS TOGETHER COOPERATIVE LEARNING MODELS IN INTEGRATED SOCIAL SCIENCE COURSE IN THE ATTEMPT OF IMPROVING THE VIIIG GRADERS OF SMP NEGERI 4 SUKOHARJO IN THE SCHOOL YEAR OF 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, September 2010.
The objective of research is to describe the application of group investigation (GI) and numbered heads together (NHT) cooperative learning models to improve the Integrated Social Science Course learning achievement of the VIIIG graders of SMP Negeri 4 Sukoharjo in the School Year of 2009/2010.
This study employed a Classroom Action Research. The subject of research was VIIIG graders of SMP Negeri 4 Sukoharjo in the school year of 2009/2010, as many as 32 students. Techniques of collecting data used were: (a) interview; (b) observation; (c) learning achievement test; (d) documentation. The procedure of action implementation included: (a) planning, (b) acting, (c) observing, and (d) reflecting,
Considering the result of research, it can be concluded that the application of group investigation (GI) and numbered heads together (NHT) cooperative learning models in the Indonesian Economic System as well as Market Pricing
basic material can improve the students’ Integrated Social Science Course
learning achievement. Such achievement is said as passing because generally the
student’s learning achievement is above the passing limit standard of Integrated
Social Science score of 6.5. Before the application of group investigation (GI) and
numbered heads together (NHT) cooperative learning models, the students’ mean
class value is 61.75 but after the Before the application of group investigation (GI) and numbered heads together (NHT) cooperative learning models it raises into 75.94 in cycle I and 78.22 in cycle II. In Cycle I, there is an increase of 14.19 point in the mean class score compared with it before the application of GI and NHT cooperative learning model, and all students successfully reach KKM with 34.375% obtaining the score exactly at the KKM limit of 65.
In Cycle II, the students’ mean rises into 78.22 or raises by 2.28 from
cycle I. All students reach KKM from 75% planned target, although there are few students obtaining the score exactly at the KKM limit of 31.25% from all VIIIG graders.
(7)
commit to user
vii
Kita tidak harus berhasil dalam semua hal, karena keberhasilan dalam satu hal saja sudah lebih dari cukup untuk menjadikan semua hal indah bagi kita. Keberhasilan
adalah proses, bukan tujuan. (Mario Teguh - Motivator)
Mengatasi kesulitan adalah pengalaman yang paling menyenangkan dalam hidup (Arthur Schopenhauer - filsuf Jerman)
Pengetahuan diperoleh dengan belajar, kepercayaan didapat dengan keraguan, keahlian dengan latihan, dan cinta diraih dengan cinta.
(Thomas S Szasz – Psikolog Hungaria)
Kualitas bukanlah suatu kebetulan; kualitas selalu berasal dari usaha yang cerdas. (John Ruskin – Penulis Inggris)
(8)
commit to user
viii
Kusuntingkan skripsi ini untuk :
Bapak Ibu tercinta yang menjadi semangat dalam menopang langkahku dengan kasih sayang, doa, dan pengorbanannya yang tak pernah bertepi
Adina Winanda Putra atas cinta dan dorongan semangat kepada penulis yang tak henti-hentinya
Adikku tersayang, untukmu aku berjuang dan berusaha menjadi panutan yang baik
Keluarga besarku yang telah memberi semangat dan membantu dalam hal materi maupun dorongan secara psikis
Saudara seperjuanganku, anak-anak Kos Yustisia 1 atas dukungan dan kebersamaannya selama ini
Sahabat-sahabat di Sukoharjo dan Solo, semoga persahabatan ini kan kekal, tak lekang oleh waktu
Teman-teman PTN 2006 atas kebersamaan selama ini, semangat teman, perjuangan kita masih panjang
(9)
commit to user
ix
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya serta dengan usaha keras, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis haturkan kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dalam rangka mengadakan penelitian guna penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui atas permohonan ijin penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Sutaryadi, M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan ijin dalam penyusunan skripsi ini.
4. Sudarno, S.Pd. M.Pd., selaku Ketua BKK Pendidikan Tata Niaga Program
Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan ijin dalam penyusunan skripsi ini.
(10)
commit to user
x
dalam memberikan masukan, dorongan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Dra. Dewi Kusuma Wardani, M.Si., selaku Pembimbing II yang dengan arif dan bijak dalam memberikan masukan, dorongan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Dosen Prodi Ekonomi BKK PTN yang telah memberi bekal ilmu
pengetahuan sehingga dapat menunjang terselesainya skripsi ini.
8. Tim penguji skripsi yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk menguji penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian skripsi guna menyelesaikan studi di bangku kuliah.
9. Ibu Dwi Susilowati, S.Pd, M.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 4 Sukoharjo
yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
10.Dra. Jamiyem, selaku guru IPS Terpadu SMP Negeri 4 Sukoharjo yang telah membantu dan menyediakan waktu dalam penelitian.
11.Siswa kelas VIIIG, terima kasih atas kerjasama dan kebersamaannya. 12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca guna dapat memperbaiki penulisan yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan.
Surakarta, September 2010
(11)
commit to user
xi
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK ... v
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Indikator Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Kajian Pustaka ... 8
1. Hakikat Prestasi Belajar ... 8
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ... 9
3. Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation ... 13
4. Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together ... 14
5. Peranan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation dan Numbered Heads Together dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ... 15
(12)
commit to user
xii
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
A. Tempat dan waktu ... 22
1. Tempat Penelitian ... 22
2. Waktu Penelitian... 22
B. Subjek Penelitian ... 23
C. Teknik Pengumpulan Data ... 23
1. Observasi ... 23
2. Wawancara ... 23
3. Tes ... 24
D. Teknik Analisis Data ... 25
E. Prosedur Penelitian ... 25
1. Siklus I ... 26
a. Perencanaan Tindakan ... 26
b. Pelaksanaan Tindakan ... 27
c. Observasi dan Interpretasi ... 29
d. Analisis dan Refleksi ... 30
e. Tahap Tindak Lanjut ... 30
2. Siklus II... 30
a. Perencanaan Tindakan ... 30
b. Pelaksanaan Tindakan ... 31
c. Tahap Observasi dan Evaluasi ... 33
d. Tahap Analisis dan Refleksi ... 33
e. Tahap Tindak Lanjut ... 33
F. Jadwal Penelitian ... 34
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ... 35
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 35
1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation Dan Numbered Heads Together ... 35
2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif GI dan NHT dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ... 54
(13)
commit to user
xiii
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 60
A. Simpulan ... 60
B. Implikasi ... 60
C. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63
(14)
commit to user
xiv
Gambar
1 Skema Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Pembelajaran Group
Investigation dan Numbered Heads Together
... 20
2 Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 34
3 Grafik Nilai Rata-rata Kelas VIIIG ... 55
4 Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 57
5 Grafik Kemampuan dalam Melaksanakan Investigasi ... 136
6 Grafik Kemampuan Mengeluarkan Ide/Pendapat ... 137
7 Kerjasama dalam Kelompok ... 138
(15)
commit to user
xv
Tabel
1 Daftar Nilai Rata-rata UAS Mapel IPS Terpadu Kelas VII ... 2
2 Daftar Nilai Ulangan Harian Kelas VIIIG Mapel IPS Terpadu ... 3
3 Rincian Kegiatan, Waktu, dan Jenis Kegiatan Penelitian ... 22
4 Indikator Ketercapaian ... 26
5 Kemampuan dalam Melaksanakan Investigasi ... 136
6 Kemampuan Mengeluarkan Ide/Pendapat ... 137
7 Kerjasama dalam Kelompok ... 138
(16)
commit to user
xvi
Lampiran
1 Silabus Siklus I ... 65
2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 67
3 Kisi-kisi Soal Ulangan Harian Siklus I ... 78
4 Soal Ulangan Harian (Tes Formatif) Siklus I ... 79
5 Jawaban Soal Ulangan Harian Siklus I ... 80
6 Pembagian Kelompok Siklus I ... 83
7 Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Pra Siklus ... 84
8 Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Siklus I ... 87
9 Silabus Siklus II ... 93
10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 95
11 Kisi-kisi Soal Ulangan Harian Siklus II ... 104
12 Soal Ulangan Harian Siklus II... 105
13 Jawaban Soal Ulangan Harian Siklus II ... 106
14 Pembagian Kelompok Siklus II ... 110
15 Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Siklus II ... 111
16 Pedoman Wawancara ... 117
17 Hasil Wawancara dengan Guru IPS Terpadu... 118
18 Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas VIIIG ... 120
19 Lembar Observasi siswa ... 132
20 Lembar Observasi Guru ... 141
21 Daftar Prestasi Belajar Siswa Kelas VIIIG Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 145
22 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 Sukoharjo ... 147
(17)
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran yang bermakna akan memberikan pengalaman yang mengesankan. Pengalaman tersebut akan menjadi semakin berkesan bila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Proses pembelajaran yang dimaksud adalah dengan melibatkan siswa untuk merumuskan sendiri suatu konsep dan guru hanya sebagai fasilitator serta moderator. Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Tim Pustaka Yustisia, 2008), setiap peserta didik memiliki potensi dan bakat yang harus digali dan dikembangkan. Oleh karenanya, proses pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar siswa dapat berkembang semaksimal mungkin. Dalam penelitian ini, penulis mengangkat masalah proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terjadi transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Penekanan proses ini tidak hanya pada upaya menjejali siswa dengan berbagai pengetahuan saja, melainkan upaya menjadikan siswa paham dan mengerti pengetahuan tersebut dan aplikasinya dalam dunia nyata serta sebagai bekal untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
SMP Negeri 4 Sukoharjo merupakan Sekolah Standar Nasional (SSN) yang berada di Kecamatan Sukoharjo. SMP ini memiliki siswa dengan latar belakang prestasi belajar yang bervariasi. Sistem yang digunakan di SMP ini adalah Moving Class, dengan kata lain siswa dituntut untuk berpindah-pindah kelas sesuai mata pelajaran yang telah terjadwal. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mengkondisikan ruang kelas sesuai mapel yang ada. Misalnya untuk kelas IPS, ada berbagai media pembelajaran yang menunjang, seperti atlas, globe, gambar-gambar pahlawan, dan lain-lain yang tentunya berbeda dengan kelas matematika. Kelemahannya yaitu siswa merasa capek untuk terus berpindah kelas
(18)
commit to user
dan tidak jarang siswa terlambat masuk kelas.
