Analisis Strategi Pengembangan Usaha PT Madu Pramuka, Jakarta

(1)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

PT MADU PRAMUKA, JAKARTA

Oleh:

Arif Budiman

A14102126

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(2)

RINGKASAN

ARIF BUDIMAN. Analisis Strategi Pengembangan Usaha PT Madu Pramuka, Jakarta (di bawah bimbingan JOKO PURWONO).

Produk perlebahan, terutama madu telah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai makanan yang berkhasiat menjaga kesehatan. Namun, produksi madu Indonesia belum mampu memenuhi permintaan (konsumsi) masyarakat. Hal ini mendorong masuknya madu impor yang memiliki kualitas lebih baik dan beredarnya madu palsu yang menawarkan harga yang relatif tidak jauh berbeda (bersaing) dibandingkan madu asli.

PT Madu Pramuka adalah salah satu perusahaan yang bergerak dan memiliki kegiatan usaha di industri perlebahan. Dalam rangka mengembangkan usaha, pada tanggal 23 Februari 2005, Pusat Perlebahan Apiari Pramuka mengalami perubahan status badan hukum usaha menjadi Perseroan Terbatas (PT) Madu Pramuka. Meski dikenal sebagai salah satu pionir peternakan lebah madu modern di Indonesia, namun kegiatan produksi PT Madu Pramuka masih bersifat tradisional dan belum menggunakan peralatan modern, terutama bagian pasca panen dan pengemasan. Hal ini menyebabkan produktifitas PT Madu Pramuka kurang optimal.

PT Madu Pramuka, terakhir kali melakukan uji kualitas mutu madu pada tahun 1996 di Laboratorium Kimia IPB, Bogor. Berdasarkan kriteria mutu madu Badan Standarisasi Indonesia, madu PT Madu Pramuka masih me miliki kadar air yang tinggi di ambang batas kadar air yang telah ditentukan.

Tujuan dari penelitian ini, antara lain (1) Mengidentifikasi strategi usaha yang telah dilaksanakan oleh perusahaan, (2) Menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal yang me njadi peluang dan ancaman, maupun kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan, (3) Merekomendasikan alternatif strategi yang paling sesuai bagi perusahaan dalam mengembangkan usahanya.

Berdasarkan hasil analisis matriks IFE terhadap kekuatan dan kelemahan perusahaan, menyimpulkan bahwa kekuatan utama perusahaan yaitu, produk yang berkualitas dan memiliki ciri khas, kemudian diikuti oleh adanya loyalitas konsumen, kondisi keuangan relatif baik, tingkat pendidikan dan keterampilan karyawan relatif tinggi, adanya sistem kemitraan dengan peternak binaan, hubungan kerja yang erat antar karyawan, pengalaman dan reputasi perusahaan, memiliki klinik terapi sengat lebah, dan adanya divisi pendidikan dan pelatihan beternal lebah. Sedangkan, kelemahan utama perusahaan adalah kurangnya promosi produk, kemudian diikuti oleh peralatan pascapanen masih sederhana, volume produksi belum optimal, divisi Litbang produk baru terbentuk, lokasi kantor pusat kurang strategis, pengujian mutu produk belum berkala, sistem manajemen masih sederhana, serta kemasan produk masih sederhana dan kurang menarik. Nilai matriks IFE sebesar 2,681466 menggambarkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi internal rata-rata.

Berdasarkan hasil analisis matriks EFE, menujukkan bahwa peluang terbesar perusahaan, yaitu adanya kesadaran masyarakat akan manfaat produk perlebahan yang semakin tinggi, kemudian diikuti oleh permintaan terhadap produk perlebahan yang terus meningkat, tidak adanya produk substitusi perlebahan, masih banyak daerah pemasaran yang belum terjangkau oleh perusahaan, adanya Asosiasi Perlebahan Indonesia (API), perkembangan IT semakin pesat, biodiversity Indonesia


(3)

yang beragam, dan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin tinggi. Sedangkan, ancaman terbesar bagi perusahaan adalah adanya pema lsuan produk, kemudian diikuti oleh berkurangnya jumlah areal pakan lebah akibat konversi lahan, bahan baku berkualitas yang sulit didapat, ketergantungan yang tinggi terhadap musim bunga, masuknya madu impor ke Indonesia, adanya kenaikan harga bahan-bahan pokok, kurangnya perhatian yang serius dari pemerintah, mudahnya pesaing baru masuk ke dalam industri, dan konsumen mudah berpindah ke produk pesaing. Nilai rata-rata matriks EFE sebesar 2,599616, menggambarkan bahwa respon PT Madu Pramuka terhadap lingkungan eksternal tergolong sedang.

Hasil Analisis SWOT terhadap faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan, menghasilkan delapan alternatif strategi, yaitu tiga strategi SO (1) Memperluas daerah pemasaran, (2) Mempromosikan jasa pendidikan dan pelatihan serta terapi sengat lebah, dan (3) Meningkatkan mutu pelayanan kepada konsumen. Dua Strategi WO (1) Melakukan kegiatan promosi melalui media massa dan internet dan (2) Mengoptimalkan divisi litbang dalam melakukan diversifikasi produk. Dua Srategi ST (1) Memperkuat hubungan dengan para peternak binaan dan pengecer serta (2) Melakukan lobi kepada pemerintah agar lebih serius dalam memperhatikan industri perlebahan. Satu Strategi WT (1) Memperbaiki dan meningkatkan kinerja kegiatan produksi.

Berdasarkan metode PHA, diperoleh empat kriteria strategi, yaitu (1) strategi meningkatkan profit perusahaan, (2) mengatasi persaingan, (3) SDM dan manajemen yang profesional, serta (4) pusat pendidikan dan informasi perlebahan.

Hasil pengolahan horisontal kriteria strategi terhadap alternatif strategi, menyimpulkan bahwa kriteria strategi meningkatkan profit perusahaan dipengaruhi signifikan oleh strategi memperluas daerah pemasaran. Kriteria strategi mengatasi persaingan dipengaruhi signifikan oleh strategi memperluas daerah pemasaran. Kriteria strategi SDM dan manajemen yang profesional dipengaruhi signifikan oleh strategi meningkatkan mutu pelayanan kepada konsumen. Kriteria strategi pusat informasi dan pendidikan perlebahan dipengaruhi signifikan oleh strtegi mempromosikan diklat dan terapi sengat lebah.

Hasil pengolahan vertikal terhadap alternatif strategi menunjukkan bahwa prioritas utama strategi pengembangan usaha adalah strategi memperluas daerah pemasaran, diikuti strategi meningkatkan mutu pelayanan kepada konsumen, dan seterusnya. Hasil pengolahan vertikal ini menghasilkan CR sebesar 3%.

Saran dalam penelitian ini, yaitu (1) Perusahaan harus mulai melakukan riset pengembangan produk untuk menghasilkan produk turunan madu, (2) Memperbanyak jumlah pengecer dan kedai, (3) Perusahaan sebaiknya melakukan survey lapangan untuk mencari sumber lahan baru penghasil pakan lebah, (4) Perusahaan sebaiknya mulai melakukan pengujian produk secara berkala di laboratorium bekerjasama dengan perguruan tinggi maupun lembaga pemerintah, (5) Perusahaan sebaiknya mulai melakukan strategi promosi secara rutin, untuk memperkenalkan produk kepada masyarakat, (6) Perusahaan sudah saatnya melakukan koneksi jaringan ke internet, dan (7) Perusahaan dapat mulai melakukan penganggaran secara efektif dan mulai mencoba untuk melakukan pengajuan kredit kepada bank.


(4)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

PT MADU PRAMUKA, JAKARTA

Oleh:

Arif Budiman

A14102126

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(5)

Judul : Analisis Strategi Pengembangan Usaha PT Madu Pramuka, Jakarta

Nama : Arif Budiman NRP : A14102126

Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Joko Purwono, MS NIP. 131 578 844

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PT MADU PRAMUKA, JAKARTA” BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

Arif Budiman A14102126


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 April 1984. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bpk Abdul Manan dan Ibu Yoyoh. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada SDN 01 Kp Tengah pada tahun 1996. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 1999 pada SLTPN 20 Jakarta Timur. Pendidikan tingkat atas diselesaikan penulis pada tahun 2002 di SMUN 62 Jakarta dan sekaligus diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur tes SPMB pada Program Studi Manajemen Agribisnis. Penulis sempat aktif di beberapa lembaga kemahasiswaan, seperti DKM Al Hurriyyah periode 2003-2004, KAMMI Komisariat IPB periode 2003-2005, dan BEM KM IPB periode 2005-2007.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala pujia dan puji hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan karunia dan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini. Shalawat dan Salam kepada Rasulullah Muhammad SAW atas keteladanan dan bimbingan beliau dalam menerangi dunia ini dengan cahaya Islam. Penyusunan Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian.

Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing skripsi Bapak Joko Puurwono yang telah banyak memberikan saran masukan dan kritikan dalam pembuatan skripsi ini. Skripsi dengan judul ”Analisis Strategi Pengembangan Usaha PT Madu Pramuka” ini, diharapkan dapat memberi gambaran tentang kegiatan usaha PT Madu Pramuka dan kondisi industri perlebahan di Indonesia.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki oleh Penulis, karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari pihak-pihak yang terkait. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2007


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirobbil’alamin, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Kedua orang tua Penulis, Bpk H. Abdul Manan dan Ibu Yoyoh serta Kakak Heri Kurniawan dan Adik Yayah Siti R, atas kasih sayang dan perhatian serta dorongan moril dan materil.

2. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, bimbingan dan arahan kepada Penulis.

3. Ir. Popong Nurhayati, MM dan Anita Primaswari, SP. MSi. selaku dosen penguji dalam ujian sidang Penulis.

4. Bpk. Indra Gunawan S.Hut, Eureka S.Pt, Chamdatul Mauidah S.Pt. dan seluruh karyawan PT Madu Pramuka yang telah membantu dalam proses penelitian yang dijalani oleh Penulis.

5. Petugas Perpustakaan seluruh IPB yang tidak pernah jemu dan bosan dalam melaksanakan tugasnya.

6. Teman-teman seperjuangan 62 di IPB, Agung, Royan, Salim, dan Anton.

7. Keluarga Besar AGB’39, Dudung, Renato, Harris, Sofyan, Yodhy, Lutfi, Indri, Mutia, Liza, Rora, Mutia, Nisa, wewen, Yela, Mayzar, Dian, Ayu, dan rekan-rekan lain yang sangat berjasa. My lovely little familiy Redaktur Manajemen Ruhiyah AGB 39, Dadan, Runie, Islam, Ata, dan Tinton.

8. EPS 39 – 41 serta AGB 40 dan AGB 41 dan Sosekers. Suryo, Hafzil, Ade, Aini, Mutiara, Dara, Aini, Berlian, Ridwan, Reny, erik, Komir, Rangga, dan Wahyu.


