Hak-Hak pekerja terhadap upah

secara lisan maupun tertulis berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Hak-Hak pekerja terhadap upah

Ketentuan Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa upah adalah hak pekerjaburuh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerjaburuh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerjaburuh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Upah yang diberikan pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerjaburuh wajib diberikan berdasarkan upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Upah minimum berdasarkan Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01MEN1999 dinyatakan bahwa upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Jangkauan wilayah berlakunya upah minimum berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01MEN1999 jo. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-226MEN2000 meliputi: a. Upah Minimum Propinsi UMP berlaku diseluruh KabupatenKota dalam 1 satu wilayah Propinsi; b. Upah Minimum KabupatenKota UMK berlaku dalam 1 satu wilayah KabupatenKota. Universitas Sumatera Utara Selain itu upah minimun juga didasarkan kepada Kelompok Lapangan Usaha Indonesia KLUI yang disebut Upah Minimum Sektoral yang terbagi menjadi Upah Minimum Sektoral Propinsi UMSP dan Upah Minimum Sektoral KabupatenKota UMSK. Penetapan upah minimum berdasarkan Pasal 6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01MEN1999 dilakukan dengan mempertimbangkan: a. Kebutuhan Hidup Minimum KHM; b. Indeks Harga Konsumen IHK; c. Kemampuan, perkembangan dan kelangsungan perusahaan; d. Upah pada umumnya berlaku di daerah tertentu dan antar daerah; e. Kondisi pasae kerja; f. Tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan perkapita. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01MEN1999 jo. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-226MEN2000, dalam pelaksanaan upah minimum perlu memperhatikan beberapa hal yaitu: a. Besarnya Upah Minimum Sektoral Propinsi UMSP dan Upah minimum Sektoral KabupatenKota UMSK minimal 5 lebih besar dari Upah Minimum Propinsi UMP dan Upah Minimum KabupatenKota UMK Pasal 5; b. Upah minimum berlaku untuk semua status, baik tetap, tidak tetap maupun percobaan Pasal 14 ayat 1; c. Upah minimum hanya berlaku bagi pekerja yang memiliki masa kerja kurang dari 1 satu tahun Pasal 14 ayat 2; Universitas Sumatera Utara d. Peninjauan besarnya upah bagi pekerja diatas masa kerja 1 satu tahun dilakukan atas kesepakatan tertulis antara pekerja dan pengusaha Pasal 14 ayat 3; e. Bagi pekerja borongan atau berdasarkan satuan hasil yang dilaksanakan 1 satu bulan atau lebih, upah rata-rata sebulan minimal upah minimum di perusahaan yang bersangkutan Pasal 15 ayat 1; f. Pengusaha dilarang mengurangi atau menurunkan upah yang telah diberikan lebih tinggi dari upah minimum yang berlaku Pasal 17; g. Bagi pengusaha yang melanggar Pasal 7, Pasal 13 dan Pasal 14 ayat 1 dan ayat 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER-01MEN1999 dikenakan sanksi: 1 Pidana kurungan maksimal 3 tiga bulan atau denda maksimal Rp.100.000,- seratus ribu rupiah; 2 Membayar upah pekerja sesuai putusan hakim.

D. Upaya Hukum Bagi Pekerja yang di PHK

Apabila ternyata pekerja tidak mendapatkan haknya sesuai dengan ketentuan Pasal 161 ayat 3 UU No. 13 Tahun 2003 maka sejak adanya Undang-undang Nomor 02 Tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan hubungan industrial PPHI, yang disahkan pada tanggal 4 Januari 2003 LN. Tahun 2004, Nomor 6, TLN. No. 4356 upaya hukum bagi pekerja yang mengalami perselisihan hubungan industrial akan dilakukan secara bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase atau ke pengadilan hubungan industrial. Bipartit merupakan upaya penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang dilakukan secara dua pihak yaitu antara pihak pengusaha dan pihak pekerja yang Universitas Sumatera Utara dilakukan secara musyawarah untuk mencapai kesepakatan. Apabila tidak tercapai kesepakatan dengan cara bipartit maka pihak-pihak dapat memilih penyelesaian secara mediasi, konsiliasi, atau arbitrasi. Apabila pihak-pihak memilih mediasi atau konsiliasi dan tidak tercapai kesepakatan maka dapat membawa perkaranya ke Pengadilan Hubungan Industrial namun apabila para pihak memilih arbitrase maka kesepakatan dituangkan dalam akta perdamaian yang merupakan keputusan arbitrase dan harus didaftarkan ke Pengadilan Negeri setempat. Apabila isi keputusan arbitrase tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak maka dapat dimohonkan pembatalannya kepada Mahkamah Agung selambat-lambatnya 30 hari kerja sejak ditetapkannya putusan arbiter. Permohonan pembatalan dilakukan apabila mengandung unsur-unsur berdasarkan ketentuan Pasal 52 ayat 1 UU No.2 Tahun 2004 yaitu : a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan setelah putusan dijatuhkan diakui atau dinyatakan palsu; b. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang ebrsifat menentukan yang disembunyikan oleh pihak lawan; c. Putusan diambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan perselisihan; d. Putusan melampaui kekuasaan arbiter hubungan industrial; atau e. Putusan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Universitas Sumatera Utara Dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari setelah pengajuan permohonan pembatalan, Mahkamah Agung harus sudah mengeluarkan putusan.Putusan yang dikeluarkan bisa menerima permohonan pembatalan dan bisa juga menolak. Universitas Sumatera Utara