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan penulis melalui nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) atau ujian kenaikan kelas siswa SMP Negeri 4 Sukoharjo kelas VII, hasil ulangan siswa belum menunjukkan hasil yang optimal. Nilai rata-rata UAS siswa kelas VII masih berada di bawah angka 8. Nilai rata-rata UAS siswa kelas VII tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 1 : Daftar Nilai Rata-rata UAS Mapel IPS Terpadu Kelas VII SMP N 4 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2008/2009
Kelas A B C D E F G H
Nilai rata-rata 79,97 72,45 74,33 68,74 71,65 66,77 63,68 69,39
Sumber : Data guru mapel IPS Terpadu, th. 2009
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kelas VIIG merupakan kelas dengan nilai rata-rata UAS terendah dan masih berada di bawah KKM yaitu 65. Selanjutnya penulis melakukan observasi kelas VIIG yang sekarang merupakan kelas VIIIG. Hasil observasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Terdapat 6 siswa tidak hadir dengan berbagai keterangan seperti ijin, sakit, dan lain-lain dari total 31 siswa. Jumlah siswa yang mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) hanya 10 siswa dari total siswa yang hadir. Bahkan ada beberapa siswa yang minta ijin keluar kelas untuk membeli LKS.
2. Tempat duduk siswa dibuat melingkar dengan 4-5 orang siswa membentuk kelompok-kelompok. Hal ini dilakukan agar siswa dapat bekerja sama dan diskusi dengan teman dalam kelompok. Kenyataannya, pada saat guru menjelaskan materi, 80% siswa hanya mengobrol sendiri dengan teman satu kelompoknya. Bahkan ada satu kelompok yang membuat mading sekolah saat guru sedang menjelaskan materi. Pada saat penugasan, hanya 1-2 siswa per kelompok yang mengerjakan tugas.
(19)
commit to user
Penulis bersama guru melakukan tes formatif awal untuk mengetahui perkembangan prestasi belajar siswa kelas VIIIG dan diperoleh data sebagai berikut, Tabel 2 : Daftar Nilai Ulangan Harian Kelas VIIIG Mapel IPS Terpadu SMP N 4 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010
NO NAMA NILAI
1. Adi Gunawan 40
2. Agung Baskoro 95
3. Ahmad Romadhon 40
4. Anggit Purnomo 65
5. Anggoro Bayu Y 50
6. Anisa Nur Baiti 90
7. Arifin Deni TS 40
8. Devi Susanti 65
9. Dian Anggraini 75
10. Eka Bagaskara 35
11. Febriana Setyawati 60
12. Fitrah Febriyanti 70
13. Hendro Budi Utomo 65
14. Ibnu Saputra 65
15. Ikka Permatasari 70
16. Lutfi Febriyanto 75
17. Muhammad Rizal 40
18. Nungky Puspitasari 70
19. Ponirin Abdul Rosid 65
20. Rahmad Ariyanto 60
21. Rama Fraditya S 55
22. Rino Yudi Rosanto 30
23. Robert Pujiyanto N 65
24. Septina Widya S 85
25. Untung Sitiyawan 50
26. Wahyu Rahman S 50
27. Widya Untari 65
28. Wulanda Setty S 75
29. Wuri Handayani 75
30. Yashinta Endah 60
31. Yeni Nirmala Suri 55
32. Trisno Saputro 75
Jumlah 1975
Rata-rata 61,72
(20)
commit to user
Data diatas menunjukkan hanya ada 3 siswa yang mendapat nilai di atas 8 dan 14 siswa mendapat nilai di bawah KKM atau sekitar 43,75 % dari seluruh siswa kelas VIIIG. Hal ini menunjukkan prestasi belajar siswa kelas VIIIG masih rendah dan perlu diadakan suatu perbaikan dalam pembelajaran.
Hal-hal di atas menunjukkan kurangnya minat siswa di dalam proses belajar mengajar. Metode mengajar guru masih konvensional sehingga perlu adanya variasi dalam metode mengajar agar siswa merasa tertarik terhadap mata pelajaran sehingga dapat menumbuhkan keaktifan siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Selain itu, melalui pemilihan metode pembelajaran tersebut diharapkan sumber informasi yang diterima siswa tidak hanya dari guru melainkan juga dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam mempelajari dan menelaah ilmu yang ada terutama mata pelajaran ekonomi.
Penulis telah berdiskusi dengan Dra Jamiyem, selaku guru mata pelajaran IPS kelas VIII G dan telah sepakat menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dan Numbered Heads Together guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Robert E. Slavin (2009 : 4) mengatakan bahwa ”Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya
dalam mempelajari materi pelajaran.” Pembelajaran kooperatif Numbered Heads
Together merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagan dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Keterlibatan siswa ini dapat ditingkatkan apabila siswa merasa memiliki
(21)
commit to user
kendali di dalam kelas seperti yang dituturkan Paul Ginnis (2008) bahwa jalan menuju rasa memiliki dan motivasi diri dapat dilakukan dengan cara merencanakan suatu kegiatan pembelajaran bersama siswa, jadi siswa ikut menentukan apa yang akan mereka pelajari.
Menurut Agus Suprijono (2009), dalam pembelajaran kooperatif Group Investigation guru memilih topik pembelajaran dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik itu beserta siswa. Pemilihan topik ini dilakukan bersama siswa dengan cara berdiskusi dalam kelompok besar sesuai dengan minat dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa. Jadi dalam menentukan topik maupun subtopik yang akan dipelajari, siswa ikut serta menentukannya sesuai minat siswa terhadap suatu topik maupun subtopik tertentu. Kegiatan ini diharapkan dapat menarik minat siswa untuk belajar di kelas sehingga siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian dapat tercipta suatu pembelajaran aktif, seperti yang dirumuskan oleh Hisyam Zaini, dkk. (2007 : xvi) sebagai ”suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif.” Ketika peserta didik dapat berperan aktif, maka dapat tercipta suatu pembelajaran yang terpusat pada siswa. Dengan adanya pembelajaran yang terpusat pada siswa maka diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat seiring dengan peningkatan keaktifan siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul
penelitian sebagai berikut: "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DAN NUMBERED HEADS TOGETHER
PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DALAM UPAYA
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 4 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010."