(10)

9. Pengurus BEM KM IPB 2004/2005 Kabinet Pengabdian, Bang Doni, Bang Irmon, Ka Bakti, Ka Ilham, Ka Martin, Mba Vien, Mba Pipit, Mba Chacha, dan seterusnya. My lovely little family Sosling Pengabdian, Mr Afif, Mrs Rora, Suprayitno, Doni, Heri, Sofwan, Estri, Ani Siti, Wieke, dan Ika. FIGHT!!

10.Pengurus BEM KM IPB 2005/2006 Kabine t Pembaharu, Kak Jenal, Hanif, Liza, Ima, Pipit, Ruri, Novi, Yuli, Kabay, Dilla, Fadhli, Ulie, Ananto, Tyas, Mansyur, Likkah, Teguh, Ve ntri, Yunus, Renni, Cep, Ririn. And My lovely little family, Kominfo Pembaharu, Wina, Henny, Melly, Icha, Amel, Dewi, iie, Richa, Penti, Wicak, Bagus, Kiky, dan Deny. HAMASAH!!

11.Teman-teman Koran Kampus IPB. Mba Fetry, Iqbal, Fahmul, Yudha, Mimir, Taufan, Tiwik dan Palestina Santana atas kejujuran dan keterbukaan. BANZAI!! 12.KAMMI Komisariat IPB periode 2003/2005, dan DKM Al Hurriyyah periode

2003-2005, terimakasih untuk semua dukungan, perhatian, kebersamaan.

13.Semua rekan-rekan dari Faperta hingga FEMA, yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan tanpa mengurangi rasa hormat dan sayang.

14.Pejuang Keadilan Jakarta Timur 62, Wahyu, Sajar, Hari, Lambang, Toha, Ade, Mico dan David atas kebersamaan, pembelajaran dan perjuangannya. AYO, saatnya KITA Benahi Jakarta, Indonesia dan Dunia!!

Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan kemudahan dalam segala hal dan balasan yang setimpal atas amal baik Bapak/Ibu/Saudara/i. Amin.

Bogor, Agustus 2007


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ... xi

DAFTAR TABEL …... xii

DAFTAR LAMPIRAN …... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... … 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Gambaran Umum Lebah Madu ... 8

2.1.1 Kehidupan Lebah Madu ... 10

2.2 Pakan Lebah Madu ... 12

2.3 Manfaat Produk Perlebahan ... 13

2.3.1 Madu. ... 13

2.3.2 Royal Jelly ... 15

2.3.3 Pollen ... 15

2.3.4 Propolis ... 16

2.3.5 Malam Lebah ... 16

2.3.6 Bee Venom ... 16

2.4 Manajemen Beternak Lebah Madu ... 17

2.5 Hama dan Penyakit Lebah Madu ... 18

2.5.1 Hama ... 19

2.5.2 Penyakit. ... 20

2.6 Hasil Penelitian Terdahulu... 21

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 24

3.1 Kerangka Teoritis ... 24

3.1.1 Strategi ... 24

3.1.2 Konsep Manajemen Strategi ... 25

3.1.3 Proses Manajemen Strategi ... 26

3.1.4 Model Manajeme n Strategi ... 27

3.1.5 Formulasi Strategi... 28

3.1.5.1 Visi, Misi, dan Tujuan ... 28

3.1.6 Analisis Lingkungan Bisnis Perusahaan... 29

3.1.6.1 Lingkungan Internal ... 29

3.1.6.2 Lingkungan Eksternal ... 31

3.1.7 Alternatif Strategi Utama ... 33

3.1.7.1 Strategi Integrasi ... 33

3.1.7.2 Strategi Intensif... 34


(12)

3.1.7.4 Strategi Defensif ... 35

3.1.8 Matriks IFE dan EFE ... 36

3.1.9 Matriks IE ... 37

3.1.10 Matriks SWOT ... 37

3.1.11 Matriks PHA ... 38

3.2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 40

IV. METODE PENELITIAN ... 43

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 43

4.2.1 Lingkungan Internal Perusahaan ... 43

4.2.2 Lingkungan Eksternal Perusahaan... 44

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 46

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 46

4.4.1 Analisis Deskriptif ... 46

4.4.2 Analisis Tiga Tahap Formulasi Strategi ... 47

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 56

5.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 56

5.2 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan ... 57

5.3 Visi dan Misi Perusahaan ... 58

5.4. Struktur Organisasi Perusahaan ... 58

5.5 Ketenagakerjaan... 60

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN ... 61

6.1 Identifikasi Faktor Internal ... 61

6.1.1 Manajeme n ... 61

6.1.2 Pemasaran ... 62

6.1.3 Keuangan dan Accounting ... 65

6.1.4 Produksi dan Operasi ... 66

6.1.5 Penelitian dan Pengembangan ... 69

6.2 Identifikasi Faktor Eksternal... 71

6.2.1 Lingkungan Umum ... 71

6.2.1.1 Faktor Politik dan Kebijakan Pemerintah... 71

6.2.1.2 Faktor Ekonomi ... 74

6.2.1.3 Faktor Sosial ... 74

6.2.1.4 Faktor Teknologi ... 76

6.2.1.5 Faktor Ekologi dan Alam ... 77

6.2.2 Lingkungan Industri ... 78

6.2.2.1 Masuknya Pesaing Baru ... 78

6.2.2.2 Kekuatan Tawar Menawar Pemasok ... 78

6.2.2.3 Ancaman Produk Substitusi... 79

6.2.2.4 Kekuatan Tawar Menawar Pembeli ... 80

6.2.2.5 Persaingan Di Antara Anggota Industri... 80

6.3 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan, Peluang dan Ancaman ... 81

6.3.1 Identifikasi Faktor Internal Perusahaan ... 81


(13)

VII. PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI

PENGEMBANGAN USAHA... 83

7.1 Identifikasi Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ... 83

7.2 Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 83

7.3 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 86

7.4 Matriks Internal-External (IE) ... 88

7.5 Matriks Strenghts, Weakness, Oportunities and Threats (SWOT). 89 7.6 Tahap Pemilihan Strategi Pengembangan Usaha ... 94

7.6.1 Analisis Pengolahan Horisontal... 95

7.6.1.1 Pengolahan Horisontal Elemen Kriteria Strategi ... 95

7.6.1.2 Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif Strategi . 97

7.6.1.3 Pengolahan Vertikal Alternatif Strategi ... 99

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

8.1 Kesimpulan ... 101

8.2 Saran ... 102

IX. DAFTAR PUSTAKA ... 104


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif ... 26

2. Model Lima Kekuatan Persaingan Porter ... 32

3. Kerangka Pemikiran... 42

4. Matriks IE ... 50

5. Model Struktur Hirarkhi... 52

6. Hasil Analisis Matriks IE ... 88


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Produksi dan Konsumsi Madu Indonesia... 2

2. Hasil Uji Laboratorium Madu PT Madu Pramuka ... 5

3. Kandungan Zat Makanan Dalam Madu per 100 gram... 14

4. Matriks EFE ... 47

5. Matriks IFE ... 47

6. Penilai Bobot Faktor Eksternal Perusahaan ... 48

7. Penilai Bobot Faktor Internal Perusahaan... 48

8. Matriks SWOT ... 51

9. Nilai Skala Banding Berpasangan... 53

10. Matriks Pendapat Individu ... 54

11. Matriks Pendapat Gabungan ... 54

12. Volume Penjualan Produk PT Madu Pramuka ... 63

13. Lokasi Musim Bunga dan Pengangonan Lebah PT Madu Pramuka ... 67

14. Rumusan Lingkungan Internal Perusahaan... 81

15. Rumusan Lingkungan Eksternal Perusahaan ... 82

16. Hasil Analisis Matriks EFE... 85

17. Hasil Analisis Matriks IFE... 87

18. Hasil Analisis Matriks SWOT PT Madu Pramuka ... 90

19. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Kriteria Strategi... 96

20. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif Strategi ... 97


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Struktur Organisasi PT Madu Pramuka ... 107 2. Alur Produksi PT Madu Pramuka ... 108 3. Hasil Metode Proses Hirarkhi Analitik (PHA) ... 109


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produk perlebahan, terutama madu telah lama dikenal oleh masyarakat sebagai makanan yang berkhasiat mengembalikan stamina, menjaga kesehatan dan mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti rematik, darah tinggi dan darah rendah, sakit pinggang, serta luka bakar (Sayyid, 2006). Bahkan, ribuan tahun yang lalu, Al Quran telah menjelaskan tentang manfaat produk perlebahan dalam Surat An Nahl ayat 69, bahwa ”Dari perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat makanan (obat) yang menyembuhkan bagi manusia”.

Indonesia adalah negara yang memiliki areal daratan seluas 193 juta hektar, dengan luas lahan tanaman berbunga dan pertanian mencapai 143 juta hektar. Hal ini membuat Indonesia sangat cocok untuk dijadikan usaha peternakan lebah yang dapat diusahakan sepanjang tahun. Ketika musim tanaman berbunga tiba, maka produksi madu akan sangat berlimpah, ditambah dengan produksi lebah madu dari hutan (Bank Indonesia, 2005).

Usaha perlebahan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia dan kelestarian alam. Manfaat bagi manusia, yaitu menghasilkan madu, pollen, royal jelly, lilin lebah, propolis, dan bee venom. Sedangkan, manfaat bagi kelestarian alam, yaitu dapat meningkatka n hasil produksi pertanian dan menjaga kelestarian hutan, melalui penyerbukan yang dibantu oleh lebah.

Total produksi madu Indonesia pada tahun 2004 mencapai 3841.5 ton dan belum mampu memenuhi konsumsi yang mencapai 3902.4 ton. Jumlah madu


(18)

impor sebesar 1071.8 ton dan ekspor sebesar 1270.5 ton. Sedangkan, pada tahun 2005 terjadi penurunan produksi madu mencapai 1567.9 ton dengan tingkat konsumsi sebesar 2372.6 ton. Penurunan produksi ini disebakan mulai maraknya konversi lahan tanaman pakan lebah oleh masyarakat dan pengusaha, sedangkan menurunnya jumlah konsumsi ini disebabkan berkurangnya penawaran (pasokan) yang dilakukan oleh produsen, akibat adanya penurunan produksi (Tabel 1). Tingginya tingkat konsumsi madu yang tidak dapat terpenuhi, menyebabkan madu impor masuk ke Indonesia dan menjadi salah satu pilihan konsumen. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Madu Indonesia

Tahun Produksi Madu (Ton) Konsumsi (Ton) Populasi (juta jiwa) Konsumsi per kapita Ekspor (Ton/Tahun) Impor (Ton/Tahun)

2000 1862.5 2265.8 206.3 11.0 32.2 502.7

2001 4202.5 5294.3 209.0 25.3 47.0 1139.4

2002 1944.9 2701.3 211.6 12.8 13.3 1039.3

2003 1948.7 2572.8 214.4 12 208.4 1166.9

2004 3841.5 3902.4 217.8 18 1270.5 1071.8

2005 1567.9 2372.6 220.3 18.2 837.3 1120.7

Sumber : BPS dan Statistik Departemen Kehutanan, 2006 (Diolah)

Meski konsumsi madu masyarakat Indonesia termasuk tinggi, namun jika dibandingkan dengan konsumsi negara lain, seperti Jerman, Jepang, Perancis, dan Inggris yang mencapai rata-rata sebesar 1000-1600 gr/kapita/tahun, Indonesia masih dikategorikan termasuk negara dengan konsumsi madu yang rendah. (Bank Indonesia, 2005). Beberapa faktor penyebab rendahnya konsumsi madu di Indonesia, yaitu adanya persepsi keliru di masyarakat yang menganggap madu sebagai obat, sehingga hanya mengkonsumsi madu pada saat sakit. Faktor lainnya, yaitu trauma di masyarakat yang disebabkan oleh banyak beredarnya madu palsu atau madu berkualitas rendah.

