Hak-Hak pekerja terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja

j. Saksi administratif, ganti rugi atau denda bagi pengusaha dan badan penyelenggara yang tidak memenuhi ketentuan perundang-undangan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 ; Undang-Undang Nomor 03 Tahun 1992 tentang Jamsostek mengatur akibat hukum bagi pengusaha maupun penyelenggara yang tidak mentaati peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Bentuk akibat hukum yang dapat dikenakan bagi pelanggar ketentuan dimaksud terdiri dari Sanksi Pidana dan Sanksi Administratif. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwasannya setiap pekerjaburuh yang mempunyai hubungan kerja dengan pengusaha baik PKWTT maupun PKWT maupun bentuk perjanjian kerja secara lisan maupun tertulis berhak menerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

3. Hak-Hak pekerja terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Suatu hal yang sangat penting bagi setiap orang yang bekerja dalam lingkungan perusahaan, terutama yang secara khusus bergerak di bidang produksi, untuk dapat memahami arti pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja dalam bekerja kesehariannya. Hal ini memiliki urgensi yang besar baik untuk kepentingan diri sendiri maupun karena aturan perusahaan yang meminta untuk menjaga hal-hal tersebut dalam rangka meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi perusahaan. Menurut Imam Soepomo, kesehatan kerja adalah: 77 77 Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja Perlindungan Kerja, Jakarta: Pradnya Paramitha, 1981, hlm 7 Universitas Sumatera Utara ”Aturan-aturan dan usaha-usaha untuk menjaga buruh dari kejadian atau keadaan perburuhan yang merugikan kesehatan dan kesusilaan dalam seseorang itu melakukan atau karena ia itu melakukan pekerjaan dalam suatu hubungan kerja”. Menurut Suma’mur, keselamatan kerja adalah: 78 ”Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan”. Berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja pada Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dinyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu hak pekerjaburuh. Oleh karenanya pengusaha wajib melaksanakan secara sistimatis dan terintegrasi dengan sistim manajemen perusahaan yakni sistim manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sistem Manajemen K3. Peraturan Mentri Tenaga Kerja Nomor PER 05MEN1996 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan, keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. 78 Suma’mur, Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta: Gunung Agung, 1985, hlm 1 Universitas Sumatera Utara Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yaitu: a. mencegah dan mengurangi kecelakaan; b. mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran; c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya; e. memberikan pertolongan pada kecelakaan; f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja; g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran; h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan; i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai; j. menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik; k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup; l. memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban; m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya; n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang; Universitas Sumatera Utara Tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif 79 . Penanggung jawab Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 di perusahaan adalah pengusaha atau pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh pekerja. Perusahaan dapat menyelenggarakan sendiri pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerjanya. Perusahaan yang bermaksud menyelengarakan sendiri pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerjanya dapat melakukan dengan cara berikut: a. Menyediakan sendiri atau bekerja sama dengan fasilitas Pelaksana Pelayanan Kesehatan; b. Bekerjasama dengan badan yang menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan; c. Secara bersama-sama dengan perusahaan lain menyelenggarakan suatu pelayanan kesehatan. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja yang selanjutnya harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh tenaga kerja, pemasok dan pelanggan. Dengan demikian setiap pekerjaburuh yang mempunyai hubungan kerja dengan pengusaha baik PKWTT maupun PKWT maupun bentuk perjanjian kerja 79 Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Pendekatan administratif dan Operasional , Cet II, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm. 45 Universitas Sumatera Utara secara lisan maupun tertulis berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Hak-Hak pekerja terhadap upah

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Terhadap Wanprestasi Dalam Perjanjian Sewa Menyewa Kapal Tongkang (Studi Putusan Perdata Pengadilan Negeri Medan No. 503/PDT.G/2009/PN-Mdn)

8 222 87

Analisis Yuridis Pemberian Kuasa Blanko Pada Akta Perikatan Jual Beli (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 51/PDT.G/2009/PN.Mdn)

1 86 130

Analisis Yuridis Terhadap Pembatalan Akta Notaris (Studi Kasus Pada Pengadilan Negeri Medan)

24 189 131

Analisis Yuridis Mengenai Dualisme Kewenangan Mengadili Tindak Pidana Korupsi Antara Pengadilan Negeri Dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

0 65 109

Analisis Yuridis Terhadap Hubungan Kerja Antara Pengusaha Dan Pekerja Berdasarkan Perjanjian Kerja Secara Lisan (Studi Kasus: Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Pada Pengadilan Negeri Medan Nomor:41/G/2009/PHI.Mdn)

2 53 126

Penyelesaian Perselisihan Antara Pekerja dengan Pengusaha di Luar Pengadilan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

1 45 149

Peranan Perjanjian Kerja Antara Pengusaha Dan Pekerja Pada Perusahaan Waralaba (Franchise) Di...

0 67 5

Peranan Pengadilan Hubungan Industrial dalam Memberikan Kepastian Hukum Terhadap Perkara Pemutusan Hubungan Kerja (Studi Terhadap Putusan Pemutusan Hubungan Kerja-Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan)

10 130 147

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 K/Pdt.Sus-Phi/2014 Terkait Pemutusan Hubungan Kerja Pengurus Serikat Pekerja Pada Perusahaan Manufaktur

3 119 104

PERAN HAKIM AD HOC PADA PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL (Studi pada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang)

0 17 49