(22)
commit to user
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan,
maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut ”Bagaimana
penerapan model pembelajaran Kooperatif Group Investigation dan Numbered Heads Together dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII G mata pelajaran IPS
Terpadu SMP Negeri 4 Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009?”
C. Tujuan dan Indikator Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pencapaian prestasi belajar siswa kelas VIII G semester gasal SMP Negeri 4 Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009 melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dan Numbered Heads Together.
2. Indikator Penelitian
Indikator dalam penelitian ini adalah apabila terjadi peningkatan prestasi belajar pada tes formatif yang ditandai dengan tercapainya kriteria ketuntasan minimum yaitu 65 sebanyak 75% siswa di kelas.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran yang inovatif serta mendukung teori Pembelajaraan Kooperatif.
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai fakta pembelajaran IPS Terpadu yang menerapkan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dan Numbered Heads Together.
(23)
commit to user
2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah
1) Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
2) Pendorong bagi guru kelas lain untuk melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
b. Bagi Guru
1) Mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam mata pelajaran IPS Terpadu
terutama mengenai prestasi belajar siswa
2) Meningkatkan kualitas pembelajaran
c. Bagi Siswa
1) Menumbuhkan kerja sama serta rasa kebersamaan antar siswa
2) Meningkatkan prestasi belajar siswa
d. Bagi Mahasiswa
1) Mengembangkan wawasan dalam pengelolaan kelas.
2) Mendapatkan pengalaman dalam menerapkan metode pembelajaran
(24)
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Prestasi Belajar
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik yang membedakannya dengan makhluk hidup lain. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007 : 16), “Proses belajar adalah serangkaian
aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar.” Oleh karenanya, proses
belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku seseorang yang berbeda dengan sebelum melakukan kegiatan belajar. Adapun ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar menurut Muhibbin Syah yang dikutip oleh Asep Jihad dan Abdul Haris (2009), yaitu perubahan intensional, bukan kebetulan semata; perubahan positif dan aktif, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan, dan perubahan efektif dan fungsional.
Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar. Hal ini dikarenakan kegiatan belajar merupakan proses belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie yang berarti hasil usaha. Menurut Zaenal Arifin (2009), istilah prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar, prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.
Menurut Parmono Ahmadi yang dikutip oleh Syarifuddin, dkk (2010 : 32),
“Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran.” Sedangkan menurut Syarifuddin, dkk (2010), prestasi belajar merupakan proses perubahan tingkah laku atau penguasaan ilmu pengetahuan
(25)
commit to user
yang dimiliki seseorang sebagai hasil dari proses belajarnya. Jadi prestasi belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam belajar yang dinyatakan dalam nilai, nilai tersebut diberikan guru setelah siswa melaksanakan serangkaian proses pembelajaran.
Fungsi utama prestasi belajar menurut Zaenal Arifin (2009), yaitu
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik. Tidak hanya seberapa banyak pengetahuan yang dikuasai peserta didik tapi kualitas dari pengetahuan itu juga perlu dipertimbangkan dalam mengukur prestasi belajar peserta didik.
b. Prestasi belajar sebagai lambang keingintahuan yang merupakan kebutuhan umum manusia, dengan adanya rasa ingin tahu maka manusia terus belajar untuk mencapai kepuasan hasrat ingin tahu tersebut, hasil dari usaha belajar inilah yang disebut prestasi.
c. Prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam
meningkatkan ilmu pendidikan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
d. Fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam suatu studi tertentu tetapi juga indikator kualitas institusi pendidikan. Indikator kualitas ini meliputi indikator intern dan ekstern.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik yaitu seberapa banyak materi pelajaran yang mampu diserap peserta didik, sehingga guru tidak hanya memberikan materi yang banyak tetapi diimbangi dengan kemampuan peserta didik dalam menyerap materi tersebut.
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Suatu pembelajaran yang menyenangkan dan aktif dapat tercipta apabila didukung dengan model pembelajaran yang tepat. Pemilihan model pembelajaran ini tidaklah mudah dikarenakan suatu model pembelajaran yang tepat haruslah sesuai dengan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas dan media yang tersedia, serta
(26)
commit to user
kondisi guru. Hal ini bertujuan agar dalam proses pembelajaran, potensi siswa dapat berkembang secara maksimal. Potensi siswa ini dapat berupa kemampuan kognitif (pemahaman dan pengetahuan), afektif (sikap dan respons), dan psikomotorik (ketrampilan). Menurut Agus Suprijono (2009 : 46) model pembelajaran ialah “Pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
maupun tutorial”. Jadi model pembelajaran dapat berfungsi sebagai suatu pedoman
atau petunjuk bagi guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar di dalam kelas. Banyak cara dan usaha yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan keaktifan siswa yang pada akhirnya akan berdampak pada prestasi belajar siswa, salah satunya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
Menurut Slavin (2009) pembelajaran kooperatif merujuk pada metode pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk saling bekerja sama dan membantu teman dalam suatu kelompok kecil, sehingga akan terbentuk suatu hubungan saling ketergantungan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Hal serupa juga dikemukakan oleh Arends (2008), model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interdependensi siswa dalam struktur tugas, tujuan, dan penghargaannya. Pernyataan dari Arends tersebut mendukung pendapat Slavin bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk saling bekerja sama sehingga terbentuk saling ketergantungan yang positif yaitu ketergantungan dalam tugas, tujuan, dan hasil yang diperoleh (penghargaan).
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman kepada siswa agar dapat memberikan kontribusi saat terjun dalam masyarakat. Namun pemberian bekal kepada siswa ini tidaklah hanya dengan menjejali siswa dengan berbagai ilmu, pengetahuan, dan ketrampilan saja. Melainkan dengan menciptakan sebuah pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa bosan dalam belajar. Berdasarkan
(27)
commit to user
penemuan Johnson dan Johnson yang dikutip Slavin (2009) bahwa bagi siswa belajar dalam kelompok itu lebih menyenangkan daripada belajar secara individual. Belajar kelompok dalam pembelajaran kooperatif tidaklah sama dengan belajar kelompok dalam pembelajaran biasa. Berikut beberapa karakteristik pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan belajar kelompok yang biasa:
a. Tujuan kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif, hampir semua model pembelajarannya memiliki tujuan kelompok yang disertai dengan reward atau penghargaan bagi kelompok yang mampu mencapai tujuan tersebut.
b. Tanggung jawab individual
Pertanggung jawaban ini diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan menjumlah skor kelompok atau kuis individual dan cara kedua dengan spesialisasi tugas dimana setiap siswa dalam kelompok diberi tanggung jawab khusus.
c. Kesempatan sukses yang sama
Dalam pembelajaran kooperatif, setiap siswa dalam kelompok memiliki kesempatan sukses yang sama. Hal ini dikarenakan dalam sebuah tim juga terdapat sebuah kompetisi antar anggotanya.
d. Kompetisi tim
Dalam pembelajaran ini terjadi kompetisi antar tim sebagai sarana agar setiap siswa dalam kelompok mampu bekerja sama dan memenangkan kompetisi dengan tim lainnya.
e. Spesialisasi tugas
Metode ini menuntut siswa melaksanakan tugasnya masing-masing dalam kelompok dan mampu bertanggung jawab dalam tugasnya demi tercapainya tujuan kelompok.
f. Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok
Kecuali TAI (Team-Assisted Individualization) dan CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) yang mengadaptasi pengajaran
(28)
commit to user
terhadap kebutuhan individual siswa, maka hampir semua pembelajaran kooperatif menggunakan pengajaran yang mempercepat langkah kelompok dengan mengadaptasi kebutuhan kelompok.
(Slavin, 2009)
Tidak semua pembelajaran kelompok dapat dikatakan cooperative learning, Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2008) mengatakan ada lima unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu :
a. Saling ketergantungan positif
Agar kerja kelompok efektif, seorang guru harus menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikannya demi mencapai tujuan kelompok. Dalam proses penyelesaiannya tersebut terjadi saling ketergantungan antar anggota kelompok.
b. Tanggung jawab perseorangan
Setiap anggota kelompok diberi tugas yang berbeda, hal ini dimaksudkan agar setiap anggota dapat bertanggung jawab menyelesaikan tugas tersebut demi ketercapaian tugas kelompok.
c. Tatap muka
Kegiatan interaksi dalam tatap muka akan memberikan pembelajaran untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
d. Komunikasi antaranggota
Keberhasilan suatu kelompok akan bergantung pada kesediaan anggotanya untuk saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi proses kelompok
Proses evaluasi memerlukan jadwal khusus untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka.
Pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2009) adalah solusi yang ideal terhadap permasalahan kurangnya kesempatan berinteraksi yang kooperatif dan tidak dangkal diantara siswa dari latar belakang yang berbeda. Hal ini dikarenakan dalam
(29)
commit to user
pembelajaran kooperatif, sebuah pembelajaran di kelas dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang diharapkan dapat terjalin suatu hubungan yang kooperatif antar teman dalam satu kelompok maupun antarkelompok.
Arends dalam bukunya Learning to Teach (2008) mengungkapkan bahwa sedikitnya ada 3 tujuan penting dari pembelajaran kooperatif, yaitu prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial yang berupa kerjasama dan kolaborasi antar siswa.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation
Salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif adalah Group
Investigation atau Kelompok Investigasi. Metode ini dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv. Menurut Sharan dan Sharan yang dikutip oleh Slavin (2009), Group Investigation adalah suatu perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif.
Dalam model pembelajaran kooperatif Group Investigation menuntut siswa untuk mampu berkomunikasi dengan sesamanya dan bersosial. Aspek ini sering disebut sebagai meletakkan landasan kerja atau pembentukan tim. Dalam kelas yang melaksanakan proyek Group Investigation, guru bertindak sebagai narasumber dan fasilitator.
Tahap-tahap dalam Group Investigation yang dikemukakan oleh Slavin (2009 : 218) adalah
Tahap 1 : Mengidentifikasi Topik dan mengatur murid ke dalam kelompok.
Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan
mengkategorikan saran-saran.
Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.
Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.
Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi
(30)
commit to user
Tahap 2 : Merencanakan tugas yang akan dipelajari.
Para siswa merencanakan bersama mengenai :
Apa yang kita pelajari? Bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa (pembagian tugas)? Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini?
Tahap 3 : Melaksanakan investigasi.
Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang
dilakukan kelompoknya.
Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan.
Tahap 4 : Menyiapkan laporan akhir.
Anggota kelompok menentukan pesan-pesan essensial dari proyek
mereka.
Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan
bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.
Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk
mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi Tahap 5 : Mempresentasikan laporan akhir.
Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara
aktif.
Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan
presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.
Tahap 6 : Evaluasi
Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, menenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka.
Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling
tinggi.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together
Model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dikembangkan oleh Spencer Kagan tahun 1992. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat serta
(31)
commit to user
meningkatkan semangat kerjasama mereka. Menurut Slavin (2009) model ini adalah varian dari Group Discussion; pembelokannya yaitu hanya ada satu siswa yang mewakili kelompoknya tetapi sebelumnya tidak diberi tahu siapa yang akan menjadi wakil kelompok. Model ini adalah cara yang sangat bijak untuk menambahkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
Tahap-tahap model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together
yang dikemukakan oleh Anita Lie (2008 : 60) yaitu :
a. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
d. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Peranan Model Pembelajaran Group Investigation dan Numbered Heads
Together dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Model ini merupakan kolaborasi dari model pembelajaran kooperatif Group
Investigation dan Numbered Heads Together. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dengan mengambil keuntungan dari masing-masing model dan menutupi kekurangan yang terdapat pada masing-masing-masing-masing model tersebut. Langkah-langkahnya meliputi :
a. Guru mempresentasikan sebuah topik pembelajaran kepada siswa dan para
siswa mengusulkan sejumlah subtopik.
b. Siswa bergabung dalam kelompok untuk mempelajari subtopik yang telah mereka pilih. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa terhadap suatu subtopik tertentu.
c. Setiap anggota kelompok mendapatkan nomor sesuai dengan pembagian tugas yang telah mereka tetapkan.
d. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha kelompok
(32)
commit to user
dengan saling bertukar ide, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesiskan ide tersebut menjadi sebuah ide kelompok.
e. Menyiapkan laporan akhir.
f. Mempresentasikan laporan akhir. Wakil kelompok yang mempresentasikan
laporan akhir ditunjuk guru secara acak berdasarkan nomor masing-masing siswa.
g. Siswa dari kelompok lain mengevaluasi dengan memberi pertanyaan atau menanggapi.
h. Pemberian tes hasil belajar untuk mengetahui perkembangan atau
keberhasilan penerapan model pembelajaran Group Investigation dan Numbered Heads Together.
Adanya kolaborasi dari model pembelajaran Group Investigation dan Numbered Heads Together dapat berperan besar dalam meningkatkan prestasi belajar. Dalam Group Investigation, siswa melakukan investigasi dengan mencari informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Dengan demikian siswa mau tidak mau harus membaca buku, membuka internet, maupun bertanya kepada orang lain kemudian dalam proses diskusi kelompok terjadi transfer pengetahuan antar siswa yang mengakibatkan pengetahuan siswa menjadi lebih utuh dan menyeluruh. Penerapan model pembelajaran Group Investigation diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sejalan dengan peningkatan pengetahuan siswa mengenai materi yang sedang dibahas.
Peranan model pembelajaran Numbered Heads Together dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa terletak pada pemanggilan wakil kelompok secara acak oleh guru untuk mempresentasikan laporan akhirnya. Pemanggilan wakil kelompok secara acak ini dimaksudkan agar semua anggota kelompok mau berkontribusi dalam proses diskusi maupun investigasi, sehingga setiap anggota kelompok mengetahui dengan pasti hasil diskusi kelompoknya. Siswa yang selama pembelajaran konvensional kurang memperhatikan penjelasan guru menjadi lebih
(33)
commit to user
aktif dalam proses pembelajaran kooperatif sehingga prestasi belajarnya pun dapat meningkat.
Slavin (2009) mengungkapkan kelemahan dari spesialisasi tugas dalam
penerapan model pembelajaran Group Investigation yaitu memungkinkan para siswa
hanya belajar mengenai bagian yang menjadi tugas mereka saja, sedangkan bagian lain tidak dipelajari secara mendalam. Oleh karena itu, kolaborasi GI dan NHT ini menjadi perlu, dalam NHT setiap siswa diwajibkan mengetahui semua bagian tugas kelompoknya, tidak hanya tugasnya saja, sehingga memungkinkan semua siswa untuk bertukar pengetahuan mengenai bagian yang menjadi tugas mereka dengan siswa lain yang berbeda tugas agar menjadi suatu kesatuan pengetahuan yang utuh.
Slavin (2009 : 57) mengungkapkan bahwa “Satu kajian yang luar biasa, yang
dilakukan oleh Sharan dan Sachar (1988), menemukan pengaruh positif yang sangat
besar”. Pengaruh positif yang besar disini adalah pengaruh setelah guru menggunakan
metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), dibuktikan setelah penerapan model pembelajaran GI dalam kelas Geografi dan Sejarah terdapat peningkatan prestasi belajar yang signifikan secara statistik.
Richard I. Arends (2008) menyebutkan 3 efek dari penerapan kooperatif learning. Pertama efek terhadap perilaku kooperatif, siswa dari kelas dengan pembelajaran kooperatif menunjukkan lebih sedikit perilaku kompetitif dan lebih banyak kerja sama lintas-etnis dibanding mereka yang berasal dari kelas-kelas pengajaran konvensional. Kedua, efeknya terhadap toleransi keanekaragaman, menurut studi Johson dan Johson yang dikutip Arends, bahwa pembelajaran kooperatif tidak hanya mempengaruhi toleransi dan penerimaan yang lebih luas, tapi juga mendukung terciptanya hubungan yang lebih baik diantara siswa-siswa dengan ras dan etnis yang beranekaragam. Ketiga, efeknya terhadap prestasi belajar, Arends
(2008 : 12) mengungkapkan bahwa “Dari empat puluh lima studi yang direviu, tiga
puluh tujuh diantaranya menunjukkan bahwa kelas-kelas cooperative learning menunjukkan prestasi belajar yang lebih baik secara signifikan dibanding kelas-kelas
(34)
commit to user
Numbered Heads Together (NHT) juga memiliki peranan yang besar dalam
prestasi belajar siswa, menurut Slavin (2009 : 256), “Metode Russ Frank ini adalah
cara yang sangat baik untuk menambahkan tanggung jawab individual kepada diskusi
kelompok.” Tanggung jawab individual ini memacu siswa untuk ikut serta
menyelesaikan soal atau tugas yang diberikan guru, siswa tidak hanya bergantung pada temannya tetapi juga ikut mengerjakan dan memahami jawaban dari tugasnya, sehingga diharapkan dengan adanya keikutsertaan siswa tersebut, mampu meningkatkan prestasi belajarnya.
