mikro, yaitu kekuatan demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik dan budaya. Perusahaan dan semua pelaku lain beroperasi dalam
kekuatan lingkungan makro yang lebih besar yang membentuk peluang sekaligus menempatkan ancaman bagi perusahaan.
A. Lingkungan Demografis
Demografis adalah studi kependudukan manusia menyangkut ukuran, kepadatan, lokasi, usia, jenis kelamin, ras, lapangan kerja
dan data statistik lain. Lingkungan demografis menjadi minat utama pemasar karena lingkungan demografis menyangkut
masyarakat dan masyarakat membentuk pasar. B.
Lingkungan Ekonomi Pasar memerlukan faktor daya beli dan manusia. Lingkungan
ekonomi terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli dan pola pengeluaran konsumen.
C. Lingkungan Alam
Lingkungan alam meliputi sumber daya alam yang diperlukan sebagai masukan bagi pemasar atau sumber daya alam yang
dipengaruhi oleh kegiatan pemasaran. Pemasar harus menyadari beberapa trend dalam lingkungan alam. Trend yang pertama
melibatkan kelangkaan bahan mentah yang semakin meningkat, kedua adalah peningkatan polusi dan ketiga adalah peningkatan
intervensi pemerintah dalam manajemen sumber daya alam. D.
Lingkungan Teknologi Lingkungan teknologi mungkin adalah kekuatan paling dramatis
yang membentuk nasib kita saat ini. Kekuatan yang menciptakan teknologi baru, menciptakan produk dan peluang pasar yang baru.
Lingkungan teknologi berubah dengan cepat, ketika produk dan teknologi semakin kompleks, masyarakat harus tahu bahwa
produk dan teknologi itu aman. E.
Lingkungan Politik Keputusan pemasaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan-
perkembangan dalam lingkungan politik. Lingkungan politik
terdiri dari hukum, badan pemerintah dan kelompok lembaga swadaya masyarakat yang mempengaruhi atau membatasi
berbagai organisasi dan individu di dalam masyarakat tertentu. F.
Lingkungan Budaya Lingkungan budaya terdiri dari institusi dan kekuatan lain yang
mempengaruhi nilai dasar, persepsi selera dan perilaku masyarakat. Manusia tumbuh dalam masyarakat tertentu yang
membentuk keyakinan dan nilai dasar mereka. Mereka menyerap pandangan dunia yang mendefinisikan hubungan mereka dengan
orang lain.
2.4. Definisi Waralaba
Menurut Karamoy 2011, kata franchise waralaba berasal dari bahasa latin, francorum rex
yang berarti “free from servitude” atau “bebas dari ikatan atau kungkungan”. Berdasarkan asal kata tersebut, franchise
mengandung pengertian kebebasan dalam kepemilikan usaha, artinya para pihak yang mengikat kerjasama berdasarkan suatu perjanjian atau kontrak
memiliki perusahaan serta mengoperasikannya secara mandiri. Berdasarkan PP No. 42 tahun 2007 waralaba adalah hak khusus yang dimiliki peseorangan
atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang danatau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat
dimanfaatkan danatau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
Menurut Karamoy 2011, hal mutlak tidak bebas adalah mengenai kepemilikan Hak Kekayaan Intelektual HKI, seperti merek brand, rahasia
dagang, paten dan hak cipta. HKI sepenuhnya dikuasai oleh pemiliknya franchisor
dan hanya “dipinjamkan” kepada pihak lain franchisee untuk dimanfaatkan secara komersial pada jangka waktu tertentu. Peminjaman dan
penggunaan HKI utamanya merek atau brand tersebut diatur dan terikat secara hukum, berdasarkan perjanjian lisensi atau perjanjian waralaba.
Menurut Karamoy 2011, sehubungan dengan kata waralaba, dibuat pula padanan untuk kata lainnya, misalnya franchising menjadi
pewaralabaan. Franchisor, yaitu pihak yang memiliki hak untuk
“meminjamkan” HKI utamanya merek atau memberikan lisensi, sekaligus sistem bisnis yang telah teruji kepada pihak lain tersebut “pemberi waralaba”.
Akan tetapi karena penggunaan dua kata, yaitu “pemberi” dan “waralaba”
dianggap, maka diper kenalkan kata “pewaralaba”. Sedangkan franchisee,
yaitu pihak yang “meminjam” HKI dan sistem bisnis untuk digunakan secara komersial, disebut “penerima waralaba” atau “terwaralaba”.
2.5. Definisi Restoran
Menurut Marsum 2005, restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan
dengan baik kepada semua tamunya baik berupa makan maupun minum. Restoran ada yang berada dalam suatu hotel, kantor maupun pabrik dan
banyak juga yang berdiri sendiri di luar bangunan itu. Menurut Prof. Vanco Christian dalam Marsum 2005, tujuan operasi restoran adalah untuk
mencari untung. Selain bertujuan bisnis atau mencari untung, membuat puas para tamu pun merupakan tujuan operasi restoran yang utama.
Menurut Wojowasito dan Poerwodarminto dalam Marsum 2005, yang dimaksud dengan design di dalam suatu restoran adalah rencana, maksud atau
tujuan. Jadi restoran sebenarnya adalah suatu bisnis yang direncanakan dengan baik yang dimaksudkan dan ditujukan untuk suatu tujuan tertentu.
Kalau kita berbicara tentang design di dalam restoran, maka berarti kita juga akan men-design restoran kita dalam tiga hal, yakni how to run it, how to do it
dan how to get it. Macam-macam tipe restoran, yaitu: 1.
A’la Carte Restaurant Restoran yang telah mendapatkan izin penuh untuk menjual makanan
lengkap dengan banyak ragam dimana tamu bebas memilih sendiri makanan yang mereka inginkan. Masing-masing makanan di dalam
restoran jenis ini memiliki harga sendiri. 2.
Table D’hote Restaurant Suatu restoran yang khusus menjual menu
table d’hote, yaitu satu susunan menu yang lengkap dari hidangan pembuka sampai dengan
hidangan penutup dan tertentu dengan harga yang telah ditentukan.