Evaluasi Faktor Eksternal Evaluasi Faktor Internal Matriks SWOT

1. Evaluasi Faktor Eksternal

Tujuan dari analisa faktor eksternal perusahaan adalah mengenali peubah kunci lingkungan eksternal perusahaan yang menawarkan respon yang dapat dilakukan. Matriks evaluasi faktor eksternal merupakan alat yang digunakan untuk menganalisa faktor eksternal perusahaan. Dalam matriks EFE dilakukan penilaian dengan cara pembobotan dan skoring terhadap faktor- faktor ekternal yang menjadi peluang ataupun ancaman bagi perusahaan. Dengan menggunakan matriks EFE, perusahaan dapat mengetahui posisi perusahaan dengan memperoleh informasi nilai peluang dan ancaman ekternal terhadap perusahaan. Dengan demikian selanjutnya perusahaan dapat mengetahui faktor eksternal yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan.

2. Evaluasi Faktor Internal

Penilaian terhadap faktor-faktor internal dilakukan untuk mengetahui peubah yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan. Sama halnya dengan matrik EFE, penilaian faktor internal bertujuan untuk mengenali peubah kunci lingkungan internal perusahaan yang menawarkan respon yang dapat dilakukan. Alat perumusan strategi ini meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dari suatu usaha dan menjadi dasar untuk mengenali dan mengevaluasi hubungan antar bidang. Dalam melakukan penilaian dilakukan pembobotan dan skoring terhadap faktor-faktor internal perusahaan yang selanjutnya dapat diketahui faktor tersebut menjadi kelemahan atau kekuatan perusahaan dan juga faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan keberhasilan perusahaan.