Mengacu pada pendapat Slavin dan Arends tersebut, maka manfaat penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dan Numbered Heads Together adalah sebagai berikut :
a. Dapat melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama demi tercapainya tujuan kelompok.
b. Dapat meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok,
hal ini dikarenakan setiap siswa mendapatkan nomor sehingga setiap
siswa mempunyai kesempatan untuk mewakili kelompoknya
mempresentasikan hasil diskusi.
c. Dapat melatih kemampuan siswa dalam berkomunikasi antar sesamanya
maupun dengan narasumber selama proses investigasi untuk
mengumpulkan data.
B. Kerangka Pemikiran
Paradigma lama pendidikan, model pembelajaran yang dirancang guru menekankan bahwa siswa diibaratkan sebagai sebuah botol kosong yang harus diisi dengan sebanyak-banyaknya pengetahuan. Dengan kata lain, guru hanya menjejali siswa dengan segala ilmu pengetahuan dan siswa hanya pasif menerima ilmu dari guru serta menghapalkannya untuk ujian. Tuntutan dunia pendidikan sekarang sudahlah tidak sesuai dengan paradigma lama tersebut, siswa tidak hanya dituntut untuk hapal semua ilmu tetapi memahami dan mampu mengaplikasikannya dalam
(35)
commit to user
dunia nyata. Oleh karenanya, pengajaran dengan metode menjejali siswa haruslah diubah dengan pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Suasana kelas haruslah dirancang dan dibangun sedemikian rupa agar siswa mendapatkan kesempatan berinteraksi satu sama lain.
Berdasarkan pengamatan peneliti melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru IPS Terpadu di kelas VIIIG SMP N 4 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010, prestasi belajar siswa masih rendah, 43,75% siswa kelas VIIIG mendapatkan nilai dibawah KKM. Asumsi dasar yang menyebabkan prestasi belajar kurang optimal adalah penerapan metode pembelajaran konvensional, guru memberikan ceramah dan siswa hanya mendengarkan dan mencatat. Metode ini menyebabkan kurangnya perhatian siswa. Kurangnya perhatian siswa ini menunjukkan minat belajar siswa masih rendah yang disebabkan siswa tidak turut aktif dalam pembelajaran di kelas. Jadi peran siswa tidak dilibatkan secara penuh dalam proses pembelajaran.
Sesuai dengan hal di atas, maka penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dan Numbered Heads Together dirasa tepat dalam mengatasi permasalahan minat belajar siswa yang kurang sehingga hasil belajarnya pun rendah. Dalam model pembelajaran kooperatif Group Investigation, siswa ikut serta dalam menentukan subtopik yang akan ia pelajari sesuai dengan minatnya terhadap suatu subtopik tertentu. Selain itu, pembelajaran berlangsung dalam diskusi sehingga ada interaksi yang aktif diantara siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru. Hal ini diduga akan meningkatkan minat belajar siswa yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajarnya. Sedangkan dalam model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together, siswa dituntut mempunyai tanggung jawab terhadap kelompok. Jadi dalam kegiatan kelompok, tidak hanya satu dua siswa saja yang mengerjakan tugas dikarenakan dalam model pembelajaran NHT, setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk ditunjuk dan mewakili kelompoknya untuk memaparkan hasil diskusi mereka. Dengan model ini diharapkan perhatian siswa terfokus pada tugasnya demi tercapainya tujuan kelompok, tidak hanya mengobrol saja dalam diskusi.
(36)
commit to user
Penggabungan dua model pembelajaran kooperatif ini diduga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dikarenakan penggabungan ini bersifat menutupi kelemahan-kelemahan dari masing-masing model pembelajaran sehingga tercipta suatu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan minat belajar siswa yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajarnya. Skema ilustrasi kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Pembelajaran Group
Investigation dan Numbered Heads Together
Pembelajaran Konvensional Prestasi belajar siswa belum
optimal. 43,75% siswa kelas VIIIG mendapatkan nilai
dibawah KKM.
Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dan Numbered Heads Together
dengan langkah-langkah :
1. Guru presentasi topik pembelajaran kepada siswa dan para siswa mengusulkan sejumlah subtopik.
2. Siswa bergabung dalam kelompok.
3. Setiap anggota kelompok mendapatkan
nomor.
4. Siswa mengumpulkan informasi,
menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
5. Menyiapkan laporan akhir.
6. Presentasi laporan akhir dari wakil kelompok
7. Evaluasi kelompok lain.
8. Pemberian tes hasil belajar. Peningkatan prestasi belajar
pada tes formatif yang ditandai dengan tercapainya kriteria ketuntasan minimum yaitu 65
(37)
commit to user
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Model pembelajaran kooperatif Group Investigation dan Numbered Heads Together dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.
(38)
commit to user
22 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 4 Sukoharjo yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi, Begajah, Sukoharjo, telp. (0271) 591021. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah berstandar Nasional (SSN) yang ada di Sukoharjo. Alasan pemilihan sekolah dan kelas VIIIG, karena pertama, sekolah belum pernah digunakan penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Kedua, terdapat permasalahan rendahnya prestasi belajar siswa kelas VIIIG pada mata pelajaran IPS Terpadu.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan Agustus 2010. Untuk lebih jelasnya, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian adalah sebagai berikut.
Tabel 3: Rincian Kegiatan, Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Jenis kegiatan Bulan
Jan Feb Mar Apr-Mei Juni Juli Agust
1 Persiapan survey
awal sampai
penyusunan proposal
xxxx xx--
2 Penentuan
informan, penyiapan
peralatan dan
instrument
--xx xxxx
3 Pengumpulan data xxxx
4 Analisis data xxx-
5 Penyusunan laporan ---x xxxx xxxx
(39)
commit to user
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIG SMP Negeri 4 Sukoharjo. Alasan dilakukannya penelitian di kelas VIIIG adalah berdasarkan fakta yang ada, kelas ini merupakan kelas dengan nilai rata-rata Ulangan Akhir Semesternya paling rendah dibanding dengan kelas lain. Selain itu 43,75% siswa kelas VIIIG mendapat nilai mapel IPS Terpadu dibawah KKM.
C. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2008), observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif dan nonpartisipatif.
a. Observasi partisipatif (participatory observation).
Menurut Iskandar (2009), dalam observasi partisipatif, peneliti dituntut untuk berperan serta dalam kegiatan-kegiatan atau aktifitas-aktifitas subjek yang sesuai dengan tema atau fokus masalah yang dijadikan penelitian. b. Observasi nonpartisipatif (nonparticipatory observation)
Peneliti hanya bersifat sebagai pengamat, tidak ikut serta dalam proses penelitian.
Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan peneliti bersifat nonpartisipatif, peneliti hanya sebagai pengamat saja, tidak ikut serta dalam proses pembelajaran yang diamati. Data yang dikumpulkan dalam pengamatan adalah penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dan Numbered Heads Together; serta hasil ulangan harian siswa yang dilakukan dalam proses evaluasi.
2. Wawancara
Wawancara atau interview dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual (Nana Syaodih Sukmadinata, 2008). Iskandar (2009 : 72)
(40)
commit to user
mengklasifikasikan wawancara dalam 2 bentuk yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
a. Wawancara terstruktur adalah seorang pewawancara atau peneliti telah menentukan format masalah yang akan diwawancarai, yang berdasarkan masalah yang akan diteliti.
b. Wawancara tidak terstruktur merupakan seorang peneliti bebas menentukan
fokus masalah wawancara, kegiatan wawancara mengalir seperti dalam percakapan biasa, yaitu mengikuti dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi responden.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan dengan persiapan terlebih dahulu. Wawancara yang dilakukan peneliti berfokus pada siswa dan guru. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari informan mengenai kesulitan yang dialami dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Gi dan NHT pada mata pelajaran IPS Terpadu serta faktor-faktor penyebabnya. Serta untuk mengetahui tanggapan dan harapan siswa mengenai model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
3. Tes
Tes pada umumnya bersifat mengukur. Tes yang biasa digunakan dalam dunia pendidikan dibedakan menjadi tes hasil belajar (achievement test) dan tes psikologis (psychological test). Tes hasil belajar atau tes prestasi belajar menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2008), yaitu mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu yang telah ditentukan. Sedangkan tes psikologis adalah tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui kecakapan potensial dan karakteristik pribadi dari para siswa.