Pada umumnya, cita rasa, aroma, dan warna madu palsu sulit dibedakan dengan madu asli. Namun, masyarakat dapat melihatnya dari beberapa indikator,


(19)

seperti kadar air. Kadar air madu yang terlalu tinggi (encer) dapat membuat madu mudah terfermentasi oleh khamir, sehingga dapat menimbulkan zat asam asetat (alkohol) dan karbondiokasida. Kadar HMF merupakan salah satu indikator kerusakan madu oleh pemanasan yang berlebihan maupun karena pemalsuan dengan gula invert. Kedua perlakukan tersebut akan meningkatkan kadar HMF, yang mengakibatkan warna madu akan semakin gelap (Gojmerac dalam Mauidah, 2006). Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 81 Ayat 4 Huruf a, maka pelaku pemalsuan produk perlebahan akan dikenakan sanksi maksimal hukuman 15 tahun penjara.

Saat ini, selain dikemas dalam botol plastik ukuran ekonomis, madu juga dikemas dalam bentuk sekali konsumsi (plastik kecil/sachet). Hal ini bertujuan untuk menjangkau konsumen dengan pendapatan relatif kecil dan praktis saat akan dikonsumsi. Madu tidak hanya dijual dalam bentuk cair, tetapi juga dalam bentuk bubuk (honey powder). Beberapa perusahaan farmasi maupun food and beverages membutuhkan produk perlebahan sebagai input/bahan baku dalam kegiatan produksi dan melengkapi produk yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Ke depan, para pelaku usaha merasa optimis bahwa industri ini akan berkembang. Hal ini disebabkan oleh besarnya potensi wilayah Indonesia yang belum termanfaatkan secara optimal untuk perlebahan, keyakinan akan meningkatnya konsumsi produk madu oleh perseorangan maupun perusahaan, semakin dikenalnya khasiat produk lebah madu dan pola hidup masyarakat yang

back to nature. Salah satu pelaku bisnis yang optimis akan perkembangan industri perlebahan adalah PT Madu Pramuka.


(20)

1.2 Perumusan Masalah

Dalam rangka mengembangkan usaha, pada tanggal 23 Februari 2005 Pusat Perlebahan Apiari Pramuka yang berdiri tanggal 28 Mei 1970, mengalami perubahan status badan hukum usaha menjadi Perseroan Terbatas (PT) Madu Pramuka. Perubahan status badan hukum usaha ini bertujuan, agar kegiatan usaha PT Madu Pramuka dapat terus berkembang dan maju, serta tetap mampu bersaing dengan perusahaan lainnya di dalam industri. Meski dikenal sebagai salah satu pionir peternakan lebah madu modern di Indonesia, namun kegiatan produksi terutama bagian pasca panen dan pengemasan PT Madu Pramuka masih bersifat sederhana. Hal ini menyebabkan produktifitas PT Madu Pramuka kurang optimal. PT Madu Pramuka pun sempat mengalami kekurangan pasokan bahan baku, namun dapat teratasi melalui kerja sama (kemitraan) dengan para peternak lebah binaan. Para peternak binaan diberikan modal, berupa koloni lebah dan beberapa jumlah stup serta pelatihan mengenai keterampilan beternak lebah modern. Hasil para peternak lebah tersebut, kemudian akan ditampung oleh pihak perusahaan. Selain itu, PT Madu Pramuka juga mengangon lebah ke beberapa daerah yang sedang mengalami musim bunga tertentu untuk mendapatkan pakan lebah madu yang diinginkan oleh perusahaan.

Pada umumnya, madu hasil produksi perusahaan indonesia memiliki kadar air yang tinggi, berkisar antara 20-24%, berbeda dengan kualitas madu impor yang memiliki kadar air 17-20%1. PT Madu Pramuka, terakhir kali melakukan uji kualitas madu pada tahun 1996 di Laboratorium Kimia IPB, Bogor. Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional, madu PT Madu Pramuka masih memiliki kadar air yang tinggi di ambang batas kadar air yang telah ditentukan (Tabel 2).

1


(21)

Tabel 2. Hasil Uji Laboratorium Madu PT Madu Pramuka Komposisi Madu

Persyaratan SNI 2004 tentang kandungan

madu

Sampel Madu

Rambutan Kapuk Karet

Kadar Air Maks 22% 28,38 22,79 23,34

Keasaman Maks 50 ml NaOH 1N/kg 44,95 55,16 30,75

Enzim Diatase Min 3 DN 13,79 15,52 4,7

Hidroksi Metil Furtural

Maks 50 mg/kg 4,17 50,17 0,59

Kadar Abu Maks 0,5% 0,11 0,28 0,14

Gula Pereduksi Min 65% 73,4 73,24 77, 14

Sukrosa Maks 5% 4,03 2,3 2,36

Padatan Tak Larut Logam Berbahaya

Maks 0,5% 0,015 0,019 0,023

Pb Maks 1.0 mg/kg 0 0 0

Cu Maks 5.0 mg/kg 0 0 0

Sumber : PT Madu Pramuka (1997)

Meski memiliki kadar air yang relatif tinggi, namun berdasarkan hasil survey bagian pemasaran PT Madu Pramuka, menyimpulkan bahwa konsumen menyukai rasa produk PT Madu Pramuka yang asli dan natural. Produk PT Madu Pramuka tidak mengalami penambahan bahan kimia apapun, sehingga kualitas dan keaslian rasa tetap terjaga. Keaslian produk inilah yang membuat konsumen loyal akan produk PT Madu Pramuka.

Di tengah permasalahan dan tantangan yang ada, PT Madu Pramuka membutuhkan serangkaian strategi yang komprehensif agar mampu bersaing dengan perusahaan lain, sekaligus memperoleh eksistensi dalam industri. Untuk mencapai posisi yang diinginkan, PT Madu Pramuka harus mengetahui tujuan, kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman, serta pola reaksi perusahaan terhadap pesaing, sehingga dapat dirumuskan suatu strategi yang sesuai.

Dengan mengenali kondisi internal dan eksternal perusahaan, diharapkan perusahaan dapat memperbaiki ata u menyusun kembali strategi pengembangan usaha, sehingga kebijakan strategi yang akan dipilih oleh perusahaan dapat


(22)

meningkatkan posisi bersaing perusahaan dalam industri. Untuk mendukung kebijakan strategi yang akan dijalankan, perusahaan harus sedapat mungkin memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki secara optimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan di PT Madu Pramuka, dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Strategi-strategi usaha apa yang sudah dilaksanakan oleh perusahaan? 2. Faktor-faktor eksternal dan internal apa yang menjadi peluang dan

ancaman, serta kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan?

3. Alternatif strategi apa yang paling sesuai bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian :

1. Mengidentifikasi strategi usaha yang sudah dilaksanakan oleh perusahaan. 2. Menganalisis faktor eksternal dan internal yang menjadi peluang dan

ancaman, maupun kekuata n dan kelemahan bagi perusahaan.

3. Merekomendasikan alternatif strategi yang paling sesuai bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya.

Kegunaan penelitian :

1. Sebagai tambahan masukan dan pertimbangan bagi pihak manajemen PT Madu Pramuka dalam menentukan strategi pengembangan usaha.


(23)

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian ini terfokus pada tahap kondisi internal dan eksternal perusahaan. Penelitian dilaksanakan sampai pada tahap rekomendasi strategi pengembangan usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan, sedangkan implementasinya diserahkan kepada pihak manajemen PT Madu Pramuka.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Lebah Madu

Pada awalnya lebah madu hidup di hutan. Namun kini, manusia berhasil membudidayakan lebah madu di dalam kotak lebah (stup). Pembudidayaan ini bertujuan agar produksi lebah dapat meningkat, kontinyu dan sekaligus melestarikan jenis lebah tersebut (Pusat Pengembangan Apiari Pramuka, 2003).

Lebah madu adalah insekta sosial yang selalu hidup dalam suatu keluarga besar yang disebut koloni lebah. Setiap sarang hanya dihuni oleh satu koloni yang memiliki sifat polimer anatomis, fisiologi, dan fungsi biologis antara satu strata dengan strata lainnya. Dalam satu koloni hanya terdapat satu ratu lebah, beberapa ratus lebah jantan, beberapa puluh ribu lebah pekerja, ditambah penghuni dalam bentuk telur, larva dan pupa (Sihombing, 2005).

Taksonomi lebah madu dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kerajaan : Animalia

Filum : Arthopoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hymenopthera

Famili : Apidae

Genus : Apis

Spesies : Apis andreniformasi, Apis cerana, Apis dorsata, Apis florea, Apis koschvnikovi, Apis laboriosa, Apis mellifera Lebah seperti halnya organisme lain, sangat dipengaruhi oleh lingkungan, yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik berupa keanekaragaman tanaman


(25)

penghasil nektar dan tepung sari (pollen), serta hama dan penyakit. Faktor abiotik berupa temperatur, kelembaban udara, curah hujan dan lama penyinaran. Faktor lingkungan ini akan mempengaruhi aktivitas hidup, keadaan makanan di alam, dan perkembangan populasi (Sihombing, 2005).

Ada beberapa jenis lebah madu yang dikenal oleh manusia (Sarwono, 2001), antara lain:

a. Apis dorsata. Lebah jenis ini hidup di hutan lebat sebagai lebah madu liar dan belum pernah berhasil diternakkan dalam stup. Sarangnya berada di alam terbuka, tapi terlindungi dari sinar matahari dan hujan. Lebah jenis ini merupakan lebah madu yang paling produktif dan penghasil malam lebah yang terbanyak.

b. Apis florea. Lebah jenis ini memiliki ukuran yang paling kecil di antara spesies lebah madu lainnya. Habitat hidupnya di daerah payau dengan membuat sarang yang menggantung di cabang pohon (Sumoprastowo dan Suprapto, 1993). Hasil madu lebah ini sedikit, tapi berfungsi sebagai penyebuk bunga-bunga kecil.

c. Apis cerana. Di Indonesia Apis cerana lebih dikenal dengan sebutan lebah lalat. Lebah ini dapat diternakkan secara sederhana dengan glodok atau secara modern dalam stup. Lebah ini cukup produktif, sehingga banyak dipelihara masyarakat sekitar hutan secara tradisional dengan menggunakan glodok dari batang pohon kelapa dan randu (kapuk).

d. Apis melifera. Lebah jenis ini berasal dari daerah subtropik, yaitu benua Eropa dan Australia. Ciri khas lebah ini adalah memiliki gelang berwarna kuning di belakang abdomen. Warna tubuh bervariasi dari coklat gelap sampai kuning hitam. Lebah ini sudah sejak lama dijinakkan dan diternakkan orang.


