Menurut Rangkuti 1997, matriks SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi, yaitu:
1. Strategi Strenghts Opportunities SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2.
Strategi Weaknesses Opportunities WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 3.
Strategi Strenghts Threats ST Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman. 4.
Strategi Weaknesses Threats WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat difensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Menurut David 2009, terdapat delapan langkah dalam membentuk sebuah matriks SWOT, yaitu:
1. Buat daftar peluang-peluang eksternal utama perusahaan.
2. Buat daftar ancaman-ancaman eksternal utama perusahaan.
3. Buat daftar kekuatan-kekuatan internal utama perusahaan.
4. Buat daftar kelemahan-kelemahan internal utama perusahaan.
5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat
hasilnya pada sel strategi SO. 6.
Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi WO.
7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat
hasilnya pada sel strategi ST. 8.
Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi WT.
3.4.5 Metode AHP
Analytical Hierarchy Process AHP merupakan suatu model luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok
untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh
pemecahan yang diinginkan darinya Saaty, 1991. Beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dengan menggunakan
metode AHP antara lain: 1.
Kesatuan AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes
untuk aneka ragam persoalan yang tidak berstruktur. 2.
Kompleksitas AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan
sistem dalam memecahkan persoalan kompleks. 3.
Saling Ketergantungan AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam
suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linear. 4.
Penyusunan Hierarki AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-
milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
5. Pengukuran
AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan tanwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas.
6. Konsistensi
AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.
7. Sintesis
AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.
8. Tawar Menawar
AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif
terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka. 9.
Penilaian dan Konsensus AHP tak memaksakan konsensus, tetapi mensintesis suatu hasil yang
representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda. 10.
Pengulangan Proses AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu
persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.
1. Prinsip Pemikiran Analitik
Saaty 1991, menyatakan bahwa terdapat tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu:
a Prinsip menyusun hierarki, b Prinsip menetapkan prioritas dan c Prinsip konsistensi logis.
1. Prinsip Menyusun Hierarki
Manusia mempunyai kemampuan untuk mempersepsi benda dan gagasan, mengidentifikasinya dan mengkomunikasikan
apa yang mereka amati. Untuk memperoleh pengetahuan terinci, pikiran kita menyusun realitas yang kompleks ke dalam bagian
yang menjadi elemen pokoknya dan kemudian bagian ini ke dalam bagian-bagiannya lagi dan seterusnya secara hierarkis.
Jumlah bagian-bagian ini biasanya berkisar antara lima sampai sembilan.
2. Prinsip Menetapkan Prioritas
Manusia juga
mempunyai kemampuan
untuk mempersepsikan hubungan antara hal-hal yang mereka pahami,
membandingkan sepasang benda atau hal yang serupa berdasarkan kriteria tertentu dan membedakan kedua anggota
pasangan itu dengan menimbang intensitas preferensi mereka terhadap hal yang satu dibandingkan dengan hal lainnya. Lalu