3. Matriks SWOT

Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman Marimin, 2008. Masing-masing komponen penyusunan SWOT diartikan sebagai berikut: a. Kekuatan: Adalah sumberdaya atau kapasitas organisasi yang dapat digunakan secara efektif untuk mencapai tujuan b. Kelemahan: Adalah keterbatasan, toleransi, ataupun cacat organisasi yang dapat menghambat pencapaian tujuan c. Peluang: Adalah situasi mendukung dalam suatu organisasi yang digambarkan dari kecenderungan atau perubahan sejenis atau pandangan yang dibutuhkan untuk meningkatkan permintaan produkjasa dan memungkinkan organisasi untuk meningkatkan posisinya d. Ancaman. Adalah situasi yang tidak mendukung hambatan, kendala atau berbagai unsur eksternal lainnya dalam lingkungan organisasi yang potensial merusak strategi yang telah disusun sehingga menimbulkan masalah, kerusakan atau kekeliruan. Matriks SWOT adalah alat untuk mencocokan faktor-faktor penting yang akan membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi yaitu strategi SO strenght-Opportunities, strategi WO Weakness-Opportunities, strategi ST Strenght-Threaths dan WT Weakness-Threaths. Strategi SO adalah strategi yang digunakan perusahaan dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan sebagai peluang yang ada. Strategi WO adalah strategi yang digunakan perusahaan seoptimal mungkin meminimalisir kelemahan yang ada untuk memanfaatkan berbagai peluang. Strategi ST adalah strategi yang digunakan perusahaan dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan untuk mengurangi berbagai ancaman yang mungkin melingkupi perusahaan. Strategi WT adalah strategi untuk mengurangi kelemahan guna meminimalisir ancaman yang ada. Pada Gambar 3 disajikan analisis SWOT. Faktor Internal Faktor Eksternal STRENGTHS S Daftar Kekuatan 1. 2. 3. dst WEAKNESS W Daftar Kelemahan 1. 2. 3. dst OPPORTUNITIES O Daftar Peluang 1. 2. 3. Dst Strategi SO Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang 1. 2. 3. dst Strategi WO Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang 1. 2. 3. Dst THREATS T Daftar Ancaman 1. 2. 3. Dst Strategi ST Gunakan kekuatan untuk mengurangi ancaman 1. 2. 3. Dst Strategi WT Mengurangi kelemahan guna meminimalisir ancaman 1. 2. 3. Dst Sumber : David, 2004 Gambar 3. Matriks SWOT 4. QSPM Matriks QSPM adalah alat yang memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi strategi alternatif secara obyektif berdasarkan faktor-faktor kritis internal dan eksternal yang dikenali sebelumnya. QSPM merupakan matrik yang didalamnya menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang dihasilkan berdasarkan faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal dimanfaatkan atau diperbaiki. QSPM merupakan teknik yang dipakai dalam tahap pengambilan keputusan dari kerangka kerja analisis formulasi strategi David, 2004. Teknik ini secara jelas menunjukkan strategi alternatif mana yang paling baik untuk dipilih. QSPM menggunakan input dari hasil pada tahap input dan tahap pencocokan pada kerangka kerja analisis formulasi strategi. QSPM membantu penyusun strategi untuk memberikan prioritas terhadap alternatif strategi secara obyektif berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Alat evaluasi ini berbentuk matriks Gambar 2.5 yang berisikan faktor sukses utama internal dan eksternal yang dipadukan dengan alternatif - alternatif strategi yang selanjutnya alternatif strategi diberikan pembobotan dan perangkingan. Nilai terbesar menjadi prioritas dalam pemilihan strategi yang akan dilaksanakan David, 2004. Faktor-Faktor Kunci ALTERNATIF STRATEGIS Bobot a Strategi 1 TAS = a x AS Strategi 2 TAS = a x AS Strategi 3 TAS = a x AS Faktor-Faktor Kunci Eksternal Ekonomi Politikpemerintah Teknologi Persaingan Faktor-Faktor Kunci Internal Manajemen Pemasaran Keuangan Produksi Litbang Sistem Informasi Sumber : David, 2004 Gambar 4. Matriks Perencanaan Strategik Kuantitatif – QSPM 2.8. Kajian Penelitian Terdahulu 1. Penelitian dilakukan oleh Dacanay bersama Conference of Asian Foundations and Organizations CAFO dengan judul “Creating Space In The Market ”. Penelitian dilakukan pada tahun 2002 dengan lokasi penelitian di tiga negara yaitu Indonesia, India dan Thailand, dimana sebelumnya sudah dilakukan di Philippine. Maksud dan tujuan penelitian adalah mendukung Master in Entrepreneurship for Social and Development Entrepreneur MESODEV dalam mengembangkan Program Master dilingkup Asian Institute of Management AIM Filipine, dalam meningkatkan mutu MESODEV dan juga menjadi literatur bagi pihak-pihak yang melakukan kegiatan social entrepreneurship. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi langsung dan studi terhadap kasus-kasus kewirausahaan sosial yang dilakukan oleh berbagai lembaga di tiga negara. Selain itu juga dilakukan workshop yang melibatkan tiga negara dalam melakukan analisa dan perumusan penelitian. Hasil penelitian menyimpulkan tentang pemahaman social entrepreunership, the ways of social entrepreneurship dan tigabelas kasus pengembangan social entrepreneurship di empat negara, Philippine, Indonesia, India dan Thailand. 2. Penelitian oleh Dr. Lidija Mavra pada bulan Januari tahun 2011 dengan judul “Growing Social Enterprise : Research Into Social Replication”. Penelitian didanai oleh Big Lottery Fund England. Penelitian ini berupaya menjawab pertanyaan “bagaimana sosial entrepreneur dapat dengan sukses melakukan bisnis replikasiFranchise atau waralaba? ”. Penelitian dilakukan dengan menguji berbagai pengalaman replikasifranchise, mengeksplorasi contoh nyata, menjelaskan hambatan kritis, faktor-faktor keberhasilan dan menilai masing-masing model replikasi untuk berbagai bentuk perusahaanlembaga yang bergerak di bidang waralaba. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam kepada 22 organisasi. Responden berasal dari berbagai jaringan, terutama dari Social Enterprise Coalition SEC dan British Franchise Association BFA. Para responden ditanya tentang pengalaman spesifik mereka dan faktor-faktor motivasi untuk pertumbuhan termasuk dukungan dan pelatihan yang diterima, dampak pada tujuan inti sosial mereka dan sejauh mana mereka telah terhubung dengan perusahaan sosial lainnya. Kesimpulan penelitian adalah jika dilakukan dengan benar, waralaba tidak hanya cara yang menguntungkan bagi perusahaan sosial maupun individu untuk tumbuh dan melakukan diversifikasi, tetapi juga dapat mejadikan momentum untuk gerakan sosial perusahaan itu sendiri. Salah satu tantangan terbesar adalah bahwa tidak ada satu ukuran cocok untuk semua solusi untuk waralaba, mengingat bahwa usaha sosial sendiri terdiri dari berbagai sektor dan pasar serta model keuangan yang berbeda. Diperlukan model yang berbeda, bagaimana dan kapan masing-masing metode dapat digunakan. Pada tingkat praktis, pentingnya kepercayaan, dukungan organisasi dan menemukan mitra yang tepat menjadi penentu keberhasilan bisnis waralaba. 3. Penelitian dengan judul “Peranan Modal Sosial dalam Pengembangan Nilai Kewirausahaan”. Penelitian dilakukan oleh Rizki Humaira, mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis besarnya peranan modal sosial dan masing-masing unsur modal sosial tersebut dalam pengembangan nilai kewirausahaan. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan tipe eksplanatori. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang didukung kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang yang berada di tiga kampung di Desa Cikarawang dan lima anggota kelompok tani yang terdaftar, yaitu Kelompok Tani Hurip, Kelompok Tani Mekar, Kelompok Tani Setia, Kelompok Tani Subur Jaya, dan Kelompok Wanita Tani Melati, yang melakukan aktivitas usaha berdagang, baik sebagai mata pencaharian utama maupun sampingan. Pemilihan responden berdasarkan sektor usaha yang paling dominan yang terdapat di Desa Cikarawang, yaitu sektor pertanian dan perdagangan yang diambil secara acak dengan jumlah responden adalah masing-masing tiga puluh lima orang. Adapun kerangka sampling dari penelitian ini adalah anggota kelompok tani dan pedagang kecil di setiap kampung. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan 1 Modal sosial berperan besar bagi pedagang dan anggota kelompok tani dalam membentuk nilai-nilai kewirausahaan mereka. Komponen modal sosial yang paling berpengaruh adalah unsur kepercayaan dan jejaring, sedangkan unsur norma tidak berpengaruh sama sekali. Pada unsur jejaring, yang memiliki nilai keberpengaruhan hanya pada pedagang. 2 Tidak ada satupun faktor yang berdiri sendiri yang berperan dalam pengembangan nilai kewirausahaan baik dari segi motivasi maupun kapasitas individu. Namun ketika faktor tersebut didorong oleh faktor modal sosial, terdapat nilai keberpengaruhan pada kapasitas individu. Sedangkan motivasi yang didorong dengan modal sosial masih tetap tidak memberikan pengaruh terhadap pengembangan nilai kewirausahaan. 3Terdapat perbedaan nilai signifikansi masing-masing faktor dalam pengembangan nilai kewirausahaan. Data statistik menunjukkan bahwa modal sosial memiliki nilai pengaruh yang paling besar diantara semua faktor. Selain itu kepercayaan yang merupakan bagian dari unsur modal sosial, memiliki keberpengaruhan paling besar diantara jejaring dan norma. Dibandingkan dengan faktor motivasi, faktor kapasitas individu memiliki signifikansi yang lebih kecil, artinya pengaruh terhadap nilai kewirausahaan lebih besar dibanding faktor motivasi. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawaty, Suwarto dan Endarwati tahun 2010 dengan judul “Pengembangan Metode Pembelajaran Pendidikan Karakter Melalui Kewirausahaan Sosial Sociopreneurship ”. Penelitian mengenai metode pembelajaran pendidikan karakter melalui kewirausahaan sosial ini dirancang dalam bentuk Penelitian Tindakan kelas Classroom Action Research. Hasil dari penelitian disimpulkan bahwa 1 Kewirausahaan sosial merupakan salah satu bentuk kewirausahaan yang bertujuan untuk membantu masyarakat. Bisnis sosial bisa jadi salah satu bentuk wirausaha sosial tetapi tidak semua wirausaha sosial berbentuk bisnis sosial. Wirausaha sosial adalah inisiatif ekonomi atau non ekonomi, bertujuan profit atau non profit yang inovatif 2. Penanaman nilai-nilai karakter yang baik menjadi sangat penting ketika perkembangan dan dinamika masyarakat yang berkembang akhir-akhir ini. cenderung berdampak pada hal-hal yang kurang positif, misalnya perilaku tidak tertib dan tidak disiplin, tidak peduli terhadap nilai-nilai keagamaan dan lingkungannya, perilaku amoral dan lunturnya budi pekerti, melemahnya nilai-nilai keagamaan dan ketaatan beribadah, dan kurang kerjasama diantara anggota masyarakat umumnya dan mahasiswa pada khususnya. Nilai karakter yang dikembangkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah ketaatan beribadah, disiplin dan tanggung jawab, kejujuran, hormat dan peduli serta aspek kerjasama.

BAB III METODE PENELITIAN