Dalam penelitian ini menggunakan tes hasil belajar. Nana Syaodih Sukmadinata (2008 : 224), tes hasil belajar dibedakan menjadi 4, yaitu tes diagnostik, tes penempatan, tes formatif, dan tes sumatif.
a. Tes diagnostik ditujukan untuk mengukur/mendiagnosis kelemahan atau kekurangan siswa dan digunakan untuk memberikan perbaikan.
b. Tes penempatan mengukur penguasaan atau keunggulan siswa, digunakan untuk menempatkan siswa sesuai dengan tingkat penguasaan atau keunggulannya.
(41)
commit to user
c. Tes formatif mengukur tingkat penguasaan siswa dan posisinya baik antarteman sekelas maupun dalam penguasaan target materi.
d. Tes sumatif digunakan untuk perbaikan program atau proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes formatif, karena penelitian ini berhubungan dengan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan melalui model pembelajaran kooperatif Group Investigation dan Numbered Heads Together. Menurut Ngalim Purwanto (2006), tes formatif tidak hanya dilaksanakan pada akhir pelajaran saja, melainkan dapat dilakukan selama maupun sesudah pelajaran selesai.
D. Teknik Analisis Data
Menurut Tripp yang dikutip Basrowi (2008 : 131), “Analisis data merupakan
proses mengurai (memecah) sesuatu ke dalam bagian-bagiannya.” Dalam penelitian tindakan kelas, data yang diperoleh dapat berupa data kuantitatif maupun data kualitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data hasil tes belajar siswa. Sedangkan data kualitatif berupa hasil pengamatan peneliti dalam proses penelitian dan hasil wawancara dengan guru dan siswa.
Untuk analisis data kuantitatif digunakan 2 teknik analisis, yaitu teknik deskriptif statistik, dengan menghitung nilai tertinggi, nilai terendah, dan mean (nilai rata-rata); serta teknik analisis diskriptif komparatif, dengan membandingkan nilai tes kondisi awal (sebelum penerapan GI dan NHT), nilai tes setelah pelaksanaan siklus I, dan nilai tes setelah pelaksanaan siklus II. Sedangkan untuk data kualitatif, digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu berdasarkan hasil atau catatan-catatan observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian yang akan dilakukan peneliti direncanakan dalam tahapan : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi, serta tahap tindak lanjut. Menurut Iskandar (2009),
(42)
commit to user
prosedur penelitian Penelitian Tindakan Kelas dilakukan minimal dalam dua siklus. Apabila dalam dua siklus tersebut, indikator belum tercapai maka dapat dilakukan siklus ketiga, dan seterusnya yang cara pelaksanaannya sama dengan siklus sebelumnya.
1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang telah ditentukan. Kegiatan dalam perencanaan tindakan ini meliputi :
1) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi : silabus mata pelajaran IPS Terpadu, rancangan strategis, dan skenario pembelajaran dengan metode pembelajaran Group Investigation (GI) dan Numbered Heads Together (NHT).
2) Menyusun instrument penelitian dan menetapkan indikator ketercapaian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan pedoman wawancara. Instrumen tersebut digunakan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif GI dan NHT
Tabel 4 : Indikator Ketercapaian
Indikator Target Cara penilaian
Ketuntasan siswa
(individu)
Nilai > 65 = 25 siswa
Nilai diperoleh siswa dari tes formatif
Ketuntasan kelas 75% Dihitung dari : ∑ siswa tuntas
∑ seluruh siswa 3) Mengkonsultasikan instrumen penelitian kepada guru mata pelajaran IPS
Terpadu.
4) Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
(43)
commit to user
Kompetensi dasar :
Mendeskripsikan pelaku-pelaku ekonomi dan sistem perekonomian di Indonesia
Indikator :
a) Mendeskripsikan arti sistem perekonomian dan macam-macamnya.
b) Mengidentifikasi kebaikan dan kelemahan macam-macam sistem
ekonomi.
c) Mengidentifikasikan ciri-ciri utama perekonomian di Indonesia.
d) Mengidentifikasi kebaikan dan kelemahan sistem perekonomian di
Indonesia
5) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario pembelajaran
6) Mendesain alat evaluasi berupa soal tes formatif untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya model kooperatif GI dan NHT.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam rangka pemecahan masalah sebagaimana yang telah direncanakan. Keseluruhan tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini bertujuan untuk prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu yang sebelumnya dirasakan kurang menarik dan kurang maksimal.
Menurut Prof Supardi dalam Suharsimi Arikunto, dkk. (2009 : 126), pada saat pelaksanaan tindakan guru harus mengambil peran dalam pemberdayaan siswa sehingga mereka menjadi agent of change bagi diri dan kelas. Kelas diciptakan sebagai komunitas belajar (learning community) daripada laboratorium tindakan.
Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai pengajar adalah guru mata pelajaaran IPS Terpadu (Dra. Jamiyem). Pada tahap ini dilakukan suatu tindakan untuk mengefektifkan proses pembelajaran, mengaktifkan siswa, meningkatkan minat belajar siswa, serta meningkatkan prestasi belajar siswa. Tindakan yang dilakukan berupa pembelajaran mata pelajaran IPS Terpadu dengan menerapkan metode
(44)
commit to user
pembelajaran kooperatif Group Investigation dan Numbered Heads Together. Pelaksanaan tindakan dalam siklus I dirancang dalam 3 pertemuan, yaitu sebagai berikut :
1) Pertemuan pertama (2 x 40’)
a) Guru menjelaskan materi pertemuan sebelumnya dan kaitannya dengan
materi yang akan dipelajari pada pertemuan sekarang.
b) Guru menjelaskan tentang model pembelajaran GI dan NHT kepada siswa.
c) Guru menentukan subtopik-subtopik yang akan dipelajari bersama siswa melalui diskusi besar secara singkat.
d) Guru meminta siswa untuk berkumpul dalam kelompok sesuai minatnya terhadap subtopik-subtopik tertentu. Masing-masing kelompok 4-5 orang.
e) Guru membagikan kepada siswa sebuah nomor.
f) Siswa dalam kelompok melakukan pembagian tugas dalam proses
investigasi serta pembuatan laporan
g) Setiap siswa melakukan investigasi sesuai pembagian tugasnya, investigasi bisa dilakukan di perpustakaan, internet, bertanya kepada guru, dll.
h) Siswa dalam kelompok diberi kesempatan untuk berdiskusi.
i) Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
bertanya apabila mengalami kesulitan.
j) Siswa dalam kelompok menyusun laporan akhir yang akan dipresentasikan.
2) Pertemuan kedua (3 x 40’)
a) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil investigasinya. Siswa
yang mewakili kelompok dalam presentasi sesuai dengan nomor yang disebutkan guru.
b) Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya, menyanggah, menanggapi, maupun mengkritik hasil investigasi yang dipresentasikan.
c) Kelompok yang presentasi memberikan kesimpulan akhir dari hasil
(45)
commit to user
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa seluruh kelas VIIIG untuk bertanya apabila masih menemukan kesulitan.
3) Pertemuan ketiga (2 x 40’)
a) Guru memberikan tes kognitif.
b) Siswa mengumpulkan laporan akhir.
c) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi pelajaran yang telah mereka pelajari melalui model pembelajaran GI dan NHT
d) Peneliti mewawancarai siswa secara personal kaitannya dengan penerapan GI dan NHT dalam proses pembelajaran
c. Observasi dan Interprestasi
Bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan dari penerapan model pembelajaran Group Investigation dan Numbered Heads Together. Pada tahapan ini peneliti mengadakan pemantauan apakah tindakan yang telah dilakukan dapat mengatasi permasalahan yang ada di dalam pembelajaran dalam kelas. Observasi dan interprestasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran mata pelajaran IPS Terpadu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif GI dan NHT. Hal-hal yang diobservasi meliputi :
1) Kondisi atau suasana belajar pada saat proses belajar mengajar 2) Prestasi belajar siswa
Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif, dimana peneliti berada dalam lokasi penelitian namun tidak berperan aktif. Peneliti hanya mengamati dan mencatat segala aktivitas dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPS Terpadu secara langsung, Penelitian menggunakan observasi terstruktur yaitu melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dan catatan lapangan untuk memperoleh data secara obyektif, yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama penelitian tindakan berlangsung, reaksi dan petunjuk-petunjuk lain yang dapat digunakan sebagai bahan menganalisis dan refleksi.