(26)

e. Apis koschevnikovi. Lebah jenis ini merupakan spesies baru yang ditemukan oleh para ilmuwan di daerah Pulau Kalimantan dan Sumatera bagian Barat. Ciri khasnya adalah adanya warna merah di sebagian besar tubuhnya dan ukuran tubuhnya sedikit lebih besar dibandingkan jenis Apis cerana.

f. Apis laboriosa. Lebah jenis ini terdapat di pegunungan Himalaya, pada ketinggian lebih dari 1.200 m dpl. Jumlahnya yang terbatas dan letaknya yang sulit dijangkau manusia, membuat informasi mengenai lebah ini menjadi terbatas.

2.1.1 Kehidupan Lebah Madu

Lebah madu hidup berkoloni dengan jumlah populasi koloni tergantung pada kualitas lebah ratu. Kemampuan bertelur ratu tidak sama, tergantung dari

strain, requeening, queen rearing, dan breeding program. Koloni lebah akan membuat sarang di daerah perbukitan, pohon-pohon ataupun sarang yang dibuat oleh manusia. Allah SWT berfirman dalam Al Quran Surat An Nahl ayat 68 “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).”

Lebah membuat tempat penyimpanan madu dengan bentuk heksagonal (segienam). Pemilihan bentuk heksagonal oleh lebah, karena bentuk ini dapat memberikan kapasitas terbesar dengan pemakaian lilin paling sedikit. Kemiringan bentuk sarang lebah ini memiliki sudut sebesar 13 derajat yang membuat madu yang disimpan tidak akan tumpah (Mark Lorien dalam Naufal, 2005).

Matrilink dalam Naufal (2005) mengatakan bahwa “Apabila manusia merenungkan rahasia sel, tentu tidak akan mampu selain mengingat ciri dari


(27)

sarang lebah, yaitu ruangan persegi enam yang nyaris mencapai nilai sangat sempurna. Semua manusia yang paling jenius sekalipun, tidak akan mampu untuk menambahkan hal baik apapun terhadapnya.”

Di dalam sarang heksagonal ini, lebah akan membuat beberapa ruangan, yaitu ruang ratu, ruang lebah jantan, ruang lebah pekerja, ruang biasa dan gudang. Lebah juga membutuhkan jalan pintas perpindahan antar ruang yang satu dengan ruang yang lain. Setiap ruangan merupakan simbol dari bentuk persegi enam simetris (Naufal, 2005). Kasta atau tingkatan dalam koloni lebah terdiri dari :

a. Lebah Ratu

Lebah ratu berjumlah seekor dalam sarang, dan tidak ada raja. Ukurannya dua kali lebih panjang dan 2,8 kali lebih berat dari lebah pekerja. Jika ada dua ratu dalam satu sarang, maka kedua ratu akan berkelahi memperebutkan kedudukan sebagai ratu. Lebah ratu tidak mau menyengat meskipun diganggu, kecuali ada ratu lain di dalam sarang. Lebah ratu dapat menyengat berkali-kali tanpa mengalami kerusakan maupun kematian (Sumoprastowo dan Suprapto, 1993).

Lebah ratu kebal terhadap penyakit, karena makanan yang dikonsumsinya berupa royal jelly. Tugasnya bertelur terus-menerus untuk mengembangbiakan koloni lebah baru. Lebah ratu mengalami perkawinan hanya sekali selama hidupnya, yaitu pada awal kedewasaan (Sarwono, 2001).

b. Lebah Jantan

Ciri khas lebah jantan adalah matanya yang besar. Lebah jantan berukuran lebih kecil dibanding lebah ratu, tetapi lebih besar dibanding lebah pekerja. Warnanya kehitaman, suara dengungannya keras, kakinya tidak memiliki kantung untuk menyimpan tepung sari bunga, dan bibirnya tidak memiliki selang pipa


(28)

penghisap madu, ekornya tidak bersengat dan sifatnya tenang. Lebah jantan tidak bekerja, dan tugasnya hanya mengawini lebah ratu muda (Sarwono, 2001). Saat musim paceklik, sebagian lebah jantan akan dibinasakan dan dikeluarkan oleh lebah pekerja dari sarang. Lama hidup lebah jantan sekitar tiga bulan.

c. Lebah Pekerja

Ukuran tubuh lebah pekerja lebih kecil daripada lebah ratu dan lebah jantan. Bentuk tubuhnya ramping, warnanya hitam kecoklatan dan ekornya memiliki sengat yang tajam. Lebah pekerja menggunakan sengatnya untuk menyerang apapun yang mencoba mengganggu atau berusaha memasuki sarangnya, namun mereka tidak pernah menyerang lebah ratu (Sarwono, 2001). Sengat lebah pekerja hanya dapat digunakan sekali dalam hidupnya, karena sesudah menyengat lebah akan mati (Sumoprastowo dan Suprapto, 1993).

Lebah pekerja mengerjakan tugas-tugas, mulai dari mencari nektar, menjaga kebersihan dan memperbaiki sarang, membunuh pengganggu dan mengawetkannya dengan propolis, memeriksa sel yang akan digunakan ratu dalam meletakkan telurnya, membersihkan sel penyimpan makanan dan mengatur temperatur untuk tetap pada kisaran 350C, menjaga kelembaban sarang dan merawat larva yang baru menetas serta memberinya makan hingga dewasa

2.2 Pakan Lebah Madu

Sumoprastowo dan Suprapto (1993), menyatakan bahwa lebah memiliki kesukaan terhadap tepung sari tanaman tertentu, yang disebabkan karena kandungan gulanya. Nektar adalah zat manis yang berasal dari tanaman, mengandung 15-50% larutan gula, yang merupakan bahan baku pembuatan madu.


(29)

Nektar merupakan sumber energi bagi lebah dalam mempertahankan suhu tubuh koloni lebah. Nektar yang hanya mengandung kurang dari 4% gula tidak menarik bagi lebah. Banyaknya nektar yang disimpan sebagai madu oleh satu koloni lebah madu tergantung dari beberapa faktor, antara lain :

a. Ukuran dan komposisi populasi lebah dalam koloni, terutama kehadiran dan kualitas ratu.

b. Sifat menimbun lebah pekerja yang berhubungan dengan faktor genetis. c. Keadaan cuaca, seperti temperatur, kelembaban, kecepatan angin, dan

fotoperiode.

d. Kapasitas ruangan penyimpan yang tersedia pada sisiran sarang.

Curah hujan dan kelembaban udara mempengaruhi hasil nektar. Pada waktu musim hujan, hasil nektar cenderung baik, karena tanaman pakan lebah berbunga lebat. Bunga mengeluarkan nektar hanya pada cuaca yang sejuk, sehingga lebah mencari madu pada saat pagi maupun sore hari. Aktifitas pada siang hari yang panas tidak dilakukan, karena bunga hanya sedikit mengeluarkan nektar. Selain itu, lebah sibuk untuk mencari air guna menyejukkan sarangnya.

2.3 Manfaat Produk Peternakan Lebah 2.3.1 Madu

Menurut Badan Standardisasi Nasional (2004), madu adalah cairan alami yang mempunyai rasa manis yang dihasilkan lebah madu dari sari bunga tanaman dan bagian lain dari tanaman maupun ekskresi serangga. Pusat Perlebahan Apiari Pramuka (2003), mendefinisikan madu sebagai cairan kental yang dihasilkan oleh lebah dari berbagai nektar yang masih mengandung enzim diastase aktif. Jumlah


(30)

dan kualitas madu dipengaruhi oleh ketersediaan pakan lebah penghasil nektar dan pollen bunga, cuaca, kelembaban dan temperatur udara, serta koloni lebah.

Abdul Aziz ‘Ismail dalam Naufal (2005), mengatakan bahwa madu adalah senjata para dokter untuk mayoritas penyakit. Penggunaannya semakin bertambah seiring dengan perkembangan dunia medis. Madu dapat diberikan sebagai obat kuat dan makanan, anti racun penyakit eksternal tubuh, seperti arsenic, merkuri, dan kloroform, maupun sebagai anti racun penyakit internal tubuh, seperti keracunan oleh limpa, saluran pencernaan, saluran kencing, demam, campak, radang paru-paru, dan radang selaput (otak dan sumsum).

Secara garis besar, madu memiliki kandungan zat makanan yang penting, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Zat Makanan Dalam Ma du per 100 gram

Zat Makanan Jumlah

Energi 294 kalori

Karbohidrat 9.5 gr

Air 24 gr

Fosfor 16 mg

Kalsium 5 mg

Vitamin C 4 mg

Sumber : Sarwono (2001)

Untuk membuat 100 gram madu, lebah harus mendatangi sekitar satu juta tangkai bunga. Nektar diangkut dalam kantung tepung di kakinya. Di dalam sarang, nektar diolah menjadi madu, lilin, dan royal jelly. Pada umumnya, satu sarang akan menghasilkan sekitar 150 kilogram madu setiap musim.

Madu yang akan dikemas, sebaiknya dipanaskan terlebih dahulu dengan suhu sekitar 400C. Karena pada suhu ini, madu akan lebih cepat disaring maupun diendapkan. Gula madu dapat dilelehkan dengan memanaskannya selama kurang dari tiga jam pada suhu 500C (Sihombing, 2005).


(31)

2.3.2 Royal Jelly

Royal jelly adalah cairan putih seperti susu, berbau tajam, memiliki rasa agak pahit dan sedikit masam. Royal jelly dihasilkan oleh kelenjar hifofaring dengan bantuan kelenjar ludah yang terletak di bagian kepala lebah pekerja pada umur 4-7 hari dengan bahan baku tepung sari tanaman (Sarwono, 2001).

Menurut Sihombing (2005), kandungan royal jelly terdiri dari 66% air, 12,34% protein, 5,46% lipida, 12,5% senyawa tereduksi, dan 0,8% senyawa yang belum diidentifikasi. Selain itu, royal jelly ini juga mengandung vitamin-vitamin sterol, sejumlah asam lemak dan asam 10-hidroksidekonol.

Berdasarkan hasil penelitian Stein pada tahun 1986 (Pusat Apiari Pramuka, 2003), menyimpulkan bahwa royal jelly dapat digunakan sebagai pengobatan penyakit, seperti jerawat, alergi, jantung, kegelisahan, atristik, asma, kebotakan, bronchitis, kejang-kejang, exim, kelelahan, hipertensi dan hipotensi, impoten, insomnia, mentruasi, meningkatkan fertilitas, rasa mual dan hernia.

2.3.3 Pollen (tepung sari bunga)

Sihombing (2005), menjelaskan bahwa pollen adalah alat reproduksi jantan tumbuhan yang berprotein tinggi dan bagi lebah merupakan bahan pembentuk dan pertumbuhan, serta pengganti sel-sel yang usang. Kandungan protein madu tergantung dari jenis tumbuhan sumber pollen. Bagi manusia, pollen

dimanfaatkan untuk campuran bahan obat-obatan/ kepentingan farmasi. Selain itu,

pollen dapat bermanfaat dalam menjaga stamina tubuh dan meningkatkan daya tahan tubuh, terhadap bibit penyakit maupun tekanan fisik dan psikis.