BAB IV STUDI KASUS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN

INDUSTRIAL PADA PENGADILAN MEDAN REG.NO.41G2009PHI.Mdn ANTARA HARIZON PANE, DKK MELAWAN PT RIVERA VILLAGE PERMAI

A. Kronologis Perkara atau tentang Duduknya Perkara

Latar belakang terjadinya perkara ini adalah bahwa pada tanggal 03 Nopember 2008 para Penggugat yaitu Harizon Pane Penggugat I, M.Samin Penggugat II, Nasib Penggugat III, Slamet Penggugat IV dan Kamsari Penggugat V yang merupakan karyawan PT.Rivera Village Permai Divisi Padang Hijau telah di putus hubungan kerjanya secara sepihak oleh Tergugat yaitu PT. Rivera Village Permai Tergugat dengan tanpa alasan yang jelas dan tanpa diberikan uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja. Tergugat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja PHK terhadap para Penggugat dengan secara lisan yakni dengan melarang para Penggugat untuk tidak masuk bekerja lagi diperusahaan tersebut padahal para Penggugat bekerja diperusahaan tersebut sudah bertahun-tahun dan tanpa ada melakukan kesalahan. Penggugat I dan Penggugat II telah bekerja sejak tahun 1998 sampai dengan 03 November 2008 sebagai teknisi listrik sedangkan Penggugat III dan Penggugat IV bekerja sejak tahun 1999 sampai dengan 03 November 2008 pada bagian tanaman dan Penggugat V bekerja sejak tahun 2002 sampai dengan 03 November 2008 pada bagian tanaman. Upah yang diterima pada tahun 2007 oleh para Penggugat masih dibawah dibawah ketentuan sebagaimana diatur didalam Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.561635.K tahun 2007 85 Universitas Sumatera Utara tentang penetapan Upah Minimum Kabupaten Deli Serdang yakni sebesar Rp.805.000,- delapan ratus lima ribu rupiah dan upah terakhir 2008 yang diterima oleh para Penggugat adalah sebesar Rp.500.000,- lima ratus ribu rupiah yang notabene upah tersebut masih dibawah dibawah ketentuan sebagaimana diatur didalam Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.561204.K tahun 2008 tentang penetapan Upah Minimum Kabupaten Deli Serdang yakni sebesar Rp.895.000,- delapan ratus sembilan puluh lima ribu rupiah. Pada tanggal 18 Nopember 2008 para Tergugat mengadukan permasalahan Pemutusan Hubungan kerja secara sepihak yang dilakukan oleh Tergugat kepada Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Asrama Nomor 143 Kota Medan. Berkaitan dengan pengaduan para Penggugat maka Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara selaku mediator memfasilitasi penyelesaian perselisihan PHK antara para Penggugat dengan Tergugat namun tidak tercapai kesepakatan sehingga berdasarkan Pasal 13 ayat 2 Undang-undang Nomor 02 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial maka mediator mengeluarkan surat anjuran dengan Nomor 98-6DTK-TR2009 tertanggal 22 Januari 2009 yang pada pokoknya menganjurkan Tergugat membayar pesangon, kekurangan upah para penggugat tahun 2007 dan tahun 2008 serta membayar uang penghargaan masa kerja. Surat anjuran yang dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara disetujui dan diterima oleh para Penggugat akan tetapi pihak Universitas Sumatera Utara Tergugat tidak ada itikad baik untuk menerima dan setuju dengan isi surat anjuran tersebut. Tindakan Tergugat yang tidak mempunyai itikad baik untuk menyelesaikan perkara aquo telah menimbulkan kerugian bagi para Penggugat sehingga cukup beralasan untuk dinyatakan bahwasannya tindakan Tergugat sebagai Perbuatan Melawan Hukum onrechtmatigedaad. Oleh sebab itu pada tanggal 06 Mei 2009 para Penggugat telah mendaftarkan gugatan yang berkaitan dengan perkara aquo ke Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas maka para Penggugat telah memohon kepada Majelis Hakim yang mengadili dan memeriksa perkara tersebut untuk memutuskan dengan amar putusan sebagai berikut:

a. Dalam Provisi

Penggugat dalam hal ini memohon kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan untuk terlebih dahulu mengambil putusan sela dalam putusan provisi sebagai berikut: ”Menghukum Tergugat untuk melakukan pembayaran kekurangan upah para Penggugat pada Tahun 2007 dan Tahun 2008 sebesar Rp 48.575.000,- Empat puluh delapan juta lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah ”.

b. Dalam Pokok Perkara

1. Menerima dan mengabulkan gugatan para Penggugat untuk seluruhnya. 2. Menyatakan para Penggugat sebagai para Penggugat sebagai para Penggugat yang beritikad baik. Universitas Sumatera Utara 3. Menyatakan para Penggugat masih sebagai Karyawan PT. Rivera Village Permai sebelum putusan ini berkekuatan hukum tetap. 4. Menyatakan Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum Onrechtmatigedaad. 5. Menghukum Tergugat untuk membayar segala hak-hak normatif para Penggugat sebesar Rp.93.975.000,- Sembilan puluh tiga juta sembilan ratus tujuh puluh lima ribu rupiah sebagaimana yang diatur pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dengan rincian sebagai berikut: 5.1. Hak Normatif Penggugat I yang harus diberikan Tergugat: a. Uang Pesangon 2 x 9 x 895.000 = Rp 16.110.000,- b. Uang Penghargaan masa Kerja 4 x Rp 895.000 = Rp 3.580.000,- Total = Rp 19.690.000,- Terbilang: Sembilan belas juta enam ratus sembilan puluh ribu rupiah 5.2. Hak Normatif Penggugat II yang harus diberikan Tergugat: a. Uang Pesangon 2 x 9 x 895.000 = Rp 16.110.000,- b. Uang Penghargaan masa Kerja 4 x Rp 895.000 = Rp 3.580.000,- Total = Rp 19.690.000,- Terbilang: Sembilan belas juta enam ratus sembilan puluh ribu rupiah 5.3. Hak Normatif Penggugat III yang harus diberikan Tergugat: a. Uang Pesangon 2 x 9 x 895.000 = Rp 16.110.000,- b. Uang Penghargaan masa Kerja 4 x Rp 895.000 = Rp 3.580.000,- Total = Rp 19.690.000,- Terbilang: Sembilan belas juta enam ratus sembilan puluh ribu rupiah 5.4. Hak Normatif Penggugat IV yang harus diberikan Tergugat: a. Uang Pesangon 2 x 9 x 895.000 = Rp 16.110.000,- b. Uang Penghargaan masa Kerja 4 x Rp 895.000 = Rp 3.580.000,- Total = Rp 19.690.000,- Terbilang: Sembilan belas juta enam ratus sembilan puluh ribu rupiah 5.5. Hak Normatif Penggugat V yang harus diberikan Tergugat: a. Uang Pesangon 2 x 7 x 895.000 = Rp 12.530.000,- b. Uang Penghargaan masa Kerja 3 x Rp 895.000 = Rp 2.685.000,- Universitas Sumatera Utara Total = Rp 15.215.000,- Terbilang: lima belas juta dua ratus lima belas ribu rupiah 6. Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa dwangsoom sebesar Rp 1.000.000,- satu juta rupiah setiap harinya apabila lalai melaksanakan putusan ini. 7. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan dengan serta merta uit voobaar bij vorraad meskipun ada upaya hukum kasasi atau perlawanan. Majelis Hakim pada proses persidangan telah berusaha mendamaikan kedua belah pihak yang berperkara akan tetapi tidak berhasil dan pada tanggal 10 Juni 2009 Tergugat mengajukan jawaban atas gugatan Penggugat yakni sebagai berikut : a. Bahwa Tergugat menyangkal para Penggugat merupakan karyawan Tergugat karena para Penggugat tidak pernah terdaftar sebagai karyawan dalam perusahaan Tergugat. Walaupun para Penggugat pernah bekerja di areal lokasi perusahaan Tergugat namun hanya sewaktu-waktu jika diperlukan atau dengan kata lain apabila perusahaan Tergugat memerlukan tenaga teknis maka tergugat memanggil Penggugat yang bisa menangani bagian teknis dan begitu pula halnya jika Tergugat memerlukan orang untuk mengurus tanaman maka Tergugat memanggil orang yang bisa menangani bagian tanaman jadi singkatnya para Penggugat bekerja di Perusahaan Tergugat hanya sewaktu-waktu jika dipanggil sifatnya hanya insidensil dan upahnya langsung dibayar pada hari itu juga. b. Bahwa berdasarkan fakta tersebut terbukti bahwa para Penggugat bukanlah berstatus karyawan pada perusahaan Tergugat, keberadaan para Penggugat di perusahaan Tergugat hanya dipanggil sewaktu-waktu jika diperlukan dan langsung dibayar upahnya. Benar sejak setahun yang lalu hingga sekarang Universitas Sumatera Utara Terggugat tidak pernah lagi memanggil Penggugat karena tidak dibutuhkan lagi dan keadaan tidak dipanggil lagi tersebut tidak dapat diasumsikan sebagai PHK karena status para Penggugat buka karyawan Tergugat, berarti menurut hukum tidak pernah ada PHK. c. Bahwa oleh karena status para Penggugat bukan karyawan dalam perusahaan Tergugat maka tidak ada kewajiban hukum yang harus dipenuhi oleh Tergugat kepada para Penggugat terutama mengenai ketentuan upah, pesangon, dan maupun penghargaan masa kerja sebagaimana didalilkan dalam gugatan para Penggugat. Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas maka Tergugat telah memohon kepada majelis hakim agar menyatakan menolak gugatan para Penggugat baik dalam provisi maupun dalam pokok perkara untuk seluruhnya.