(46)
commit to user
Setelah mengamati dan mencatat implementasi penerapan GI dan NHT dalam proses pembelajaran, peneliti mendiskusikan dengan guru mapel kemudian bersama-sama membuat kesimpulan hasil pengamatan.
d. Analisis dan Refleksi 1) Analisis
Pada tahap ini, peneliti menganalisis hasil prestasi belajar yang telah dicapai siswa pada siklus I, hasil observasi peneliti, dan hasil wawancara peneliti dengan siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dan Numbered Heads Together. Apabila hasil prestasi belajar meningkat maka pembelajaran dapat dikatakan meningkat. Namun apabila hasil prestasi belajar tindakan kelas pada siklus I belum meningkat maka perlu dilakukan evaluasi proses pembelajaran, agar terjadi perbaikan pada tindakan kelas berikutnya.
2) Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk memikirkan ulang, mencari, dan menemukan kekurangan-kekurangan yang dilakukan pada siklus I agar tidak terjadi pengulangan kesalahan pada siklus II. Siklus II merupakan pembenahan dari siklus I.
e. Tahap Tindak Lanjut
Keberhasilan ataupun kegagalan dalam pelaksanaan tindakan yang tertuang dalam refleksi pada siklus I membuat peneliti dan guru mengadakan diskusi untuk mengambil kesepakatan dalam pelaksanaan perbaikan pada siklus II.
2. Siklus II a. Tahap Perencanaan Tindakan
1) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi : silabus mata pelajaran IPS Terpadu, rancangan strategis, dan skenario pembelajaran dengan metode
pembelajaran Group Investigation (GI) dan Numbered Heads Together
(47)
commit to user
2) Menyusun instrument penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan pedoman wawancara. Instrumen tersebut digunakan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif GI dan NHT.
3) Mengkonsultasikan instrumen penelitian kepada guru mata pelajaran IPS Terpadu selaku pelaksana penelitian.
4) Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
Standar kompetensi : Memahami kegiatan perekonomian di Indonesia Kompetensi dasar :
Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar.
Indikator :
a) Mendeskripsikan pengertian, faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan barang/jasa, dan hukum permintaan.
b) Menjelaskan pengertian penawaran, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, hubungan antara penawaran dan harga barang, dan membuat kurva penawaran.
c) Mendeskripsikan proses terbentuknya harga pasar.
5) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario pembelajaran
6) Mendesain alat evaluasi berupa soal tes formatif untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya model kooperatif GI dan NHT.
b. Tahap pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam siklus II dirancang dalam 3 pertemuan, yaitu sebagai berikut :
1) Pertemuan pertama (3 x 40’)
a) Guru menjelaskan materi pertemuan sebelumnya dan kaitannya dengan materi yang akan dipelajari pada pertemuan sekarang.
(48)
commit to user
b) Guru menentukan subtopik-subtopik yang akan dipelajari bersama siswa melalui diskusi besar secara singkat.
c) Guru meminta siswa untuk berkumpul dalam kelompok sesuai minatnya
terhadap subtopik-subtopik tertentu. Masing-masing kelompok 4-5 orang.
d) Guru membagikan kepada siswa sebuah nomor.
e) Siswa dalam kelompok melakukan pembagian tugas dalam proses
investigasi serta pembuatan laporan
f) Setiap siswa melakukan investigasi sesuai pembagian tugasnya,
investigasi bisa dilakukan di perpustakaan, internet, bertanya kepada guru, dll.
g) Siswa dalam kelompok diberi kesempatan untuk berdiskusi.
h) Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
bertanya apabila mengalami kesulitan.
i) Siswa dalam kelompok menyusun laporan akhir yang akan
dipresentasikan.
j) 4 kelompok yang terpilih mempresentasikan laporan akhirnya di depan kelas dan tanya jawab dengan kelompok lain.
2) Pertemuan kedua (2 x 40’)
a) Kelompok yang belum presentasi, mempresentasikan hasil investigasinya.
Siswa yang mewakili kelompok dalam presentasi sesuai dengan nomor yang disebutkan guru.
b) Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya,
menyanggah, menanggapi, maupun mengkritik hasil investigasi yang dipresentasikan.
c) Kelompok yang presentasi memberikan kesimpulan akhir dari hasil
investigasinya
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa seluruh kelas VIIIG untuk bertanya apabila masih menemukan kesulitan.
(49)
commit to user
3) Pertemuan ketiga (2 x 40’)
a) Guru memberikan tes kognitif.
b) Siswa mengumpulkan laporan akhir.
c) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi pelajaran yang telah mereka pelajari melalui model pembelajaran GI dan NHT
d) Peneliti mewawancarai siswa secara personal kaitannya dengan
penerapan GI dan NHT dalam proses pembelajaran c. Tahap Observasi dan Evaluasi
1) Pelaksanaan pengamatan oleh peneliti terhadap implementasi metode
pembelajaran Group Investigation dan Numbered Heads Together dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
2) Mencatat semua hasil pengamatan ke dalam lembar observasi
3) Mendiskusikan hasil pengamatan dengan guru mata pelajaran setelah proses belajar mengajar selesai.
4) Membuat kesimpulan hasil pengamatan
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap analisis peneliti menganalisis hasil prestasi belajar pada siklus II, hasil pengamatan pada lembar observasi. Pada siklus II diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat sesuai target yang telah ditetapkan peneliti bersama guru mata pelajaran IPS Terpadu. Tahap selanjutnya, tahap refleksi merupakan upaya untuk mencari kelemahan-kelemahan pada hasil penelitian tindakan kelas pasca siklus II. e. Tahap Tindak Lanjut
Setelah kegiatan penelitian ini, diharapkan ada tindak lanjut dari guru mata pelajaran IPS Terpadu untuk melakukan perbaikan terus menerus serta mengembangkan pembelajaran agar kompetensi pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Apabila indikator dalam siklus II belum tercapai maka dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya. Adapun skema prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada gambar berikut.
(50)
commit to user
Siklus I
Siklus II
Gambar 2 : Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2009 :74)
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut :
1. Sabtu, 20 Maret 2010, pukul 10.00 WIB : Observasi prasiklus
2. Senin, 22 Maret 2010, pukul 11.20 WIB : Pertemuan pertama untuk siklus I
3. Rabu, 24 Maret 2010, pukul 10.05 WIB : Pertemuan kedua untuk siklus I
4. Senin, 29 Maret 2010, pukul 11.20 WIB : Pertemuan ketiga untuk siklus I
5. Rabu, 07 April 2010, pukul 10.05 WIB : Pertemuan pertama untuk siklus II
6. Sabtu, 10 April 2010, pukul 11.00 WIB : Pertemuan kedua untuk siklus II
7. Senin, 12 April 2010, pukul 10.20 WIB : Pertemuan ketiga untuk siklus II
8. Rabu, 14 April 2010, pukul 10.05 WIB : Wawancara dengan siswa dan guru
Permasalahan
Permasalahan baru hasil refleksi
Apabila
permasalahan belum terselesaikan
Perencanaan Tindakan I
Pengamatan / Pengumpulan Data I
Refleksi I Pelaksanaan
Tindakan I
Pengamatan / Pengumpulan Data II Perencanaan
Tindakan II
Refleksi II Pengamatan /
Pengumpulan Data II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya Siklus II
(1)
commit to user
Gambar 4 : Grafik peningkatan prestasi belajar siswa
Grafik di atas memberikan informasi bahwa terjadi peningkatan yang cukup besar pada kondisi awal, sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif GI dan NHT, dengan siklus I dan II. Sebelum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif GI dan NHT nilai rata-rata siswa sebesar 61,75 dan 43,75% siswanya belum mencapai KKM, setelah adanya penerapan model pembelajaran GI dan NHT rata-rata siswa menjadi 75,94 pada siklus I dan 78,22 pada siklus II, serta 100% siswa mencapai KKM pada siklus I dan II dari 75% yang ditargetkan.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus melalui 4 tahapan, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi. Deskripsi penelitian pada masing-masing siklus dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sebelum pelaksanaan Siklus I, peneliti melakukan observasi awal mengenai prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Sukoharjo, peneliti menemukan masalah di kelas VIIIG dimana pembelajaran IPS Terpadu belum optimal. Hal ini dapat dilihat bahwa prestasi belajar siswa masih banyak yang berada di bawah KKM yaitu 65. Setelah itu, peneliti berdiskusi dengan guru IPS Terpadu yang mengampu kelas VIIIG. Setelah melalui diskusi yang panjang, akhirnya peneliti beserta guru memutuskan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif GI dan NHT untuk
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Kondisi awal Siklus I Siklus II
(2)
commit to user
memperbaiki permasalahan yang muncul di kelas VIII G, yaitu prestasi belajar siswa yang rendah. Peneliti telah melakukan observasi awal untuk memperoleh data mengenai siswa dan model pembelajaran yang diterapkan guru melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru.