(32)

2.3.4 Propolis

Propolis merupakan cairan lengket dari pepohonan dan kuncup bunga berbagai tanaman. Bahan ini bukan sebagai bahan pakan, tetapi merupakan bahan bangunan yang disebut lem lebah dan dipakai sebagai perekat sarang karena sifatnya yang lentur, lekat dan kuat. Propolis berwarna coklat atau kuning kemerah-merahan dengan baunya yang khas. Propolis dapat digunakan untuk mengobati saluran pernafasan dan paru-paru, sedangkan dalam dunia industri digunakan sebagai bahan plester dan lak (Sarwono, 2001).

2.3.5 Malam Lebah

Malam lebah yang dihasilkan oleh lebah pekerja tidak dikumpulkan dari bunga, tetapi dibuat dalam kelenjar yang terletak di bagian bawah perut lebah. Satu koloni lebah mengkonsumsi kurang lebih sebanyak 10 kg madu untuk menghasilkan 1 kg malam lebah. (PPAP, 2003). Warna malam lebah bervariasi, mulai dari putih, kuning, dan oranye, serta memiliki aroma tumbuh-tumbuhan. Malam lebah bermanfaat sebagai bahan membatik, lilin, krim dingin, lipstik dan berbagai lotion. Pada industri farmasi, malam lebah digunakan untuk bahan pembuatan plester atau kain pembalut, obat-obatan luar, campuran semir, dan zat pengkilat (Sarwono, 2001).

2.3.6 Bee Venom

Bee venom adalah salah satu manfaat terbaru produk perlebahan bagi manusia. Manusia yang disengat lebah dalam jumlah banyak akan mengalami paralisa pernafasan yang berakibat pada kematian, namun pada dalam jumlah


(33)

tertentu akan mengobati beberapa penyakit, karena racunnya mengandung bahan yang berkhasiat. Bee venom dapat mengobati reumatik, neuritis, asma, hipertonik, poliartritis, dan sakit kepala karena gangguan syaraf (Sarwono, 2001).

2.4 Manajemen Beternak Lebah Madu

Menurut Pusat Perlebahan Apiari Pramuka (2003), sebelum memulai usaha beternak lebah madu, diperlukan persiapan-persiapan agar dapat mengatasi hambatan. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan, antara lain:

a. Memilih lokasi yang sesuai :

1. Kaya tanaman pakan lebah yang mengandung nektar dan pollen dengan jarak satu sampai dua km dari sarang.

2. Terdapat sumber air bersih dan lokasi yang mudah dijangkau kendaraan. 3. Tidak ada angin kencang.

4. Ketinggian tempat antara 200-1000 m di atas permukaan laut dengan suhu 200C-300C.

b. Peralatan Utama

Stup merupakan peralatan utama dalam beternak lebah madu. Keuntungan penggunaan stup adalah setiap koloni dapat diperiksa setiap saat dengan cara mengangkat sisiran-sisiran sarang satu persatu dan pemanenan madu dapat dilakukan secara selektif tanpa merusak sisiran sarang. Stup terbuat dari bahan kayu yang tidak berbau dan memiliki ketebalan 2 cm, tahan lama, serta mudah didapat. Stup mempunyai panjang 50 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 26 cm, sedangkan framestup mempunyai panjang 45 cm, lebar 3 cm, dan tinggi 23 cm.


(34)

c. Peralatan pelengkap

Peralatan pelengkap digunakan untuk kelancaran pelaksanaan beternak lebah. Peralatan pelengkap yang diperlukan, antara lain:

- Pondasi sarang digunakan untuk mempercepat pembangunan sarang. - Penyekat ratu digunakan untuk menahan gerak atau menghalangi ratu

supaya tidak naik ke kotak super maupun kotak di atasnya.

- Kurungan ratu digunakan untuk mengamankan ratu atau memperkenalkan ratu kepada koloni yang membutuhkan ratu baru.

- Mangkokan ratu digunakan untuk menempatkan calon-calon ratu baru. - Bingkai stimulasi digunakan sebagai wadah tempat pakan tambahan. d. Perlengkapan Petugas

Perlengkapan yang digunakan petugas dalam melaksanakan pekerjaan, antara lain:

- Pengasap untuk menjinakkan lebah.

- Penutup wajah digunakan untuk melindungi wajah dari serangan lebah. - Pengungkit digunakan untuk membantu mengangkat sisiran yang melekat

kuat pada stup.

- Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari serangan lebah. - Sikat lebah digunakan untuk menghalau lebah dari sisiran sarang, pada

saat pema nenan.

2.5 Hama dan Penyakit Lebah Madu

Sumoprastowo dan Suprapto (1993), menyatakan bahwa koloni lebah tidak akan terlepas dari hama dan penyakit. Penanggulangan hama dan penyakit


(35)

dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari mekanis, kimiawi (insektisida), biologi (memutuskan siklus hidup hama), sanitasi dan eradikasi (memusnahkan inang) serta penggunaan varietas lebah yang tahan akan hama dan penyakit. 2.5.1 Hama

1. Tabuhan (vespa)

Insekta ini termasuk ke dalam keluarga lebah, tetapi menjadi hama bagi lebah madu. Tabuhan memangsa lebah madu dengan cara menyambar lebah yang berdiri di depan sarang atau sedang terbang. Pengendalian dilakukan secara mekanis dengan menangkap langsung, menggunakan jaring dan raket, serta membakar sarang tabuhan yang berada di sekitar sarang.

2. Semut

Dalam jumlah sedikit, kehadiran semut tidak banyak mengganggu. Sebaliknya, bila jumlahnya banyak, akan menjadi hama bagi lebah. Untuk mencegah serangan semut, biasanya dibuat barrier atau penghalang, dengan mengoleskan oli di sekitar kaki stup.

3. Ngengat Lilin

Ngengat lilin adalah serangga jenis kupu-kupu yang aktif pada malam hari dengan merusak sarang lebah, sehingga koloni lebah akan hijrah bila kondisinya lemah. Pengendalian secara mekanis dengan cara menangkap larva dan mematikan telur, mengecilkan pintu masuk stup, dan melakukan sanitasi. 4. Tungau (akarina)

Tungau merupakan hama lebah yang hidup sebagai parasit pada larva, pupa, atau lebah dewasa. Lebah akan cacat atau mati, karena cairan darahnya dihisap oleh tungau.


(36)

2.5.2 Penyakit

1. American foulbroud (AFB)

American foulbroud disebabkan oleh bakteri Bacillus larvae yang memiliki endospora, yang tidak akan rusak dengan perlakuan apapun kecuali dengan sinar X. Gejala serangan ini dikenali dari pembukaan sel yang tidak merata dan berlubang-lubangnya sel pada sarang. Pencegahannya dengan membakar koloni, bila diketahui terserang bakteri sebelum larva menyebar. 2. European foulbroud (EFB)

European foulbroud disebabkan oleh bakteri Melligococcus pluton. Pembusukan larva mempunyai gejala seperti AFB, tetapi tidak menimbulkan bau yang menyengat. Apabila serangannya masih ringan, segera dilakukan penggantian ratu dengan ratu baru dan koloni yang lemah dikuatkan.

3. Keracunan

Lebah yang mengalami keracunan dapat dengan mudah diketahui, karena terdapat banyak lebah yang mati di sekitar sarang atau pintu kotak. Keadaan ini sering terjadi pada waktu petani menyemprot tanaman. Upaya pencegahan dilakukan dengan koordinasi petani di sekitar lokasi peternakan, sehingga pada saat penyemprotan, pintu lebah sudah ditutup.

4. Mencret

Lebah yang mengalami mencret ditandai dengan banyaknya bercak kotoran di lantai atau dasar kotak dari sarang lebah. Cara pengendalian dilakukan dengan pemberian stimulasi larutan gula. Bila lebah masih banyak yang mencret walau stimulasi telah diberikan, maka konsentrasi dikentalkan. 5. Kesalahan genetis


(37)

Adanya kesalahan genetis ditandai dari banyaknya larva yang tidak lahir, karena terjadi perkawinaan keluarga. Untuk mengatasinya, ratu dikawinkan dengan pejantan dari koloni yang berbeda lokasi.

6. Stres dan kelelahan

Stres dan kelelahan terjadi, karena koloni lebah terlalu bekerja keras pada saat musim panen, sehingga kondisi tubuhnya menurun. Cara mengatasinya dengan mengangon atau membawa koloni lebah di lokasi pakan lebah dengan kualitas pollen yang lebih baik dan banyak.

2.6 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Sasongko (2006) dengan judul ”Analisis Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kambing dan Domba Pada MT Farm, Ciampea Bogor”, me nyimpulkan berdasarkan matriks IE, bahwa saat ini posisi perusahaan berada pada kuadran IV (grow and build), sehingga strategi yang tepat adalah strategi intensif dan integratif. Prioritas strategi yang dapat dilaksanakan berdasarkan matriks SWOT dan PHA antara lain: (1) Memperbaiki perencanaan perusahaan dengan menyusun target dan rencana penjualan berdasarkan pasokan ternak yang ada di kandang. (2) Membangun dan memperkuat jaringan usaha dengan lembaga-lembaga aqiqah maupun pedagang. (3) Mengadakan kerjasama dengan peternakan kambing dan domba dalam melakukan penelitian mengurangi persentase ternak yang sakit maupun yang mati. (4) Menggencarkan promosi melalui media yang bernuansa islam. (5) Mencari informasi mengenai latar belakang pelanggan yang akan membeli ternak secara kredit. (6) Mengembangkan


(38)

dan memanfaatkan IT berbasis internet, serta (7) Mulai memperkenalkan Salamah Aqiqah sebagai lembaga aqiqah baru.

Imran (2004) melakukan penelitian mengenai “Strategi Pengembangan Usaha Kecil Dodol Nenas Mekar Sari”. Hasil identifikasi lingkungan internal, menunjukkan bahwa usaha dodol nenas Mekar Sari masih relatif lemah dibanding pesaing, sedangkan hasil identifi kasi lingkungan eksternal menunjukan bahwa usaha dodol nenas Mekar Sari cukup kuat dan memiliki kemampuan di atas rata-rata. Matriks IE menunjukkan bahwa strategi yang dapat digunakan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan matriks SWOT dan PHA, menyimpulkan bahwa strategi yang memiliki prioritas tertinggi adalah strategi yang memaksimalkan penjualan di sepanjang jalur lalu lintas utama, obyek wisata, dan tempat strategis lainnya, serta meningkatkan volume usaha.