B. Pertimbangan Hukum Majelis HakimTentang Hukumnya

Dalil-dalil yang diajukan Harizon Pane, dkk sebagai Penggugat setelah melalui proses pemeriksaan di Pengadilan kemudian dipertimbangkan oleh majelis hakim yang mengadili dan memeriksa perkara ini pada pokoknya dapat dirangkum dalam beberapa hal sebagai berikut:

1. Dalam Provisi

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Terhadap Wanprestasi Dalam Perjanjian Sewa Menyewa Kapal Tongkang (Studi Putusan Perdata Pengadilan Negeri Medan No. 503/PDT.G/2009/PN-Mdn)

8 222 87

Analisis Yuridis Pemberian Kuasa Blanko Pada Akta Perikatan Jual Beli (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 51/PDT.G/2009/PN.Mdn)

1 86 130

Analisis Yuridis Terhadap Pembatalan Akta Notaris (Studi Kasus Pada Pengadilan Negeri Medan)

24 189 131

Analisis Yuridis Mengenai Dualisme Kewenangan Mengadili Tindak Pidana Korupsi Antara Pengadilan Negeri Dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

0 65 109

Analisis Yuridis Terhadap Hubungan Kerja Antara Pengusaha Dan Pekerja Berdasarkan Perjanjian Kerja Secara Lisan (Studi Kasus: Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Pada Pengadilan Negeri Medan Nomor:41/G/2009/PHI.Mdn)

2 53 126

Penyelesaian Perselisihan Antara Pekerja dengan Pengusaha di Luar Pengadilan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

1 45 149

Peranan Perjanjian Kerja Antara Pengusaha Dan Pekerja Pada Perusahaan Waralaba (Franchise) Di...

0 67 5

Peranan Pengadilan Hubungan Industrial dalam Memberikan Kepastian Hukum Terhadap Perkara Pemutusan Hubungan Kerja (Studi Terhadap Putusan Pemutusan Hubungan Kerja-Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan)

10 130 147

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 K/Pdt.Sus-Phi/2014 Terkait Pemutusan Hubungan Kerja Pengurus Serikat Pekerja Pada Perusahaan Manufaktur

3 119 104

PERAN HAKIM AD HOC PADA PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL (Studi pada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang)

0 17 49