sehingga tidak dapat mengetahui seberapa besar dampak sosial yang telah dicapai.
4.3. Evaluasi Faktor Eksternal EFE
Faktor eksternal yang menjadi peluangan perusahaan adalah prospek pengembangan kewirausahaan sosial dengan skor 0.377, nilai produk dengan
skor 0,360, mitra kerja dengan nilai 0,292, sarana produksi dengan nilai 0,281, jaringan pasar dengan nilai 0,278 dan faktor eksternal yang menjadi ancaman
bagi perusahaan adalah lokasi perusahaan dengan nilai 0,129, penerimaan konsumen dengan skor 0,132, produk pesaing dengan nilai 0,136, perusahaan
pesaing dengan nilai 0,143, kontinuitas bahan baku dengan nilai 0,161. Berikut dapat dilihat tabel faktor-faktor eksternal perusahaan.
Tabel 2. Evaluasi Faktor Eksternal Perusahaan
No. Faktor Ekternal
Bobot Rating
Skor Rangking
a b
axb Faktor-faktor Peluang Perusahaan
1 Prospek pengembangan KS
0.110 3.429
0.377 1
2 Nilai Produk
0.120 3.000
0.360 2
3 Mitra Kerja
0.095 3.071
0.292 3
4 Sarana Produksi
0.088 3.214
0.281 4
5 Jaringan Pasar
0.093 3.000
0.278 5
Faktor-faktor Ancaman Perusahaan
1 Lokasi Perusahaan
0.100 1.286
0.129 1
2 Penerimaan Konsumen
0.103 1.286
0.132 2
3 Produk Pesaing
0.095 1.429
0.136 3
4 Perusahaan Pesaing
0.095 1.500
0.143 4
5 Kontinuitas Bahan Baku
0.103 1.571
0.161 5
Jumlah 1.000
2.287
4.3.1. Peluang
a. Prospek Pengembangan Kewirausahaan Sosial
Dinilai memiliki prospek yang baik dikarenakan jika dibandingkan dengan microfinance maka dengan menggunakan model pengembangan usaha
bersama memiliki kelebihan. Dalam microfinance lebih bersifat pasif dan masyarakat cenderung dinilai telah menguasai usahanya dan lebih berfungsi
kepada peningkatan jumlah produksi. Sementara untuk masyarakat yang memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan akan tetap kesulitan
untuk mengembangkan usaha terutama kemampuan masyarakat terhadap akses keuangan, bahan baku, pendidikan keahlian dan pemasaran. Dengan
pola yang direncanakan bersama masyarakat maka peluang ini memungkinkan akan lebih bisa diterima kedepannya.
b. Nilai Produk
Produk yang dihasilkan kelompok memiliki nilai estetik masing-masing daerah. Hal ini tidak dimiliki oleh semua lembaga atau perusahaan sejenis
sehingga memberikan nilai lebih. Pengalaman pendampingan yang pernah dilakukan meliputi 5 pulau besar, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Papua dan juga tersebar dibeberapa propinsi seperti Nanggroe Aceh Darusalam, Sumatra Barat, Riau, Bengkulu, Lampung, Jambi, Kaltim, Kalbar,
Halmahera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa timur, NTT dan propinsi lainnya. Setiap daerah memiliki ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh daerah lain.
Hal ini menjadikan nilai dari produk yang dihasilkan menjadikan nilai lebih dari produk
– produk yang dihasilkan lembaga atau perusahaan lain. Seperti halnya sarang semut dari papua, sagu dari Halmahera, Pisang Kepok dari
Kaltim, Madu dari Baduy, Kopi dari Aceh dan Lampung, kerajinan rotan dari Cirebon, Batik Lurik dari Jawa Tengah dan aneka makanan ringan dari Jawa
Timur dan produk –produk lainnya.
c. Mitra Kerja
Kemitraan selama ini banyak terbentuk dari proyek-proyek yang dilakukan. Mitra tersebut bisa dengan masyarakat maupun dengan donor
pemberi dana proyek. Kondisi ini menjadi peluang yang sangat besar untuk mengembangkan usaha dimana beberapa keuntungan yang bisa didapatkan
dari kelanjutan proyek diantaranya adanya kedekatan emosional dengan mitra karena telah terbangun kerja sama sebelumnya, masyarakat dinilai telah
memiliki kemampuan dikarenakan ada penguatan kapasitas sebelumnya, jaringan distribusi dan pemasaran telah terbuka, peluang keterlibatan donor
lainnya lebih besar untuk meningkatkan dampak proyek. Selain kemitraan dengan masyarakat maupun donor yang sebelumnya telah ada, kemitran juga
dapat di bangun dengan para pelaku pasar, pelaku produksi, distribusi maupun pemasaran lainnya.
d. Sarana Produksi