Penelitian yang dilakukan oleh Rosalyn (2005) yang berjudul ”Evaluasi Usaha Perlebahan di Pusat Apiari Pramuka Cibubur, Jakarta Timur” menunjukkan bahwa aspek teknis pada Apiari Pramuka sebagian besar dalam keadaan baik dan layak digunakan, walaupun peralatan pasca panen dan pengolahan masih sederhana dan belum menggunakan peralatan modern. Aspek organisasi dan manajemen Apiari Pramuka sudah terstruktur dimana pegawainya memiliki tugas yang berbeda-beda, sesuai dengan bidangnya. Aspek komersial Apiari Pramuka sudah baik dengan adanya diversifikasi produk, dibukanya outlet di beberapa daerah, mengikuti pameran dan melakukan promosi.

Penelitian Susanto (2005) berjudul “Kajian Strategi Pengembangan Agribisnis Buah Manggis di Wilayah Agropolitan Kabupaten Bogor, Jawa Barat” menghasilkan strategi pengembangan SDM dalam teknik budidaya buah manggis.


(39)

Alternatif strategi berdasarkan PHA menghasilkan strategi pengembangan lembaga penunjang agribisnis buah manggis dalam penyediaan bibit unggul dan inovasi teknologi budidaya guna menghasilkan tanaman manggis yang memiliki produktivitas tinggi dengan mutu bersaing.

Beberapa hal yang menjadi persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan pada PT Madu Pramuka, yaitu :

a. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal pada tahap masukan menggunakan matriks IFE dan EFE.

b. Pada tahap pemaduan menggunakan matriks SWOT dan matriks Internal-Eksternal.

Sedangkan, perbedaan yang terdapat pada beberapa penelitian terdahulu dengan penelitian ini, yaitu :

a. Penelitian ini menggunakan metode Proses Hirarkhi Analitik (PHA) dalam menentukan prioritas alternatif strategi.

b. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian di tempat yang sama (Apiari Pramuka/PT Madu Pramuka), yaitu penelitian ini meneliti lingkungan internal berdasarkan aspek SDM dan manajemen, produksi dan operasi, pemasaran, keuangan, serta penelitian dan pengembangan. Dan lingkungan eksternal yang berdasarkan pada aspek politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan ekologi/alam serta lima kekuatan persaingan porter.

c. Perbedaan waktu maupun tempat antara penelitian-penelitian terdahulu dengan penelitian ini.


(40)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Strategi

Pearce dan Robinson (1997) menyatakan, bahwa strategi adalah rencana yang disusun oleh manajemen perusahaan dalam mengaitkan keunggulan perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa suatu tujuan dapat dicapai melalui pelaksanaan strategi yang tepat oleh perusahaan. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep-konsep tersebut, sebagai berikut:

a. Distinctive Competence adalah kebijakan perusahaan untuk melakukan kegiatan yang lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.

b. Competitive Advantage adalah kegiatan spesifik perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaing.

Menurut David (2004), terdapat tiga strategi yang dapat membantu organisasi dalam memperoleh keunggulan kompetitif, antara lain:

a. Strategi keunggulan biaya menekankan pada pembuatan produk standar dengan biaya per unit sangat rendah. Sejumlah elemen biaya akan mempengaruhi skala ekonomis, persentase pemanfaatan kapasitas, dan hubungan dengan pemasok dan distributor.

b. Strategi diferensiasi bertujuan untuk membuat produk yang dianggap unik dan ditujukan kepada konsumen yang relatif tidak terlalu peduli terhadap perubahan harga. Melakukan diferensiasi tidak menjamin munculnya keunggulan kompetitif, terutama bila produk standar cukup


(41)

memenuhi kebutuhan atau apabila pesaing dapat dengan cepat meniru. c. Strategi fokus berarti membuat produk yang memenuhi kebutuhan sekelompok kecil konsumen, pasar geografis, atau segmen lini produk tertentu agar dapat melayani pasar sempit, namun jelas lebih baik daripada pesaing yang melayani pasar yang terlalu luas.

Tujuan suatu strategi adalah mempertahankan atau mencapai suatu posisi keunggulan dibandingkan dengan posisi pihak pesaing. Pearce dan Robinson (1997), membagi strategi menjadi tiga tingkatan, antara lain:

1. Strategi tingkat korporasi disusun berdasarkan sasaran dan strategi jangka panjang yang mencakup bidang fungsional. Manajer pada tingkat korporasi berusaha memanfaatkan kompetensi perusahaan dengan menerapkan portofolio bisnis dan mengembangkan rencana. 2. Strategi tingkat bisnis menerjemahkan rumusan arah dan keinginan di

tingkat korporasi ke dalam sasaran dan strategi yang konkrit untuk masing-masing divisi. Para manajer pada tingkat bisnis menentukan bagaimana perusahaan akan bersaing di arena pasar produk tertentu. 3. Strategi tingkat fungsional disusun berdasarkan sasaran tahunan dan

strategi jangka pendek di tingkat fungsional. Strategi fungsional ini lebih bersifat operasional, karena akan langsung diimplementasikan oleh fungsi-fungsi manajemen yang berada pada level bawah.

3.1.2 Konsep Manajemen Strategis

Manajemen strategis didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan yang memungkinkan organisasi


(42)

dalam mencapai tujuannya Manajemen strategis merupakan perpaduan manajeme n pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, informasi, penelitian dan pengembangan dalam mencapai keberhasilan (David, 2004).

Tujuan manajemen strategis adalah memanfaatkan dan menciptakan peluang-peluang baru untuk masa depan, meliputi aktivitas membuat perumusan sasaran-sasaran organisasi, strategi-strategi, dan pengembangan rencana-rencana, tindakan, dan kebijakan untuk mencapai sasaran.

3.1.3 Proses Manajemen Strategis

Menurut David (2004), proses manajemen strategis terdiri dari:

1. Perumusan strategi mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi perusahaan, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, membuat sejumlah strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk dijalankan. 2. Pelaksanaan strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan sasaran

tahunan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya, sehingga perumusan strategi dapat dilaksanakan. Termasuk pengembangan budaya yang mendukung, penciptaan struktur yang efektif, pengarahan strategi pemasaran, penyiapan anggaran, pemanfaatan sistem informasi, serta menghubungkan kompensasi karyawan dengan kinerja.

3. Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategi. Di dalam tahap ini akan mengevaluasi hasil pelaksanaan dan strategi yang telah dirumuskan dalam mencapai tujuan perusahaan. Tiga kegiatan pokok dalam evaluasi strategi adalah: (1) Mengkaji ulang faktor-faktor eksternal dan internal


(43)

berdasarkan strategi yang telah ada, (2) Mengukur kinerja, dan (3) Melakukan tindakan-tindakan korektif.

3.1.4 Model Manajemen Strategis

David (2004), menyatakan proses manajemen strategi yang paling baik dipelajari dan diterapkan adalah dengan menggunakan satu model yang menggambarkan suatu proses. Model ini tidak menjamin keberhasilan yang diraih, tetapi menggambarkan pendekatan yang jelas dan praktis dalam merumuskan, melaksanakan, dan mengevaluasi strategi. Perubahan yang terjadi pada komponen utama dalam model, dapat memaksa perubaha n komponen lainnya. Kerangka kerja yang terdapat pada Gambar 1 menampilkan hubungan antar bagian-bagian utama dalam proses manajemen strategi.

Gambar 1. Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif Sumber : David, 2004


(44)

3.1.5 Formulasi Strategi 3.1.5.1 Visi, Misi dan Tujuan

Penentuan visi dan misi perusahaan merupakan langkah awal dalam proses perencanaan, sedangkan penentuan tujuan mengikuti formulasi strategi. Ketiga komponen tersebut, mempunyai hubungan yang saling menunjang, dan memiliki peran dalam pelaksanaan perencanaan strategi (Hussey dalam Sasongko 2006).

Visi adalah suatu cita-cita tentang keadaan di masa mendatang yang diinginkan untuk terwujud oleh seluruh personel perusahaan, mulai dari jenjang paling atas sampai yang paling bawah (Umar, 2003).

Menurut Pearce dan Robinson (1997), misi merupakan tujuan (purpose) unik yang membedakannya dari perusahaan-perusahaan lain yang sejenis dan dapat mengidentifikasi cakupan operasinya. Misi mampu menguraikan produk, pasar dan bidang teknologi yang digarap perusahaan, yang mencerminkan nilai dan prioritas dari para pengambil keputusan strategi. Pernyataan misi merupakan sebuah pernyataan sikap dan pandangan yang memungkinkan dimunculkannya dan dipertimbangkannya sejumlah tujuan dan strategi alternatif.

Jauch dan Gleck (1995), menyebutkan bahwa tujuan merupakan titik sentral semua kegiatan perusahaan yang dapat digunakan sebagai alat untuk penilaian prestasi, pengendalian, koordinasi dan juga untuk kepentingan strategis. Pada umumnya, suatu perusahaan memiliki tujuan yang bermacam-macam, antara lain (1) Keuntungan, (2) Efisiensi, (3) Kepuasan dan pembinaan karyawan, (4) Kualitas produk untuk konsumen, (5) Memiliki kegiatan corporate social responsibility, (6) Pemimpin pasar, (7) Mekanisasi deviden atau harga saham bagi


(45)

para pemegang saham, (8) Survival atau kelangsungan hidup, (9) Kemampuan adaptasi, dan (10) Pelayanan masyarakat.

3.1.6 Analisis Lingkungan Bisnis Perusahaan

Lingkungan perusahaan meliputi berbagai faktor di luar perusahaan yang dapat merupakan peluang (opportunity) atau ancaman (threat) bagi perusahaan. Analisis lingkungan adalah suatu proses yang digunakan perencana strategi untuk memantau sektor lingkungan dalam menentukan peluang dan ancaman perusahaan (David, 2004).

Lingkungan bisnis dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lingkungan internal yang terdiri dari manajemen, pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, sumberdaya manusia, dan sistem informasi manajemen. Sedangkan, lingkungan eksternal terdiri dari kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya, serta teknologi (David, 2004).

