perkembangan ilmu pengetahuan hukum bidang keperdataan khususnya hukum ketenagakerjaan.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
pemerintah dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja agar dapat menjamin hubungan kerja yang seimbang dalam pengaturan hak dan kewajiban pihak pekerjaburuh
dan pengusaha, sehingga pada akhirnya pekerjaburuh serta pengusaha dapat saling merasakan ketentraman.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi dan penelusuran yang telah dilakukan di Perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara terhadap hasil-hasil penelitian
yang ada, ternyata belum ada yang melakukan penelitian mengenai “Analisis yuridis terhadap hubungan kerja antara Pengusaha dan Pekerja berdasarkan perjanjian kerja
secara lisan.Studi Kasus: Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan Nomor: 41G2009PHI.Mdn, oleh karena itu penelitian yang
dilakukan dalam
penulisan tesis
ini adalah
asli sehingga
dapat dipertanggungjawabkan secara akademis berdasarkan nilai-nilai objektivitas dan
kejujuran.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Untuk mendalami perjanjian kerja secara lisan sudah seharusnya didasarkan kepada teori, penelitian-penelitian, undang-undang ataupun ketentuan-ketentuan yang
Universitas Sumatera Utara
saling berkaitan. Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik
atau proses tertentu terjadi.
9
Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya mendudukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan didalam kerangka teoritis
yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut.
10
Dalam penelitian ini teori perjanjian sangat relevan untuk ditinjau dari hukum perdata, sebab menurut ketetapan undang-undang hukum perdata semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat
kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu, suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.
11
Perjanjian diistilahkan dalam Bahasa Inggris dengan contract, dalam Bahasa Belanda dengan verbintenis atau perikatan juga dengan overenkomst atau perjanjian.
Kata kontrak lebih sempit karena ditujukan kepada perjanjian yang tertulis dibandingkan dengan kata perjanjian.
12
Kata perjanjian juga sering dikaitkan dengan perjanjian kerja sama yang dimaksudkan adanya hubungan timbal balik antara satu
pihak dengan pihak yang lainnya.
9
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,Jakarata: Universitas Indonesia Press, 1986, hlm. 122.
10
Made Wirantha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis, Yogyakarta: 2006, hlm. 6.
11
R. Subekti dan R. Tjitrosudibiyo, Kitab Undang-undang Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek
, terjemahan, cetakan 8, Jakarta: Pradnya Paramita, 1996, hlm. 338.
12
Supraba Sekarwati, Perancangan Kontra, Bandung: Iblam, 2001, hlm. 23.
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian kerja yang dalam Bahasa Belanda disebut arbeidsoverenkoms, mempunyai beberapa pengertian, Pasal 1601a KUHPerdata memberikan pengertian
sebagai berikut : Perjanjian kerja ialah suatu persetujuan bahwa pihak kesatu yaitu buruh mengikatkan diri untuk menyerahkan tenaganya kepada pihak lain yaitu
majikan dengan upah selama waktu tertentu. Selain pengertian tersebut diatas, Imam Soepomo berpendapat bahwa
“perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak lain yakni membayar upah”.
13
Profesor Subekti memberikan pengertian perjanjian kerja sebagai berikut: Perjanjian antara seorang “buruh” dengan seorang “majikan”, perjanjian yang
ditandai oleh ciri-ciri adanya suatu upah atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu “hubungan diperatas” dienstverhouding, yaitu suatu hubungan
berdasarkan mana pihak yang satu majikan berhak memberikan perintah-perintah yang harus ditaati oleh yang lain.
14
Pengertian perjanjian kerja menurut KUHPerdata seperti tersebut diatas dapat dilihat bahwa ciri khas perjanjian kerja adalah dibawah perintah pihak lain yang
menunjukan bahwa hubungan antara pekerja dan pengusaha adalah hubungan bawahan dengan atasan. Pengusaha sebagai pihak yang lebih tinggi secara sosial
ekonomi mempunyai kedudukan yang lebih tinggi untuk memberikan perintah dan
13
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hlm. 36.
15 Abdul Achmad Budiono, Hukum Perburuhan di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pres, 1997, hlm. 21.
14
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 1996, hlm. 29.
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan tertentu. Adanya wewenang perintah inilah yang membedakan antara perjanjian kerja dengan perjanjian lainnya.