Pada penerapan model pembelajaran kooperatif GI dan NHT siklus I, peneliti dibantu oleh guru menyiapkan silabus serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta skenario pembelajaran secara lengkap dan detail. Materi yang akan di sampaikan adalah Sistem Perekonomian Indonesia. Setelah segala perangkat siap, peneliti berkonsultasi dengan guru selaku pelaksana pembelajaran. Siklus I diterapkan dalam 3 kali pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I berjalan dengan lancar, penerapan model pembelajaran GI dan NHT bisa dikatakan baik, walaupun masih ada beberapa permasalahan, seperti keaktifan siswa masih belum maksimal, siswa masih enggan untuk berpendapat. Selain itu guru masih belum menguasai kelas secara optimal terbukti pada saat pembentukan kelompok yang seharusnya terdapat 8 kelompok dengan 8 subtopik, hanya 6 kelompok yang terbentuk sehingga 2 subtopik harus diterangkan oleh guru. Hal ini dikarenakan baik siswa maupun guru baru pertama kali menggunakan model pembelajaran kooperatif GI dan NHT. Oleh karenanya, peneliti bersama guru mencari solusi untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I agar menjadi lebih baik pada siklus II. Namun prestasi belajar siswa sudah meningkat bila dibandingkan dengan kondisi awal siswa sebelum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif GI dan NHT dan 100% siswa telah mencapai KKM dari 75% yang ditargetkan.
Pelaksanaan siklus II lebih baik daripada siklus I. Seperti halnya siklus I, pada siklus II-pun, peneliti dibantu oleh guru mempersiapkan perangkat penelitian, yang meliputi silabus, RPP, serta skenario pembelajaran secara lengkap. Materi yang akan dibahas pada siklus II ini adalah Permintaan dan Penawaran. Setelah perangkat penelitian siap, peneliti mengkonsultasikan dengan guru selaku pelaksana pembelajaran. Berdasarkan pengamatan pada siklus II, proses pembelajaran sudah baik, kelemahan yang terjadi pada siklus I sudah dapat diatasi pada siklus II. Prestasi
(3)
commit to user
belajar pun meningkat dengan pesat dan 100% siswa mampu mencapai KKM dari 75% yang menjadi target.
Kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa dapat disimpulkan bahwa siswa merasa senang dengan adanya penerapan model pembelajaran GI dan NHT ini. Siswa semakin berani dan tidak malu untuk berbicara di depan kelas maupun bertanya pada saat presentasi, serta prestasi belajar mereka pun meningkat karena mereka merasa lebih mudah untuk menyerap materi dengan model pembelajaran ini. Sedangkan untuk wawancara dengan guru, dapat disimpulkan bahwa guru merasa peran serta dan prestasi belajar siswa meningkat dengan pesat sejak diterapkannya model pembelajaran ini, dan guru juga merasa kolaborasi GI dan NHT sangat bagus dikarenakan dapat menutupi masing-masing kelmahan dan saling melengkapi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dan
Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran IPS Terpadu Kelas VIIIG di SMP Negeri 4 Sukoharjo materi pelajaran Sistem Perekonomian Indonesia dan Pembentukan Harga Pasar adalah berhasil. Melalui 4 tahapan tersebut diperoleh data bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif GI dan NHT.
(4)
commit to user
60
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dan
Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
Penerapan model pembelajaran kooperatif GI dan NHT mampu menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih aktif dan mampu menyerap materi pembelajaran dengan baik dan cepat yang berdampak pada peningkatan prestasi belajar. Penerapan model pembelajaran kooperatif GI dan NHT pada materi pokok Sistem Perekonomian Indonesia dan Pembentukan Harga Pasar dapat meningkatkan prestasi belajar IPS Terpadu siswa. Prestasi belajar tersebut dinyatakan tuntas karena secara umum pencapaian prestasi belajar siswa berada di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) Mata Pelajaran IPS Terpadu sebesar 65. Dibuktikan pada siklus I, rata-rata siswa sebesar 75,94 atau naik sebesar 14,23 dari sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif GI dan NHT sebesar 61,72 dan pada siklus II rata-rata siswa menjadi 78,22 atau naik sebesar 16,50 dari sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif GI dan NHT.
B. IMPLIKASI
Dalam proses pembelajaran, guru akan mengatur seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran, mulai dari membuat desain pembelajaran, melaksanakan, kegiatan pembelajaran, bertindak mengajar atau membelajarkan, melakukan evaluasi pembelajaran termasuk proses dan hasilnya yang berupa prestasi belajar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran berasal dari guru dan siswa. Faktor yang berasal dari guru antara lain kemampuan dalam mengelola kelas, kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, dan lain-lain. Faktor yang berasal dari siswa antara lain motivasi dan minat belajar, serta keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, dan lain-lain. Oleh karenanya, guru harus bijak untuk memilih model pembelajaran yang akan digunakan dalam kelas. Model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga siswa dapat belajar secara efektif dan efisien dan tujuan belajar pun dapat tercapai.
Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif GI dan NHT dapat meningkatkan prestasi belajar
(5)
commit to user
siswa. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru mata pelajaran IPS Terpadu maupun mata pelajaran yang lain sebagai alternatif pilihan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif GI dan NHT menjadikan siswa lebih aktif dalam mencari sumber belajar, tidak hanya dari guru saja, selain itu juga mampu menambahkan tanggung jawab individual dalam proses pembelajaran kelompok. Hal ini mampu menarik minat siswa untuk belajar, karena proses pembelajaran tidak lagi monoton dan konvensional, dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa seiring dengan peningkatan minat belajar siswa.
C. SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
a. Sekolah harus lebih aktif untuk memotivasi guru dalam melaksanakan model-model pembelajaran kooperatif maupun inovatif dalam proses pembelajaran dengan menyediakan sarana prasarana yang diperlukan guru, seperti LCD, komputer, dan alat bantu yang lainnya.
b. Sekolah harus menyediakan berbagai buku-buku pendamping selain LKS, sehingga siswa tidak kesulitan dalam mencari buku pendamping yang relevan di Koperasi Sekolah.
2. Bagi Guru
a. Guru harus menerapkan model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga pembelajaran tidak berlangsung secara konvensional. Tidak semua model pembelajaran dapat diterapkan dalam segala situasi dan kondisi kelas, guru hendaknya mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas agar tujuan dari penerapan model pembelajaran tersebut dapat tercapai.
b. Guru harus mengenalkan kepada siswa sumber belajar lain selain LKS, misalnya buku, internet, dan lain-lain. Sumber belajar yang berupa buku
(6)
commit to user
misalnya buku Galeri Pengetahuan Sosial Terpadu oleh Sri Sudarmi dan Waluyo yang bisa secara gratis diunduh dari www.bse.depdiknas.go.id.
c. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai topik-topik yang tidak dimengerti siswa dan memberi penjelasan secara mendalam
3. Bagi Siswa
a. Siswa meningkatkan kerja sama yang positif baik dengan siswa yang lain maupun dengan guru dalam proses pembelajaran
b. Siswa harus berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran lebih efektif
c. Siswa tidak hanya menganggap pusat segala informasi adalah guru, namun siswa dapat memanfaatkan sumber belajar yang lain, seperti buku, LKS, internet, koran, televisi, teman, dan lain sebagainya.
d. Siswa harus lebih giat lagi dalam belajar IPS Terpadu sehingga prestasi belajar yang didapat akan optimal.