3.1.6.1 Lingkungan Internal

Lingkungan internal perusahaan adalah lingkungan yang berada di dalam kendali perusahaan, yang mencakup struktur, kultur, dan sumberdaya perusahaan. Lingkungan internal memperlihatkan daftar kekuatan dan kelemahan yang berada di dalam kontrol perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997)

David (2004) membagi bidang fungsional bisnis menjadi beberapa variabel dalam analisis lingkungan internal, antara lain :

a. Manajemen

Manajemen merupakan suatu tingkatan sistem pengaturan organisasi yang mencakup sistem produksi, pemasaran, pengelolaan sumberdaya manusia, dan


(46)

keuangan. Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf, dan pengendalian.

b. Pemasaran

Pemasaran dapat diuraikan sebagai proses menetapkan, menciptakan, dan memenuhi kebutuhan dan keingina n pelanggan akan produk. Terdapat tujuh fungsi dasar pemasaran, yaitu (1) Analisis pelanggan, (2) Menjual produk, (3) Merencanakan produk dan jasa, (4) Menetapkan harga, (5) Distribusi, (6) Riset pemasaran, dan (7) Analisis peluang.

c. Keuangan

Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing perusahaan dan daya tarik bagi investor. Menetapkan kekuatan dan kelemahan keuangan amat penting untuk merumuskan strategi secara efektif. d. Produksi dan Operasi

Fungsi produksi terdiri atas aktivitas yang mengubah masukan menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi dan operasi menangani masukan, pengubahan dan keluaran yang bervariasi antar industri dan pasar.

e. Penelitian dan Pengembangan

Istilah penelitian dan pengembangan digunakan untuk menggambarkan beragam kegiatan. Dalam beberapa institusi, para ilmuwan melakukan penelitian dan pengembangan dasar di laboratorium dan berkonsentrasi pada masalah teoritis, sementara di perusahaan, para ahli melakukan pengembangan produk dengan berkonsentrasi pada peningkatan kualitas produk.

f. Sumberdaya Manusia


(47)

Strategi yang terbaik sekalipun menjadi tidak berarti apabila manusia yang dipekerjakannya tidak memiliki keterampilan memadai untuk melakukan tugas-tugas tersebut. Kualitas kesesuaian SDM ini berpengaruh terhadap kinerja, kepuasan karyawan, dan perputaran tenaga kerja.

g. Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajemen bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan cara meningkatkan kualitas keputusan manajerial. Sistem informasi manajemen yang efektif berusaha mengumpulkan, memberi kode, menyimpan, mensintesa, dan menyajikan informasi database, sehingga dapat melaksanakan kegiatan operasional dan menyusun strategi yang tepat.

3.1.6.2 Lingkungan Eksternal

Menurut David (2004), analisis terhadap lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi suatu perusahaan, sehingga perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan suatu strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan kepada evaluasi terhadap peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan. Lingkungan eksternal terdiri dari: 1. Lingkungan Jauh

Menurut Pearce dan Robinson (1997), lingkungan jauh adalah faktor-faktor yang bersumber dari luar, dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi (PEST).

Faktor politik adalah peraturan, UU dan kebijakan pemerintah pada tingkat nasional, propinsi, maupun daerah yang menentukan kegiatan operasional


(48)

perusahaan. Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting dalam mengidentifikasi peluang dan ancaman perusahaan (David, 2004).

Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem eko nomi tempat suatu perusahaan beroperasi (Pearce dan Robinson, 1997). Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor ekonomi adalah ketersediaan energi, iklim usaha, inflasi, suku bunga, investasi, harga produk, produktivitas dan tenaga kerja (Umar, 2003).

Faktor sosial sangat penting untuk disadari oleh para pengambil keputusan strategis. Berbagai faktor seperti keyakinan (kepercayaan), nilai dan sistem sosial, sikap, opini dan gaya hidup. Faktor-faktor tersebut biasanya dikembangka n dari kondisi kultural, demografis, religius, etnis, dan pendidikan. Proses pengenalan ini tidaklah mudah, karena kenyataan menunjukkan, bahwa faktor-faktor tersebut selalu berubah dengan intensitas yang tinggi.

Faktor teknologi dewasa ini berkembang demi kian pesatnya dibarengi dengan semakin majunya ilmu pengetahuan. Berbagai perangkat keras maupun lunak yang mendukung kegiatan usaha kini semakin beranekaragam. Adaptasi teknologi yang tepat guna, dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru, maupun penyempurnaan terhadap proses produksi dan produk yang sudah ada. 2. Lingkungan Industri

Menurut David (2004), lingkungan industri merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi eksistensi dan kerja suatu industri, namun secara relatif masih berada dalam wilayah kontrol perusahaan. Lingkungan industri meliputi pelanggan, pesaing, dan pemasok. Selain itu, yang harus diperhatikan adalah pihak-pihak yang berkepentingan di luar pihak yang terkait langsung dengan


(49)

aktivitas-aktivitas pelaku bisnis (stakholder).

Lima hal dalam kondisi industri (kekuatan persaingan) yang harus dinilai dan diperhitungkan, yaitu: (1) Ancaman masuknya pesaing baru, (2) Persaingan antar perusahaan dalam industri, (3) Ancaman masuknya produk substitusi, (4) Kekuatan tawar menawar pemasok, dan (5) Kekuatan tawar menawar konsumen. Model lima kekuatan persaingan Porter dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Model Lima Kekuatan Persaingan Porter Sumber : David, 2004

3.1.7 Alternatif Strategi Utama

Menurut David (2004), strategi alternatif yang dapat digunakan oleh perusahaan, dapat dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu strategi integrasi, intensif, diversifikasi, dan defensif.

3.1.7.1 Strategi Integrasi

Strategi integrasi ke depan (forward integration) adalah upaya memiliki atau meningkatkan kendali atas distributor atau pengecer. Integrasi ke depan


(50)

berkenaan dengan tindakan mengubah sifat distribusi hasil dari perusahaan menuju pemakai terakhir.

Integrasi ke belakang (backward integration) adalah strategi untuk mencoba memiliki atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pemasok. Integrasi ini berhubungan dengan strategi yang mempengaruhi pasokan perusahaan. Strategi ini dapat diterapkan ketika pemasok saat ini tidak dapat diandalkan, terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuha n perusahaan.

Integrasi horisontal adalah strategi yang mencoba memiliki atau meningkatkan kendali perusahaan pesaing. Bentuk integrasi ini berupa merger, akuisisi, dan pengambilalihan pesaing, yang bertujuan untuk mendongkrak skala ekonomis dan meningkatkan alih sumberdaya secara kompetensi.

3.1.7.2 Strategi Intensif

Strategi penetrasi pasar (market penetration) berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk yang telah ada di pasar, melalui usaha pemasaran yang gencar. Strategi penetrasi pasar terdiri dari upaya menambah jumlah pramuniaga, menambah belanja iklan, melakukan promosi penjualan intensif, maupun meningkatkan upaya publisitas.

Pengembangan pasar (market development) merupakan upaya memperkenalkan produk yang telah ada ke wilayah geografis baru, dengan cara memperluas penjualan produknya dengan mencari jenis pelanggan tambahan atau bergerak ke dalam wilayah geografis tambahan (Jauch dan Glueck, 1995). Strategi ini dilakukan, ketika perusahaan memiliki jaringan dan pasar yang belum jenuh.


(51)

berupaya meningkatkan penjualan dengan memperbaiki ata u memodifikasi produk yang sudah ada, yang terkait dengan proses rekayasa produk.

3.1.7.3 Strategi Diversifikasi

Strategi diversifikasi konsentris adalah kegiatan menambah produk baru, namun masih berkaitan. Pada umumnya, strategi ini diterapkan ketika perusahaan berada pada industri yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya lambat.

Strategi diversifikasi horisontal adalah kegiatan dengan menambah produk baru, tetapi tidak saling berkaitan untuk ditawarkan kepada para pelanggan yang sudah ada.

Strategi diversifikasi konglomerat adalah kegiatan menambah produk baru yang tidak terkait. Strategi ini dapat diterapkan, ketika perusahaan sedang mengalami penjualan dan laba tahunan yang merosot (pasar yang jenuh), namum mempunyai modal dan SDM yang diperlukan untuk bersaing dalam industri baru yang dianggap berprospek.

3.1.7.4 Strategi Defensif

Strategi defensif atau pasif adalah strategi yang memiliki ciri utama dimana perencana strategi bereaksi terhadap tekanan lingkungan akibat keadaan yang memaksa. Strategi-strategi yang dapat dimasukkan ke dalam kategori defensif antara lain rasionalisasi biaya, divestasi, dan likuidasi.

Strategi penciutan dilakuka n melalui penghematan biaya dan aset perusahaan untuk mendongkrak penjualan dan laba yang menurun. Strategi ini dilakukan, ketika perusahaan sering me ngalami kegagalan, padahal sumberdaya


(52)

yang dimiliki cukup tersedia, kurang efisien, atau diperlukan reorga nisasi internal. Strategi patungan terjadi, apabila dua atau lebih perusahaan yang terpisah ingin melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini dilakukan, ketika perusahaan tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain yang lebih besar, atau bermaksud mendapatkan kemudahan-kemudahan lain.

Strategi divestasi adalah kegiatan menjual suatu divisi atau bagian dari perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan modal, yang selanjutnya akan digunakan dalam akuisisi atau investasi strategi lebih lanjut.

Strategi likuidasi adalah kegiatan menjual semua aset perusahaan secara bertahap sesuai nilai nyata aset tersebut. Likuidasi merupakan pilihan terakhir untuk mengantisipasi kerugian yang akan menimpa perusahaan, sehingga secara emosional merupakan strategi yang sulit dilakukan. Hal ini tetap dilakukan, apabila perusahaan sudah tidak dapat dipertahankan keberadaannya.

3.1.8 Matriks IFE dan EFE

Perumusan strategi yang dilakukan oleh perusahaan dapat menggunakan matriks faktor-faktor internal (IFE) dan eksternal (EFE) perusahaan. Matriks IFE merupakan alat perumusan strategi dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahan fungsional perusahaan. Matriks ini menjadi landasan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan di antara bidang-bidang tersebut. Matriks EFE merupakan alat yang memungkinkan perencana strategi dalam mengevaluasi informasi ekonomi, sosial budaya, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Matriks ini membantu dalam mengorganisir faktor-faktor strategis eksternal ke dalam kategori-kategori yang diterima secara umum (David, 2004).


(53)

3.1.9 Matriks Internal-External (IE)

Matriks Internal-Ekternal merupakan matriks yang meringkas hasil evaluasi faktor eksternal dan internal yang menempatkan perusahaan pada salah satu kondisi di dalam sembilan sel, dimana tiap-tiap sel merupakan kondisi atau langkah yang harus ditempuh perusahaan. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu-x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu-y. Tujuan penggunaan matriks ini adalah memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail (David, 2004).

3.1.10 Matriks Strengths, Weakness, Opportunities and Threats (SWOT) Analisis matriks SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi dalam memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan juga meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada (David, 2004).

Menurut David (2004), matriks SWOT dapat dilaksanakan dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu :

1. Identifikasi peluang, yakni situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, dan ancaman yaitu situasi penting yang tidak menguntungkan dalam perusahaan.

2. Identifikasi terhadap kekuatan internal yaitu kelebihan atau keunggulan relatif perusahaan terhadap pesaing, serta kelemahan internal yaitu keterbatasan atau kekurangan yang dimiliki oleh perusahaan.


(54)

3.1.11 Metode Proses Hirark hi Analitik (PHA)

Metode Proses Hirarkhi Analitik (PHA) dikembangkan pertama kali oleh Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1990-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai. Dengan menggunakan PHA, suatu persoalan akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga dapat diekspresikan dalam mengambil keputusan yang efektif.

Prinsip kerja PHA adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks ya ng tidak terstruktur, strategik dan dinamis menjadi tiap bagian, serta tertata dalam suatu hirarkhi. Kemudian, tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan, kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.