Dalam hubungan antara pekerja dengan pengusaha bukanlah seperti hubungan antara pembeli dan penjual, atau seperti hubungan antara dokter dengan pasien,
ataupun pengacara dengan kliennya. Hal yang membedakan salah satunya adalah posisi tawar yang tidak sama diantara pekerja dan pengusaha. Secara yurisis
pekerjaburuh memang bebas. Sebagaimana prinsip negara kita bahwa tidak seorangpun boleh diperbudak, namun secara sosiologis pekerjaburuh adalah tidak
bebas. Ketergantungan pekerjaburuh terhadap pengusaha, apalagi kondisi pekerjaburuh dewasa ini belum pada taraf pekerjaburuh yang menguasai
ketrampilan dan pengetahuan keilmuan melainkan hanya mengandalkan tenaganya. Jika hubungan antara pekerja dengan pengusaha tidak diatur maka kekuasaan yang
tidak terbatas dari pengusaha dapat mendatangkan ketimpangan sosial yang besar terhadap pekerjaburuh, sehingga pekerjaburuh harus dilindungi melalui hukum yaitu
hukum perburuhan.
15
Hukum adalah fenomena sosial yang penting. Tak ada kelompok sosial yang bisa berlangsung tanpa hukum dalam arti luas. Hukum memiliki dua cita-cita kembar
yaitu keadilan dan ketertiban. Ada masyarakat yang lebih mementingkan segi keadilannya ada pula yang memilih segi ketertibannya, perdebatan untuk menentukan
15
Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Djambatan, 1995, hlm. 6-7.
Universitas Sumatera Utara
mana pilihan terbaik tak akan pernah selesai, sama halnya perdebatan menentukan dimana titik tengahnya.
16
Kehadiran hukum
dalam masyarakat
diantaranya adalah
untuk mengintegrasikan dan mengkordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa
menimbulkan konflik conflict of interest. Melalui hukum, konflik itu bisa ditekan sekecil-kecilnya. Pengorganisasian kepentingan-kepentingan itu dilakukan dengan
membatasi dan melindungi kepentingan-kepentingan tersebut. Hukum dalam pengertiannya yang utama adalah suatu aturan yamg dicita-
citakan dan diwujudkan dalam Undang-Undang, namun sebelumnya perlu ditegaskan bahwa hukum memiliki dua pengertian yang perlu dipahami yaitu:
17
1. Hukum dalam arti keadilan. Maka disini hukum menandakan peraturan yang
adil tentang kehidupan masyarakat sebagaimana yang dicita-citakan. 2.
Hukum dalam arti Undang-Undang atau lexwet. Kaidah-kaidah yang mewajibkan itu dipandang sebagai sarana untuk mewujudkan aturan yang adil
tersebut. Hukum bertujuan menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan
ketertiban dan keseimbangan dengan tercapainya ketertiban dalam masyrakat yang diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi dalam mencapai tujuannya. Hukum
berfungsi membagi hak dan kewajiban antar perorangan di dalam masyarakat,
16
AL Andang L Binawan, Hukum di Pusat Pasar : Keadilan sosial yang memudar dalam
Keadilan Sosial Upaya Mencari Makna Kesejahteraan Bersama di Indonesia, Editor AL Andang L
Binawan A Presetyantoko, Jakarta: Penerbit Kompas, 2004, hlm. 75.
17
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Yogjakarta: Kanisius, 1995, hlm. 49.
Universitas Sumatera Utara
membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum.
18
Dalam literatur dikenal beberapa teori tentang tujuan hukum. Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara
pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan multi tafsir dan logis dalam artian ia menjadi suatu sistem norma
dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Menurut teori etis etische theori, hukum hanya semata-mata bertujuan
mewujudkan keadilan. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh filsuf yunani, Aristoteles, dalam karyanya Eticha Nicomachea dan Retorika, yang menyatakan
bahwa hukum mempunyai tugas yang suci, yaitu memberi kepada setiap orang sesuatu yang ia berhak menerimanya.
19
Hukum ketenagakerjaan merupakan hukum yang dibentuk untuk mengadakan keadilan dalam hubungan kerja antara pekerjaburuh dengan pengusaha. Secara sosial
ekonomi posisi pengusaha dan pekerjaburuh sangat bertolak belakang. Hal ini menyebabkan hubungan antara keduanya diatur oleh hukum, yaitu hukum yang adil.
Keadilan yang merupakan tujuan dasar dalam pembentukan dan pelaksanaan hukum bahkan yang menjadi tujuan hidup bernegara tidak akan dicapai dengan
menyerahkan sistem ekonomi semata-mata pada mekanisme pasar.
20
18
E.Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia,Jakarta: 1966, hlm. 31.
