Penentuan Populasi Minimum Lestari

laju inbreeding yang tidak dapat diterima, sedangkan laju populasi efektif 500 diperlukan untuk menjaga keseluruhan varietas genetik dalam jangka waktu yang panjang. Dari pandangan populasi genetik, nilai perkiraan populasi efektif sebanyak 50 individu merupakan pencegahan dari tekanan inbreeding, 12 sampai 1000 untuk menghindari akumulasi mutasi yang dapat menghilangkan beberapa varietas gen, dan 500-5000 untuk menahan potensi evolusioner Frankham 2002. Berdasarkan rata-rata nilai populasi efektif yang dibagi dengan nilai populasi secara kasar, bernilai sekitar 0,100 atau 10 maka kita harus mempunyai 500 individu dari 5000 individu yang di sensus Frankham 2002.

2.1.3. Penentuan Populasi Minimum Lestari

Terdapat dua konsep dalam menentukan ukuran populasi minimum lestari yaitu konsep genetik dan demografi Ewens et al. 1995 Lande 1988. Konsep genetik menekankan pada laju kehilangan variasi genetik dari suatu populasi termasuk didalamnya penurunan fitness dan genetic drift. Konsep demografi lebih menitik beratkan pada kemungkinan terjadinya kepunahan populasi akibat dari tekanan demografi. Dalam penentuan ukuran populasi minimum lestari, terdapat beberapa metode dan perangkat lunak yang dapat memudahkan penghitungannya, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. STOCHMVP Salah satu penelitian yang menggunakan perangkat lunak ini adalah penelitian tentang MVP pada kupu-kupu Bay checkerspot yang dilakukan oleh Campbell tahun 2002. Campbell menggunakan program modeling STOCHMVP untuk menentukan nilai MVP kupu-kupu tersebut. Data yang digunakan merupakan data populasi tahunan. 2. VORTEX VORTEX merupakan perangkat lunak yang paling sering digunakan oleh para peneliti untuk menentukan ukuran populasi minimum lestari. Berikut ini adalah beberapa penelitian penentuan ukuran populasi minimum lestari yang telah dilakukan: Brito et al. 2002 menentukan nilai MVP dan status konservasi pada Trinomys eliasi. Penentuan nilai minimum viable population dengan menggunakan program VORTEX juga dilakukan oleh Grimm 2000 dalam penelitiannya mengenai penentuan nilai MVP capercaillie Tetrao urogallus dan Champman 2001 dalam penelitiannya yang berjudul Population viability analyses on a cycling population: a cautionary tale. Bachmayr 2004 menggunakan simulasi model populasi stokastik dengan VORTEX untuk mengidentifikasi variabel kunci yang mempengaruhi nilai ambang batas dalam dinamika populasi, untuk menduga resiko kepunahan, dan untuk mengoptimalisasi manajemen dengan membandingkan parameter model dengan data populasi yang ada. 3. RAMAS Mandujano 2008 menghitung MVP untuk Mexican mantled howler monkeys Alouatta palliata Mexicana. Analisis menggunakan model populasi stokastik dengan menggunakan software RAMASMetapop untuk mengevaluasi peranan parameter demografi dalam pertumbuhan populasi dan untuk mensimulasi tren kelompok dan kemungkinan kepunahan lokal dari Mexican mantled howler monkeys Alouatta palliata mexicana di Los Tuxtlas, Mexico, dalam dua skenario landscape yakni populasi yang terisolasi IPS dan populasi yang terfragmentasi atau meta populasi MPS. Baik pada simulasi IPS maupun MPS peluang kepunahan secara eksponensial tergantung pada ukuran fragmentasi. Perkiraan 60 kepunahan di perkirakan akan terjadi pada ukuran fragmentasi yang kurang dari 15 ha. Simulasi ini menunjukan kemungkinan perubahan populasi pada MPS lebih rendah dari IPS. 4. Matriks Leslie. Matriks Leslie biasa digunakan dalam menentukan ukuran populasi secara kontinue di masa yang akan datang. Wielgus 2001 menggunakan matrik Leslie untuk mengetahui waktu kepunahan pada Grizzly bear. Data yang digunakan merupakan data set populasi dari penelitian sebelumnya. MVP ditentukan dengan cara mensimulasikan populasi awal. Surya 2010 menggunakan matriks Leslie sebagai dasar dari penentuan ukuran populasi minimum lestari monyet ekor panjang Macaca fascicularis. Matriks Leslie di jabarkan dengan system aljabar untuk mendapatkan ukuran populasi minimum lestari. 2.2.Bio-ekologi Rusa Timor 2.2.1. Taksonomi dan Morfologi Rusa termasuk satwa ruminansia dari bangsa Artiodactyla, suku Cervidae, dengan anggota 17 marga, 42 jenis dan 196 anak jenis Baillie et al . 1996, Timmins et al. 1998, Whitehead 1993 dalam Semiadi 2006. Rusa Timor diklasifikasikan ke dalam Phylum Chordata, Sub phylum Vertebrata , Class Mamalia, Ordo Artiodactyla, Sub Ordo Ruminansia, Family Cervidae, Genus Rusa, dan Spesies Rusa timorensis de Blainville 1822. Rusa Timor memiliki ukuran tubuh sekitar 50 – 60 lebih kecil dibandingkan dengan rusa sambar Semiadi 2006. Rusa Jantan memiliki tanduk yang bercabang yang disebut rangga, dengan panjang dua kali panjang kepalanya Schroder 1976 dalam Mukhtar 1996. Rangga rusa jantan dewasa biasanya memiliki tiga buah cabang runcing. Rusa jantan memiliki warna bulu coklat keabu-abuan dan pada jantan sering kali memiliki warna yang lebih gelap Semiadi 2006. Ekor relatif panjang dengan bulu yang tidak terlalu panjang Anderson 1984 dalam Semiadi 2006. Perut berwarna lebih terang daripada punggung. Ketiak, pangkal paha, dan bagian dalam dari telinga berwarna putih kekuningan.

2.2.2. Habitat