PHA dapat digunakan untuk merangsang timbul nya gagasan dalam melaksanakan tindakan kreatif dan mengevaluasi keefektifan tindakan tersebut. Kemudian dapat membantu para pemimpin dalam menetapkan informasi apa yang patut dikumpulkan, guna mengevaluasi pengaruh faktor-faktor yang relevan dalam situasi yang kompleks (Saaty, 1993). Secara umum hirarkhidapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Hirarkhi struktural, yaitu masalah yang kompleks diuraikan menjadi

bagian-bagiannya atau elemen-elemennya menurut ciri atau besaran tertentu. Hirarkhi

ini erat kaitannya dengan menganalisa masalah yang kompleks melalui pembagian


(55)

b. Hirarkhi fungsional, menguraikan masalah yang kompleks menjadi bagian-bagiannya sesuai hubungan esensialnya. Hirarkhi ini membantu mengatasi masalah

yang kompleks untuk mencapai tujuan yang diinginkannyaseperti penentuan prioritas

tindakan dan alokasi sumber daya.

Saaty (1993), menyebutkan keuntungan yang dapat diperoleh apabila mengambil keputusan dengan menggunakan PHA, antara lain:

a. Kesatuan: PHA memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk beragam persoalan yang tidak terstruktur.

b. Kompleksitas: PHA memadukan rancangan deduktif, berdasarkan pada sistem dalam memecahkan persoalan yang kompleks.

c. Saling ketergantungan: PHA dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linear.

d. Penyusunan hirarkhi: PHA mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

e. Pengukuran: PHA memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal yang terwujud dalam suatu metode untuk menetapkan prioritas.

f. Konsistensi: PHA melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

g. Sintesis: PHA menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kelebihan setiap alternatif.

h. Tawar-menawar: PHA mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.


(56)

i. Penilaian dan konsensus: PHA tidak memaksakan konsensus, tetapi mensistesiskan hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda. j. Pengulangan proses: PHA memungkinkan organisasi memperhalus definisi

mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.

Menurut Saaty (1993), ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan, yaitu prinsip penyusunan hirarkhi, penetapan prioritas, dan konsistensi.

1. Prinsip Penyusunan Hirarkhi

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraika n menjadi unsur kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarkhi.

2. Prinsip Penetapan Prioritas

Setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) yang kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari suatu alternatif.

3. Prinsip Konsistensi

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperhitungkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Proses perumusan alternatif strategi pengembangan usaha di PT. Madu Pramuka dilakukan melalui serangkaian analisis yang diawali dengan analisis deskriptif dalam mengidentifikasi visi, misi dan tujuan perusahaan. Identifikasi ini diperlukan untuk mengetahui sasaran yang ingin dicapai perusahaan sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan.


(57)

Dari hasil identifikasi tersebut, kemudian akan dimasukkan ke dalam kerangka kerja perumusan strategi yang terdiri dari tiga tahap, antara lain:

1. Tahap Masukan (Input Stage) yaitu tahap meringkas informasi atau input dasar yang diperlukan dalam merumuskan strategi. Pada ta hap ini dihasilkan matriks EFE dan matriks IFE. Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi beragam faktor eksternal-internal yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Tahap Pencocokan (Matching Stage) yaitu tahap memfokuskan dan menghasilkan alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Pada tahap ini dihasilkan matriks IE yang merupakan hasil analisis lingkungan internal-eksternal yang memberikan gambaran mengenai posisi perusahaan, serta strategi yang harus dilaksanakan dalam mempertahankan posisinya. Kemudian, matriks SWOT memberikan serangkaian kombinasi strategi yang dapat dilakukan perusahaan berdasarkan identifikasi terhadap peluang-ancaman dan kelemahan-kekuatan.

3. Tahap Pemilihan Strategi (Decision Stage) yaitu tahap pemilihan strategi berdasarkan sejumlah alternatif strategi yang telah ditetapkan. Metode yang digunakan pada tahap ini adalah metode PHA untuk mengetahui prioritas strategi yang paling sesuai dengan kondisi perusahaan.


(58)

IV. METODE PENELITIAN

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Lingkungan Eksternal :

- Politik dan Kebijakan Pemerintah

- Ekonomi - Sosial - Teknologi

- Ekologi dan Alam - Pemasok

- Pesaing - Konsumen Permasalahan:

- Perubahan bentuk badan hukum - Volume produksi kurang maksimal. - Promosi produk masih kurang

Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan

Pengembangan Usaha PT Madu Pramuka

Matriks IFE Matriks EFE

Matriks IE dan Matriks SWOT

Analisis Metode PHA

Strategi Pengembangan Usaha Analisis Lingkungan

Internal :

- SDM dan Manajemen - Pemasaran

- Produksi dan Operasi - Keuangan dan

Accounting

- Penelitian dan Pengembangan


(59)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Madu Pramuka yang berlokasi di Bumi Perkemahan Cibubur Wiladatika, Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan perusahaan ini sebagai salah satu pionir peternakan lebah madu modern di Indonesia. Pengumpulan data dimulai pada pertengahan bulan Maret hingga akhir bulan Mei 2007.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari hasil pengamatan langsung (observasi) dan melalui wawancara dengan pihak manajemen dan karyawan di perusahaan tersebut. Data primer yang akan diambil, antara lain :

4.2.1. Lingkungan Internal Perusahaan a. Manajemen Secara Umum

- Sejarah, perkembangan dan keadaan umum perusahaan. - Visi, misi dan tujuan perusahaan

- Nama pendiri dan pemilik perusahaan - Alamat perusahaan

- Struktur perusahaan b. Sumber Daya Manusia

- Job description

- Komposisi tenaga kerja berdasarkan spesifikasi pekerjaan - Tingkat keluar masuk dan kemangkiran karyawan

- Tingkat keterampilan karyawan - Jumlah karyawan


(60)

c. Pemasaran

- Produk atau jasa perusahaan

- Saluran distribusi dan jumlah distributor - Daerah pemasaran

- Strategi penetapan harga dan fleksibilitas penetapan harga - Kemampuan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan pasar - Pengembangan produk atau jasa maupun pasar baru

- Variasi kemasan dan perkembangan ukuran kemasan - Layanan purna jual

- Omset penjualan per periode - Riset Pemasaran

d. Produksi dan Operasi - Fasilitas produksi - Proses produksi

- Volume/kapasitas dan nilai produksi - Bahan baku

- Inovasi produksi - Pengawasan produk - Mutu produk e. Keuangan

- Kondisi ekonomi perusahaan

- Sumber dana dan permodalan perusahaan - Biaya-biaya

- Laba penjualan

- Rasio keuangan secara keseluruhan f. Penelitian dan pengembangan (litbang)

- Intensitas pelaksanaan litbang - Inovasi teknologi

- Pengembangan produk

4.2.2 Lingkungan Eksternal Perusahaan a. Ekonomi


(61)

- Keadaan perekonomian secara umum - Tingkat inflasi di Indonesia

- Perkembangan tingkat harga produk dan harga bahan baku - Tingkat pendapatan masyarakat

- Nilai tukar rupiah terhadap dollar b. Sosial

- Kegiatan atau program sosial - Tanggung jawab sosial perusahaan - Manajemen limbah

c. Teknologi

- Perkembangan teknologi produksi - Perkembangan teknologi informasi

- Jumlah tenaga kerja dan biaya dalam aplikasi teknologi d. Politik dan kebijakan pemerintah

- Stabilitas politik dan keamanan

- Undang-undang serta peraturan dalam perdagangan - Kebijakan pemerintah

e. Konsumen

- Loyalitas konsume n terhadap merk - Harga yang diterima konsumen

- Kualitas produk yang dibeli konsumen - Jumlah pelanggan tetap

f. Pesaing

- Adanya produk substitusi - Jumlah pesaing

- Kekuatan dan kelemahan pesaing - Sasaran dan strategi pesaing

- Posisi produk perusahaan terhadap pesaing g. Pemasok

- Jumlah pemasok - Lokasi pemasok


(62)

- Kemampuan pemasok memenuhi bahan baku - Keberadaan pemasok lain

- Kekuatan tawar menawar perusahaan

Data sekunder diperloeh melalui studi pustaka, skripsi, tesis, internet, dan laporan perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Observasi, penyebaran quesioner, wawancara, serta pengumpulan dokumen, dilakukan sendiri oleh peneliti.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik pengamatan langsung (observasi) dan wawancara. Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur, yang bertujuan untuk memperoleh jawaban secara spontan, jujur, serta merepresentasikan keadaan yang sebenarnya.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan pendekatan konsep manajemen strategi. Data dan informasi yang terkumpul diolah dan dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif, untuk memperoleh alternatif strategi bagi perusahaan. Alat analisis yang digunakan, antara lain:

4.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka dengan tujuan untuk mendefinisikan visi, misi, dan tujuan perusahaan, strategi yang telah dijalankan, serta data-data yang berkaitan dengan kegiatan pemasaran, pencapaian target penjualan, keuangan, personalia


(1)

Imran. 2004. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Dodol Nenas Mekar Sari. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Insitut Pertanian Bogor. Bogor

Kasali, Rhenald. 2006. CHANGE. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Naufal, Abdul Razzaq. 2005. Allah Ciptakan Rumah Terindah di Bumi. Republika. Jakarta

Pearce, Jhon A & Richard B. Robinson. 1997. Manajemen Strategi : Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Jilid 1. PT Bina Rupa Aksara. Jakarta Pusat Pengembangan Apiari Pramuka. 2003. Pengobatan Alternatif Sengat Lebah

(Kultifar Apipuncture). PPAP. Jakarta

Pusat Pengembangan Apiari Pramuka. 2003. Lebah Madu. Cara Beternak dan Pemanfaatan. Penebar Swadaya. Jakarta

Rosalyn, Hilda Ema. 2005. Evaluasi Usaha Perlebahan Di Pusat Apiari Pramuka Cibubur, Jakarta Timur. Skripsi. Depatemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saaty, Thomas. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin PHA untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta

Sarwono, B. 2001. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu. PT Agro Media Pustaka. Jakarta

Sasongko, Tri Aji. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kambing dan Domba Pada MT Farm, Ciampea Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Insitut Pertanian Bogor. Bogor.


(2)

Sayyid, Abdul Basith Muhammad. 2006. Rahasia Kesehatan Nabi. Cetakan ketiga. Edisi Terjemahan Indonesia. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo

Sihombing, D.T.H. 2005. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Suara Merdeka. 2006. Madu Alas Roban Yang Berkhasiat. http www.suaramerdeka.com [Diakses tanggal 6 Maret 2007].

Sumoprastowo, R.M. dan R.A. Suprapto. 1993. Beternak Lebah Madu Modern. PT Bharata Karya Aksara. Jakarta

Supriyono, R.A. 1998. Manajemen Strategis dan Kebijakan Bisnis, Edisi Kedua. BPFE. Jakarta.

Susanto, Hadi. 2005. Kajian Strategi Pengembangan Agribisnis Buah Manggis di Wilayah Agropolitan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Insitut Pertanian Bogor. Bogor

Tabloid Agro Indonesia. 2005. Investasi murah beternak lebah. http www.agroindonesia.com [Diakses tanggal 6 Maret 2007].

Umar, Husein, 2003. Strategic Management in Action. Cetakan ketiga. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta


(3)

X. LAMPIRAN


(4)

(5)

(6)