19
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni, 1985, hlm. 23.
20
Bustanul Arifin dan Didik J.Rachbini, Ekonomi Politik Kebijakan Publik, Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001, hlm. 57.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan kerja adalah merupakan suatu hubungan yang timbul antara pekerja dan pengusaha setelah diadakan perjanjian sebelumnya oleh pihak yang
bersangkutan. Pekerja menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada pengusaha dengan menerima upah dan sebaliknya pengusaha menyatakan pula kesanggupannya
untuk memperkerjakan pekerja dengan membayar upah. Dengan demikian hubungan kerja yang terjadi antara pekerja dan pengusaha adalah merupakan bentuk perjanjian
kerja yang pada dasarnya memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak. Didalam hubungan kerja terdapat tiga unsur yaitu :
21
a. Ada Pekerjaan
Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan objek perjanjian dan pekerjaan itu haruslah dilakukan sendiri oleh pekerjaburuh.
Secara umum yang dimaksud dengan pekerjaan adalah segala perbuatan yang harus dilakukan oleh pekerjaburuh untuk kepentingan pengusaha sesuai isi
perjanjian kerja. b. Ada Upah
Unsur kedua yang harus ada dalam setiap hubungan kerja adalah adanya upah. Upah adalah hak pekerjaburuh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang atau bentuk lain sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerjaburuh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian,
kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi
21
Aruan, SH,M.Hum, Direktorat PPHI Depnakertrans RI, Dalam Melindungi Pekerja Menurut UU No.13 Tahun 2003 Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Menuju
Terciptanya Kepastian Hukum , Sumber : Informasi Hukum Vol 1 Tahun VI, 2004
Universitas Sumatera Utara
pekerjaburuh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah dilakukan. Dengan demikian intinya upah merupakan imbalan prestasi yang
dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerjaburuh atas pekerjaan yang telah dilakukan oleh pekerjaburuh.
c. Ada Perintah Perintah merupakan unsur yang paling khas dari hubungan kerja maksudnya
bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh pekerjaburuh berada dibawah perintah pengusaha.
Dalam praktek unsur perintah ini misalnya dalam perusahaan yang mempunyai banyak pekerjaburuh yaitu adanya peraturan tata tertib yang harus dipatuhi oleh
pekerjaburuh. Dengan dipenuhinya ketiga unsur tersebut diatas,jelaslah ada hubungan kerja baik
yang dibuat dalam bentuk perjanjian kerja tertulis maupun lisan. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada prinsipnya
telah memberikan defenisi normatif mengenai perjanjian kerja. Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 mendefenisikan perjanjian kerja sebagai
perjanjian antara pekerjaburuh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak, Atas pengertian tersebut, maka
dapat dijelaskan beberapa unsur penting perjanjian kerja sebagai berikut: a.
Adanya perbuatan hukumperistiwa hukum berupa perjanjian kerja b.
Adanya subjek atau pelaku yakni pekerjaburuh dan pengusahapemberi kerja yang masing-masing membawa kepentingan.
Universitas Sumatera Utara
c. Memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak
Peristiwa hukum perjanjian merupakan tindakan yang dilakukan oleh pekerjaburuh dan pengusahapemberi kerja untuk saling mengikatkan diri dalam
suatu hubungan yang bersifat normatif atau saling mengikat. Dalam berbagai teori ilmu hukum perikatan, perjanjian merupakan bentuk dari perikatan dimana 2 dua
pihak mengikatkan diri untuk berbuat, memberikan sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu yang dituangkan dalam suatu perjanjian baik secara lisan maupun secara
tertulis. Perjanjian selalu menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pelaku yang terlibat di dalamnya. Konsekuensi dari tidak terpenuhinya hak dan kewajiban tersebut
dapat berupa batal atau kebatalan terhadap perjanjian tersebut dan bahkan memungkinkan menimbulkan konsekuensi penggantian kerugian atas segala bentuk
kerugian yang timbul akibat tidak terpenuhinya prestasi yang diperjanjikan. Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
hubungan kerja baru dapat timbul setelah pekerjaburuh dan pengusahapemberi kerja mengikatkan diri dalam suatu perjanjian kerja. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 50
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan, bahwa “hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan
pekerjaburuh”. Dengan demikian tidak ada keterkaitan apapun yang menyangkut pekerjaan antara pekerjaburuh dan pengusaha tertentu apabila sebelumnya tidak ada
perjanjian yang mengikat keduanya.
Universitas Sumatera Utara
2. Konsepsi